Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Inilah Hal yang Paling Ditakuti Kaum Transgender, Usai Mereka Ganti Kelamin

Beberapa tahun silam, transgender dianggap sebagai kelompok manusia yang mengalami gangguan kejiwaan.

Editor: Mujib Anwar
REUTERS
Pengecualian dari wajib militer ini hanya bisa diperoleh transgender yang sudah memiliki sertifikat pembebasan wajib militer yang diurus melalui proses hukum. 

Penentuan wajib militer biasanya diadakan tiap bulan April.

Akibat banyaknya kaum transjender di Thailand, maka sudah terbiasa pula terlihat para transjender yang tak punya surat pembebasan, berada di dalam antrean para pria dalam pemeriksaan kesehatan untuk ikut wajib militer.

Sejumlah warga tranjender mengaku sangat stres dengan kewajiban tersebut.

Banyak kaum transjender yang panik dalam penyaringan itu, antara lain karena dalam pemeriksaan kesehatan, pakaian mereka harus dilucuti.

Seorang dokter akan membawa mereka ke ruangan tertutup atau di balik dinding.

Dokter akan melihat apakah kaum transjender itu mengalami banyak perubahan fisik atau tidak.

Pendaftaran wajib militer di Thailand dilakukan dengan sistem undian.

Di dalam guci tertutup mereka harus mengambil kartu. Ada dua jenis kartu di dalamnya. Kartu merah dan kartu hitam.

Jika mendapat kartu merah, artinya mereka langsung langsung diproses untuk ikut wamil, sedangkan jika mendapat kartu hitam, mereka tak harus ikut wajib militer di tahun itu.

Setiap tahunnya jumlah pria yang ikut wajib militer di Thailand sekitar 100 ribu orang.

Mereka menjalani wajib militer selama dua tahun. Setelahnya, warga bisa kembali menjalani kehidupan biasa.

Para pegiat HAM di Thailand terus berusaha agar transjender mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah.

Jika perjuangan mereka berhasil, maka negara Gajah Putih itu akan mengikuti jejak India, yang di tahun 2014 telah memberi pengakuan pada jenis kelamin ketiga.

Ronnapoom Samakkeekarom pegiat HAM Transgender Alliance for Human Rights menyerukan semua pihak agar berhenti memperlakukan transgender sebagai bahan lelucon.

Termasuk saat mereka antre dalam pendaftaran wamil.

Menurut dia, para trangender ini merasa tertekan karena kerap didiskriminasi, dilecehkan, dan mengalami tindak kekerasan. 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved