Korban Pembacokan di Waru Kondisinya Membaik, Ortu Korban Tak Tahu Masalahnya
Ayah angkat wanita korban pembacokan di Waru, Sidoarjo, Suliadi (62) tak habis pikir perihal insiden tragis yang nyaris merenggut nyawa putri angkat
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Ayah angkat wanita korban pembacokan di Waru, Sidoarjo, Suliadi (62) tak habis pikir perihal insiden tragis yang nyaris merenggut nyawa putri angkatnya itu.
Ia mengaku masih belum mengetahui persis masalah yang menimpa anak angkatnya itu, hingga berujung penganiayaan berdarah.
Pasalnya, selama kurun waktu dua tahun ia berserta Kustini, istrinya, tak lagi tinggal di rumah yang beralamat Jalan Brigjen Katamso Gang III, Balongpoh RT 26 RW 06, Waru, Sidoarjo.
Sebuah rumah yang menjadi lokasi tempat kejadian perkara insiden pembacokan yang dialami Nur Aini berserta M Rofi'i, Senin (29/7/2019) kemarin.
Lantaran, sejak 2018 silam Suliadi dan Kustini menetap di sebuah rumah di Kecamatan Gemarang, Madiun.
• Kasus Pembacokan di Waru Diduga Selingkuh, Kedua Anaknya di Dalam Rumah Saat Kejadian
• FAKTA Baru Pembacokan Pasangan yang Diduga Berselingkuh di Sidoarjo, Korban Ternyata Hamil 3 Bulan
• Kebun Binatang Surabaya Sambut Bayi Gajah Baru, Tri Rismaharini Diminta Beri Nama
"Saya kurang paham. Saya gak dikasih tau kalau ada kabar apa. Cuma saya disuruh berangkat ke sini," katanya saat ditemui TribunJatim.com di depan ruang ICU RS Bhayangkara Surabaya, Selasa (30/7/2019).
Ia mengaku memperoleh kabar itu dari keponakannya, sekitar pukul 19.00 WIB, Senin (29/7/2019) kemarin.
Keponakannya itu menghendaki Suliadi beserta Kustini untuk segera datang rumah mereka yang lama, di Waru Sidoarjo.
Anehnya, lanjit Suliadi, keponakannya itu tak berterus terang perihal alasan yang mengharuskan dirinya sesegera mungkin tiba di sana.
"Lalu saya berangkat jam 02.30 WIB sebelum subuh naik bus sama istri. Terus turun di rumah, ke sini (RS Bhayangkara pakai motor (tiba 08.30 WIB)," ujarnya.
Setibanya di Ruang ICU, menyaksikan putri angkatnya itu tergolek lemas dengan penuh balutan perban dari ujung kepala hingga kaki, Suliadi mengaku bersedih.
"Jam 11 siang tadi dia sudah sadar, bisa saya ajak bicara," imbuhnya.
Kendati begitu penuh balutan perban di sekujur tubuh, ungkap Suliadi, putri angkatnya itu tidak merasa kesakitan ataupun menangis.
"Tadi sempet saya tanya 'sakit ta nak?' Dia jawab 'tidak sakit, anaknya bapak kok sakit' gitu tadi," ujarnya seraya menirukan ucapan anak angkatnya itu.