Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Rayakan Maulid Nabi, Ratusan Anak-anak Menari Tari Topeng Muludan di Balai Pemuda Surabaya

180 anak tampak antusias menarikan Tari Topeng Muludan, yang jadi budaya lokal masyarakat Surabaya untuk merayakan Maulid Nabi.

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Dwi Prastika
SURYA/PIPIT MAULIDIYA
180 anak menarikan Tari Topeng Muludan, yang jadi budaya lokal masyarakat Surabaya untuk merayakan Maulid Nabi, di halaman Balai Pemuda Surabaya, Minggu (25/11/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - 180 anak tampak antusias menarikan Tari Topeng Muludan, yang jadi budaya lokal masyarakat Surabaya untuk merayakan Maulid Nabi, di halaman Balai Pemuda Surabaya, Minggu (25/11/2018).

Tarian ini terdiri dari gerakan nuansa hadrah dan ada sedikit gerak lucu dan dinamis.

Gerakan tari ini cukup mudah dihafal dan ditirukan anak-anak.

Acara yang diselenggarakan Sanggar Tari Arek Surabaya (Arbaya) ini sebelumnya selalu diselenggarakan tahunan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya.

Tri Rismaharini Minta Dukungan Masyarakat dengan Vote Surabaya di The Guangzhou International Award

"Tahun ini murni inisiatif dari Arbaya, bukan Dinas Pariwisata seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami mengajak beberapa sanggar lain dan alhamdulillah banyak yang mau ikut. Kami hanya dapat izin menggunakan halaman Balai Pemuda dan mendapatkan pinjaman alat pengeras suara," kata Ketua Sanggar Arbaya, Adelina Sulistyoningsih, Minggu (25/11/2018).

Alhasil setelah latihan satu minggu, 90 peserta tari dari Sanggar Arbaya, 50 dari Sanggar Pandu Siwi, dan 40 dari Sanggar Lab Remo menampilkan tarian Topeng Muludan dengan baik.

Mereka menggunakan kostum dari sanggar masing-masing ditambah dengan topeng.

Pilwali Surabaya 2020 Mulai Jadi Pembicaraan Warga, Inilah Daftar Nama Tokoh Penerus Wali Kota Risma

Kali ini topeng yang digunakan juga bukan topeng singa seperti tahun-tahun sebelumnya, melainkan bebas.

Menurut Adelina, masih banyak anak-anak yang kesulitan menggunakan topeng dengan menari.

"Ada yang bilang tidak bisa bernafas. Di samping itu kami juga tidak mau membebankan orang tua karena harus mencari topeng singa, yang sudah mulai jarang," kata Adelina lalu tertawa kecil mendengar alasan anak-anak.

Menarikan Tari Topeng Maulid, lanjut Adelina, adalah budaya lokal Surabaya untuk menyambut bulan lahirnya Nabi Muhammad.

Investasi di Kota Surabaya Ditargetkan Naik 10 Persen pada Tahun 2019 Mendatang

"Sebetulnya banyak cara bisa dilakukan dalam menyambut bulan ini, salah satu cara kita dengan menari bersama. Sedang topeng itu tradisi warga Surabaya dulu, waktu kecil kalau Bulan Maulid di Pasar Genteng pusatnya, banyak jualan topeng dan pedang di pasar malam Bulan Maulid. Anak-anak pasti sangat senang kalau sudah punya topeng muludan," kata Adelina, menceritakan filosofi tarian.

Lagu yang digunakan dalam tarian berisi syair mengajak untuk beribadah, mengenalkan hari dan tahun lahirnya nabi serta di kota nabi dilahirkan.

Menari bersama ini berlangsung mulai pukul 06.30 WIB dibuka dengan doa bersama, hingga pukul 09.00 WIB.

Bawa Oleh-oleh dari Surabaya untuk Cucu, Jokowi Kembali Dikomentari Kaesang: Bisa Beli Sendiri

Acara berlangsung pagi hari untuk menghindari terik sinar matahari, mengingat peserta didominasi anak-anak.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved