"Bagi kita NU, NKRI adalah harga mati. Bahkan sudah dilakukan sejak, masa yang lalu, ketika Indonesia dalam keadaan kritis, ketika Indonesia baru dimerdekakan pada Agustus 1945, dua bulan kemudian, Oktober penjajah datang lagi, untuk menjajah lagi. Tentara belum terkonsolidasi, polisi belum terkonsolidasi, untungnya ada putera terbaik bangsa, KH Hasyim Asyariashari, sebagai pendiri NU, yang juga pimpinan Pondik Tebu Ireng, tampil membuat fatwa jihad, melawan penjajah," jelasnya.
Pada 22 Oktober 1945, KH Hasyim Asyari mendeklarasikan resolusi jihad, untuk merespons Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang mencoba menjajah Indonesia kembali.
Hal itulah yang menginspirasi dan memotivasi masyarakat untuk berani melawan penjajah.
KH Hasyim Asy'ari bersama para ulama dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya pada 21- 22 Oktober 1945.
Para ulama kemudian mendeklarasikan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagai perang jihad melawan penjajah, pada 10 November 1945.
"Hingga akhirnya, 10 November dijadikan Hari Pahlawan, tetapi 22 Oktober, yang menjadi inspirasi dilupakan. Baru setelah 70 tahun, pada 2015, 22 Oktober ditetapkan menjadi Hari Santri Nasional oleh Pak Jokowi," tegasnya.
• Australia Diminta Maruf Amin Agar Tak Intervensi Pemerintah Soal Pembebasan Abu Bakar Baasyir
KH Ma'ruf Amin menambahan, dipilihnya ia sebagai cawapres merupakan bentuk penghargaan kepada NU, oleh sebab itu ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu.
"Sudah lama, sejak Gus Dur menjadi presiden, sebelumnya dan sesudahnya, tidak ada NU yang jadi Wakil Presiden. Karena itu, saya pikir ini kesempatan untuk mensyukuri nikmat itu. Mudah-mudahan, kalau saya nanti jadi wakil presiden, ke depan ada orang NU yang jadi presiden," imbuhnya. (rbp)