Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pakar Ekonomi Nasional Sebut Indonesia Berpotensi Hadapi Krisis, Singgung Soal Industri Manufaktur

Pakar Ekonomi Nasional Faisal Basri sebut Indonesia berpotensi menghadapi krisis.

TRIBUNJATIM.COM/FIKRI FIRMANSYAH
Pakar Ekonomi Nasional Faisal Basri saat menjadi pembicara utama di forum Economic Update di Spazio Tower Intiland Surabaya, Jumat (12/7/2019) Malam. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pakar Ekonomi Nasional Faisal Basri sebut Indonesia berpotensi menghadapi krisis.

Hal tersebut disampaikan Faisal Basri saat menghadiri acara Economic Update di Spazio Tower Intiland Surabaya.

Menurut Faisal Basri, kondisi defisit Indonesia saat ini dapat menjadi pendorong terjadinya krisis jika dibiarkan terus menerus.

Faisal Basri Bongkar Geliat Ekonomi Indonesia Pasca Pilpres 2019, Sebut Makin Defisit

Problematika ekspor-impor yang diharapkan dapat menyokong neraca pembayaran supaya surplus, nyatanya menurut Faisal Basri justru menunjukkan hasil sebaliknya.

"Saat ini industri batubara Indonesia sebagai potensi energi ekspor yang besar masih positif, belum defisit. Tapi tahun 2021 nanti energi kita akan jeblok," jelasnya.

Lebih lanjut Faisal Basri menjelaskan surplus batubara yang kini bisa dinikmati tidak akan mampu menutup defisit. "Krisis sudah di depan mata," kata dia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,7 persen dan hanya naik 0, 01 persen poin dibandingkan periode yang sama di tahun 2018.

"Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (ABPN) 2019 hingga akhir Mei sudah mencatatkan defisit hingga Rp 127,5 triliun atau 0,79% dari produk domestik bruto (PDB)," paparnya.

Penurunan Kemiskinan di Era Jokowi Lambat Dibanding Presiden Sebelumnya, Begini Analisa Faisal Basri

Faisal Basri juga berbicara soal pembangunan Indonesia saat ini. Meburutnya, pembangunan yang tengah berjalan cenderung inklusif. "Pembangunan saat ini inklusif, hanya bisa dinikmati segelintir orang," terang dia.

Untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Faisal Basri mengatakan, Indonesia perlu memiliki keunggulan baru dalam industri manufaktur.

"Kalau hanya mengandalkan Industri garmen dan tekstil tidak bisa. Karena mereka akan lebih banyak lari ke Bangladesh, Pakistan, Myanmar, Vietnam, dan Kamboja," jelasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved