Bertemu Ulama Jatim di Tebuireng Jombang, Panglima TNI Kisahkan Kerusuhan 21-22 Mei
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan pertemuan dengan ulama se-Jatim di pondok pesantren Tebuireng Jombang
Penulis: Sutono | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan pertemuan dengan ulama se-Jatim di pondok pesantren Tebuireng Jombang, Kamis (20/6/2019). Panglima bersama rombongan tiba di Tebuireng sekitar pukul 14.00 WIB.
Kedatangan rombongan itu disambut oleh pengasuh Tebuireng KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah serta sejumlah kerabat lainnya. Selanjutnya, Panglima TNI memasuki dalem kasepuhan.
Pertemuan di rumah induk tersebut tidak berlangsung lama. Gus Sholah bersama Panglima TNI dan rombongan menuju lokasi acara inti, yakni di Aula Gedung KH Yusuf Hasyim lantai tiga.
Di Tempat itu, para undangan, yakni puluhan ulama se-Jatim sudah memenuhi kursi undangan.
Dalam ceramahnya, Marsekal Hadi Tjahjanto blak-blakan berkisah tentang penanganan kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada 21 dan 22 Mei.
Mengawali pidato soal kerusuhan 21 dan 22 Mei, Hadi Tjahjanto mengungkapkan, pihaknya jauh-jauh hari sudah mencium bakal adanya kerusuhan tersebut berdasaran data intelijen. Karena itu, persiapan dia lakukan bersama polri.
Menurutnya, sebagai Panglima TNI, dia terjun melakukan monitoring pengamanan aksi 22 Mei 2019. Ia melakukan monitoring secara dekat di sejumlah titik.
Itu sebabnya, TNI bersama polri melakukan langkah-langkah persiapan untuk mengatasi, dan menanggulangi kemungkinan betul-betul terjadinya kerusuhan.
"Maka pada 20 Mei sudah saya gelar pasukan di sejumlah titik. Antara lain di depan Bawaslu, KPU, dan Istana Merdeka, dan gedung DPR. Monitor secara 'wide angle'," kata Hadi Tjahyanto kepada Tribunjatim.com.
Untuk keperluan itu, Mabes TNI sedikitnya menurunkan 16.000 personel TNI untuk membantu pengamanan di Jakarta. Total dengan personel Polri sekitar 35.000 orang.
Dan prediksinya benar, ada demonstrasi di empat titik pada 21 Mei. Di KPU, kemudian di Bawaslu. Namun yang terbesar di Bawaslu, sekitar 2000 orang yang berorasi sampai buka puasa bersama, salat maghrib, dan kemudian salat tarawih.
Usai itu, sekitar pukul 22.00 WIB, 2.000-an orang demonstran itu mulai meninggalkan lokasi demo. Namun pada saat itu, datang sekitar 500 orang yang bukan bagian dari demonstran tadi.
• Teras-Juwangi Boyolali Disebut Beti Kristiana Tak Ada Jalan Aspal, Video Viral Buktikan Sebaliknya
• Puput Nastiti Devi Makan Pempek di Norwegia Dampingi Ahok BTP, Penampilan Bajunya Jadi Sorotan
• Bambang Widjojanto Tim 02 Sebut Bakal Ada Bukti Wow, Yusril: Ternyata Tidak Ada Apa-apanya
"Ratusan orang yang baruy datang ini mulai memprovokasi dengan teriakan-teriakan untuk merusak barikade. Mulai saat itulah terjadi bentrok antara polisi dan para perusuh," terang Hadi Tjahjanto kepada Tribunjatim.com.
Kerusuhan, kata Hadi Tjahjanto, terus berlanjut sampai wilayah Tanah Abang. Di situ mulai ada pembakaran kendaraan milik warga setempat oleh massa perusuh.
Karena kerusuhan terus berlanjut hingga dini hari, maka personel TNI diterjunkan untuk membantu.
"Sebenarnya pukul 01.30 WIB massa sudah bisa dibubarkan, namun sebagian masuk ke Petamburan. Ternyata di sana sudah berkumpul 500 orang," terang Hadi Tjahjanto.
Selanjutnya, sambung panglima TNI, pukul 02.30 WIB, mulailah massa melakukan pembakaran mobil dan motor.