Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jangan Anggap Enteng Depresi, Berikut ke Mana Harus Curhat dan Apa yang Bisa Dilakukan

Depresi yang ditandai merasa putus asa, kehilangan harapan, dan menyalahkan diri sendiri, memang bisa terjadi pada siapa saja.

Editor: Alga W
Huffington Post
Ilustrasi 

TRIBUNJATIM.COM - Depresi yang ditandai merasa putus asa, kehilangan harapan, menyalahkan diri sendiri, tidak ada keinginan melakukan apapun, dan menarik diri dari lingkungan, memang bisa terjadi pada siapa saja.

Banyak faktor yang memicu seseorang menjadi depresi, mulai dari kehilangan orang yang sangat dicintai, beban ekonomi maupun pekerjaan, hingga akibat trauma mengalami bencana.

Orang yang depresi dapat memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Bunuh diri tentu bukan jalan keluar untuk mengatasi suatu masalah.

Dokter kesehatan jiwa, dr Andri, SpKJ, FAPM mengungkapkan, kunci utama dan yang pertama kali dapat dilakukan untuk mengatasi gejala depresi adalah bicara.

Jangan ragu menceritakan beban pikiran, masalah pribadi, atau perasaan sedih kepada orang-orang terdekat.

"Bicara dulu sama orang, ayo bicara dulu! Kamu sampaikan apa yang kamu rasakan," kata Andri saat dihubungi Kompas.com.

Setiap orang pasti memiliki permasalahan dalam hidupnya. Percayalah, selalu ada jalan keluar untuk mengatasinya.

Tak perlu ada rasa takut untuk mencurahkan isi hati atau curhat kepada teman maupun keluarga, atau bahkan, Anda bisa menceritakannya kepada Sang Pencipta.

Selain itu, ada psikolog maupun psikiater. Tak ada salahnya berkonsultasi dengan para ahlinya.

Dokter Andri mengungkapkan, banyak masyarakat yang salah memandang kondisi depresi.

Depresi sering kali dikaitkan dengan kelemahan diri seseorang, dianggap kurang bersyukur karena kurang beriman, atau dinilai tidak normal.

"Hal itu tidak benar, karena depresi adalah gangguan medis yang punya efek terhadap suasana perasaan," jelas dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Omni, Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan ini.

Ketika Anda merasa gelisah, kecemasan berlebihan, kalut, sedih terus-menerus, merasa putus asa dan kehilangan harapan, jangan hanya memendamnya dalam hati.

Tak perlu malu meminta bantuan layanan kesehatan jiwa.

ama halnya ketika kita merasa sakit secara fisik, seperti sakit perut, ataupun demam, maka tak ragu pula periksa ke dokter, kan?

Dulu, ada hotline kesehatan jiwa oleh Kementerian Kesehatan.

Mereka bisa curhat melalui telepon. Saat ini, belum ada lagi layanan kesehatan jiwa 7x24 jam melalui telepon.

Komunitas pencegahan bunuh diri, Into the Light pun membuka tempat curhat melalui email intothelight.email@gmail.com.

Pendiri Into the Light Benny Prawira mengatakan, pihaknya juga kerap kewalahan membalas email karena keterbatasan tenaga.

"Setiap hari hampir selalu ada email yang masuk," kata Benny.

Melalui email itu, siapapun yang mengalami gejala depresi atau masalah kesehatan jiwa lainnya, dapat mencurahkan isi hatinya.

Para relawan dari Into the Light nantinya akan membalas email tersebut hingga memberikan solusi maupun rekomendasi ke klinik atau psikiater.

Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) juga menyediakan psikolog klinis gratis, tetapi dengan membuat janji karena psikolog klinis yang menjadi relawan jumlahnya juga terbatas.

Mereka dapat dihubungi terlebih dahulu ke nomor 021-8514389.

Anda juga bisa konsultasi dengan datang langsung ke Puskesmas maupun Rumah Sakit yang memiliki layanan kesehatan jiwa.

Setidaknya, jadilah pendengar yang baik.

Dokter Andri mengatakan, masyarakat luas juga perlu diedukasi mengenai depresi.

Edukasi sangat penting agar masyarakat di sekitar bisa memahami seseorang yang sedang depresi.

"Misalnya, sudah curhat sama teman. Kalau teman enggak paham dia depresi, malah dibilang manja. Seharusnya jangan begitu,"

Benny dari Into the Light menambahkan, setidaknya jadilah pendengar yang baik bila teman sedang butuh bercerita.

Apalagi bila teman sudah memberikan sinyal keputusasaan dalam hidup, misalnya berkata 'sudah tak ada gunanya hidup' dan 'ingin mati saja'.

"Yang pertama, harus menahan asumsi kita dulu, judgement-nya ditahan dulu. Jangan langsung menyalahkan dia," kata Benny.

Bila teman tidak mau menceritakan masalahnya, tawarkanlah diri untuk menjadi pendengar yang baik.

Tak perlu memaksa, sampai akhirnya ia nyaman untuk bercerita.

Setelah itu, secara perlahan ajaklah mengunjungi psikolog maupun psikiater.

Masalah kesehatan jiwa jangan dipandang sebelah mata dan menjadi stigma di masyarakat.

Untuk itu, menurut dokter Andri, depresi memang harus dibicarakan oleh masyarakat luas.

Tahun 2020, WHO memperkirakan depresi menjadi beban penyakit nomor 2 setelah kardiovaskular.

Seperti tema Hari Kesehatan Dunia pada April mendatang, Depresi: Ayo Bicara!

(KOMPAS.com/Sukoco)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved