Idulfitri 2019
Tanggapan Pengamat Terkait Fenomena Meme Lucu Mudik Lebaran yang Viral di Medsos, Sebut Soal 'Style'
Tanggapan pengamat terkait fenomena meme lucu mudik lebaran yang viral di medsos, sebut soal 'Style'
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Melia Luthfi Husnika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Viralnya berbagai macam foto pemudik yang menempelkan tulisan kreatif dibelakang motornya, merupakan bentuk lain ungkapan perasaan seorang komunikator.
Menurut Pakar Komunikasi Universitas Airlangga (UNAIR) Suko Widodo, saat mengekspresikan perasaan yang ada dalam dirinya.
Manusia cenderung akan mendayagunakan berbagai macam instrumen bahasa dan kata-kata yang dimilikinya.
"Pilihan bahasanya juga bisa macem-macem. Ada yang mengeluh ada yang menyindir. Itu kan memang stylenya," katanya saat dihubungi TribunJatim.com, Senin (3/6/2019).



• Foto Meme Lucu Mudik Lebaran 2019 Viral di Media Sosial, Simak Tulisan Kreatif Para Pemudik
Namun, bagi Suko, yang menarik adalah, mengapa fenomena itu muncul dalam suasana dan momentum mudik lebaran.
Mudik, dalam perspektif Suko, merupakan momentum untuk berhenti dari ruang rutinitas keseharian.
Setelah kondisi psikis seseorang berhenti dan beristirahat dari hiruk-pikuk rutinitas yang melelahkan.
Di situlah, hasrat untuk mengungkapkan apa yang tak terungkapkan, terjadi.
Artinya, membuat tulisan kreatif lalu menempelkannya dibelakang motor selama perjalanan mudik, merupakan momen untuk mengungkapkan perasaan yang tak terungkapkan itu.
"Kalau dalam tradisi jawa adalah sejenis mengheningkan cipta cara, bahasanya 'ngudho roso'. Jadi ungkapan itu seperti curhat," lanjutnya.
• Gubernur Khofifah Berangkatkan Mudik Gratis Kereta Api, Beri Pesan Pemudik Jangan Memforsir Tenaga
Kendati para pemudik menuliskan berbagai ungkapannya itu dalam dimensi gaya bahasa yang cenderung kritis dan satire.
Tapi bagi Suko, hal itu bukanlah manifestasi kemarahan yang sesungguhnya.
"Mereka itu tidak marah, itu hebatnya. Cara mengungkapkan cara itu begitu indah, orang jawa itu, dengan cara-cara lucu dan penuh rasa," ucapnya.
Itulah yang dimaksud Suko, dalam terminologi Orang Jawa, sebagai ngudoroso.
"Pengungkapan yang tidak menuntut apa-apa, jadi itu hanya ungkapan lepas. Ungkapan itu seperti bagian dari hidup yang dilakoninya," tandasnya.