Ini Fakta Unik Gedung Negara Grahadi Yang Perlu Kamu Ketahui
Di kalangan pegawai yang bekerja di Grahadi, mereka berujar ada yang sering diganggu oleh mahkluk halus.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
Laporan Wartawan TribunJatim.Com, Sofyan Arif Chandra Sakti
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Gedung Negara Grahadi merupakan satu dari banyak ikon kota Surabaya yang terkenal.
Gedung ini terletak di jalan Gubernur Suryo, Surabaya.
Grahadi berasal dari bahasa sansekerta "graha" dan "adi" yang berarti rumah yang indah.
Berikut ini fakta unik mengenai gedung Grahadi Surabaya
1. Berkonsep Tuinhuis
Pada awalnya Grahadi berkonsep Tuinhuis yaitu konsep rumah indah yang dikelilingi taman bunga.
Selain itu Grahadi juga menerapkan gaya Oud Hollandstijl (gaya belanda kuno). Arsitek Grahadi adalah orang Belanda yang bernama Ir. W. Lemci.
2. Harganya cuma 2,5 sen
Luas tanah Grahadi 16.284 meter persegi, di tepi kalimas.
Sebelum dimiliki pemerintah, tanah ini milik seorang Tionghoa dan dibeli pemerintah dengan ganti rugi segobang atau 2,5 sen.
Untuk pembangunan gedungnya pada tahun 1795 menghabiskan dana 14.000 ringgit
3. Pindah Pintu Utama
Pada awal pembangunan, Grahadi menghadap ke Utara.
Hal itu dimaksudkan agar bisa menikmati pemandangan sungai Kalimas yang ramai dengan perahu-perahu sebagai alat transportasi.
Namun semenjak yahun 1802 diganti menghadap ke Selatan atau ke jalan Gubernur Suryo seiring dengan renovasi bagian depan.
4. Beberapa kali berganti fungsi
Grahadi pertama dibangun untuk kediaman penguasa tunggal (Gezaghebber) Belanda Dirk Van Hogendrop.
Namun semenjak penguasaan Gubernur Jendral Inggris Daendels ia menjadikan gedung tersebut menjadi istana.
Setelah beberapa tahun, gedung Grahadi berubah fungsi menjadi tempat bersidang Raad Van Justitie (Pengadilan Tinggi), dipakai juga untuk pesta, resepsi dansa, dan lain-lain.

5. Penuh Sejarah Kenegaraan
Grahadi pernah menjadi tempat perundingan Presiden Soekarno dengan Jendral Hawtorn pada Oktober 1945.
Pertemuan itu untuk mendamaikan pertempuran pejuang dengan pasukan sekutu.
Gubernur Suryo yang merupakan gubernur ke 6 Jawa Timur juga pernah menolak ultimatum menyerah tanpa syarat pada Inggris, dan akhirnya meninggal keesokan harinya meninggal di Grahadi.
Para presiden RI menjadikan Grahadi tempat peristirahatan dan singgah ketika mereka punya urusan di Surabaya dan sekitarnya.
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah presiden yang paling sering tidur di Grahadi, selain itu Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono juga beberapa kali sempat tidur di Gedung Kenegaraan ini.
6. Nonik Penunggu Grahadi
Di kalangan pegawai yang bekerja di Grahadi, mereka berujar ada yang sering diganggu oleh mahkluk halus.
"Ada nonik Belanda yang sering menampakkan diri ke pegawai kami yang jaga malam," ujar Zaenal, seorang pegawai Grahadi, Senin (6/2/2017).
Ia juga berujar bahwa nonik tersebut datang dengan dandanan yang berbeda-beda.
"Mungkin tergantung suasanan hatinya dia ya, kalau marah kadang pakai long dress merah, kadang putih, pokoknya berganti-ganti." tutupnya.