Top 5 Surabaya
Dari Ustaz yang Meninggal di Rumah Khofifah, Hingga Aturan PSK Zaman Kolonial di Surabaya
Mereka hanya boleh tinggal di Kampung Bandaran, dan sebuah kampung yang ada di sebelah timur Jembatan Kapasari.
Di antaranya Moroseneng, Kremil, Sido Kumpul, dan Tambak Asri.
Bahkan, era kolonial, praktik prostitusi juga terdapat di Pelabuhan Tanjung Perak.
Selain itu, berdasarkkan buku Oud Soerabaia, pada tahun 1864, lokalisasi yang terkenal di Surabaya saat itu berada di Kampung Bandaran.
Namun, pada tahun 1866, lokalisasi itu mengalami kebakaran hebat.
Lalu, mereka yang menjadi germo di tempat itu kemudian membangun kembali sejumlah rumah bordil.
Rumah-rumah bordil yang mereka bangun berbentuk gubuk-gubuk.
Jumlah PSK yang ada di lokalisasi tersebut saat itu mencapai 228 orang.
Berikut ini adalah peraturan yang dibuat pemerintah kolonial terkait praktik prostitusi.
Para PSK dan germo saat itu dibatasi tempat tinggalnya oleh pemerintah.
Mereka hanya boleh tinggal di Kampung Bandaran, dan sebuah kampung yang ada di sebelah timur Jembatan Kapasari.
Sehingga, para PSK dan germo yang selama ini tinggal di Sawahan, Pabean, Klimbungan, Kampung Belakang, Pengampon, Cantikan Kidul, Cantikan Lor, Jagalan, Gili, dan Klimbungan, harus pindah ke kawasan yang telah ditentukan pemerintah tersebut.
Kebijakan ini pun sempat mendapatkan protes dari para PSK dan germo.
(TribunJatim.com)