Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Terkuak Cara 'Aneh' Ajudan Kawal Soeharto Pasca Tak Jadi Presiden, Siasatnya Ketahuan, Akhirnya Malu

Maliki diperintahkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat kala itu menjadi pengawal khusus Soeharto.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Adi Sasono
AP PHOTO/CHARLES DHARAPAK via Kompas.com
Presiden Soeharto pada saat mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Merdeka, Jakarta, pada tanggal 21 Mei 1998. 

TRIBUNJATIM.COM - Terkuak Cara 'Aneh' Ajudan Kawal Soeharto Pasca Tak Jadi Presiden, Siasatnya Ketahuan, Akhirnya Malu

Ada sebuah cerita dari seorang purnawirawan perwira tinggi TNI mempunyai kenangan khusus selama mendampingi Soeharto setelah lengser dari jabatannya di tahun 1998.

Seperti diketahui, kekuasaan Soeharto berakhir di tahun tersebut.

Soeharto berkuasa selama 32 tahun di Indonesia.

Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia ke-2 menggantikan Soekarno pada akhir dekade 60-an.

Prabowo dan Sandiaga Uno Tak Hadiri Sidang Sengketa Pilpres 2019 di MK, BPN Beberkan Alasannya!

Jenderal Abdul Haris Nasution dan Mayor Jenderal Soeharto berdoa di depan peti jenazah almarhum Jenderal Sutojo Siswomihardjo dan enam rekannya yang gugur dalam Peristiwa 1 Oktober 1965. Pagi 5 Oktober 1965, hari ulang tahun Angkatan Bersenjata yang biasanya gilang-gemilang, saat itu kelabu, demikian kata-kata pengantar Jenderal Nasution. Tujuh peti jenasah berangkat beriringan dari Markas Besar Angkatan Darat (MBAD). Adegan dalam foto ini muncul dalam film Pengkhianatan G 30 S/PKI dalam bentuk dokumentasi aslinya.
Jenderal Abdul Haris Nasution dan Mayor Jenderal Soeharto berdoa di depan peti jenazah almarhum Jenderal Sutojo Siswomihardjo dan enam rekannya yang gugur dalam Peristiwa 1 Oktober 1965. Pagi 5 Oktober 1965, hari ulang tahun Angkatan Bersenjata yang biasanya gilang-gemilang, saat itu kelabu, demikian kata-kata pengantar Jenderal Nasution. Tujuh peti jenasah berangkat beriringan dari Markas Besar Angkatan Darat (MBAD). Adegan dalam foto ini muncul dalam film Pengkhianatan G 30 S/PKI dalam bentuk dokumentasi aslinya. (Koleksi pribadi Nani Nurrachman Sutojo, dimuat dalam buku Kenangan tak Terucap, Saya, Ayah dan Tragedi 1965 terbitan Penerbit Buku Kompas)

Seorang purnawirawan perwira tinggi TNI itu bernama Maliki Mift.

Maliki diperintahkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat kala itu menjadi pengawal khusus Soeharto.

Dilansir dari Kompas.com (grup TribunJatim.com), kenangan Maliki tersebut tertulis dalam salah satu bab di buku yang berjudul Soeharto : The Untold Stories (2011).

Meski kala itu Soeharto kerap mendapat pandangan miring selama memimpin Indonesia.

Namun, Maliki mendapati sisi lain Soeharto yang jarang terekspos, yakni kesederhanaan.

Soeharto Marah Besar, Nyaris Tembak Kepala Perwira TNI yang Dianggap Melangkahinya: Kamu Anggap Apa?

Satu di antaranya adalah soal pengawalan.

Soeharto selalu menolak untuk dikawal setelah melepas jabatannya dari presiden.

Padahal hak mendapat pengawalan dari polisi masih melekat kepada mantan presiden.

"Tetapi, begitu satgas polisi datang dan mengawal di depan mobil kami, Pak Harto mengatakan, 'Saya tidak usah dikawal. Saya sekarang masyarakat biasa. Jadi, kasih tahu polisinya'," tulis Maliki dalam buku tersebut, menirukan ucapan Soeharto waktu itu.

Maliki mencoba memahami keinginan Soeharto, tetapi ia tetap merasa pengawalan harus tetap ada.

Bu Tien Langsung Periksa Gadis yang Ngaku Anak Soeharto, Temukan Racun Tikus & Bongkar Niat Asli

Sumber: Kompas
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved