Tahun Ajaran 2019, Dinas Pendidikan Sumenep Akan Terapkan Konsep Smart dan Digital School
Bupati Sumenep, KH Abuya Busyro Karim mengharapkan ada pendidikan yang berkualitas dengan menerapkan Konsep Smart dan Digital School.
Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, MADURA - Bupati Sumenep, KH Abuya Busyro Karim mengharapkan ada pendidikan yang berkualitas dengan menerapkan Konsep Smart dan Digital School melalui Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Sumenep tahun ajaran baru 2019.
Penerapan teknologi Konsep Smart dan Digital School ini, bertujuan meningkatkan kualitas pelajar siswa yang berbasis IT (Teknologi Informasi) dan berakhlak mulia.
“Konsep ini sebenarnya ide besar Bupati Sumenep, yang menginginkan ada sekolah unggulan. Sudah sejak menjabat di era pertama, Buya ingin ada sekolah yang menjadi rujukan karena kualitas siswa banyak yang berprestasi. Alhamdulillah, saya tawarkan konsep dan beliau setuju,” kata Kepala Dindik Sumenep, Bambang Irianto pada TribunMadura.com (grup TribunJatim.com), Selasa (18/6/2019).
• Pendaftar Diminta Tunggu Website PPDB SMP Negeri di Surabaya Normal Hingga Besok
• Website PPDB SMP Bermasalah di Hari Pertama, Orangtua Siswa Penuhi Kantor Dindik Kota Surabaya
Menurutnya, pada tahun ajaran baru 2019 ini ada 10 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri yang akan menerapkan program baru yakni Digital School dan juga ada 24 SDN di wilayah kota Sumenep, baik daratan dan kepulauan.
"Ke 10 SMPN itu tersebar di empat sekolah di Kecamatan Kota, dua di Kecamatan Saronggi dan Kecamatan Kalianget, Bluto, Ambunten dan Gapura itu masing-masing satu sekolah," paparnya.
“Sementara untuk sekolah SDN yang akan menerapkan, sekitar 24 SD. Wilayah daratan dan kepulaun. Kami tak maksa. Hanya menawarkan ke sekolah yang bersedia. Alhamdulillah, respon sekolah baik," tambahnya.
Mantan Kepala Dinas PU Cipta Karya Sumenep itu menjelaskan, program Digital School tersebut, pada penerapannya, setiap materi pembelajaran sudah berada di satu server yang sifatnya offline, bukan online.
Jadi para siswa bisa mengakses materi pembelajarannya dengan menyambungkan ke server yang ada di sekolah tersebut
“Layanan akses system tidak perlu koneksi jaringan internet. Systemnya tinggal diinstal ke masing-masing laptop guru dan langsung terkoneksi dengan perangkat elektronik siswa. Baik laptop maupun smartphone siswa,” papar Bambang.
Dijelaskan, kunci akses system itu tidak terkoneksi dengan internet. Jika laptop guru terkoneksi dengan internet atau HP siswa menyala paket data-nya, systemnya tak berfungsi.
“Ini salah satu tujuan untuk menghindari ketergantungan dengan internet. Tapi, kegiatan belajar mengajar yang interkatif digital tetap lancar dan dalam server tersebut sudah terinstal semua mata pelajaran Kurikulum 13 (K13)," ucapnya.
Bambang menjelaskan salah satu keuntungan Digital School untuk para siswa dan guru yang tidak lagi repot mencari materi pembelajaran.
"Karena Semua materi mata pelajaran (Mapel) sesuai Kurikulum (K13) sudah diinstal dalam satu server system. Sehingga, para guru tinggal meng-klik materi pembelajaran yang akan disampaikan ke siswa melalui koneksi server off line. Dan Fasilitas fitur dalam aplikasi itu ada Literasi Digital, E-Modul dan Digital Learning dan CBT sebagai bentuk dari layanan Digital Examination,” jelasnya.
Ditanya soal biaya sistem server tiap sekolah? Pihaknya mengaku sebesar Rp 5 juta include pelatihan dan pendampingan ke setiap sekolah.
Pembelanjaan itu, kata Bambang, dambil dari alokasi BOS tiap sekolah dengan pembelanjaan peningkatan mutu.