27 Bocah SD/SMP ini Bentuk Geng Pencuri, Jaringannya Menggurita dan Aksinya Mencengangkan
"Itu yang membuat kami pusing. Kami harus memastikan mereka tidak dihukum, tapi masyarakat terlanjur dibuat resah,"
Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Polsek Boyolangu Kabupaten Tulungagung tengah menangani geng pencuri yang beranggotakan 27 anak-anak.
Mereka masih duduk di bangku SD dan SMP.
Kapolsek Boyolangu, AKP Puji Widodo meengatakan, pihaknya selalu berusaha agar mereka tidak dihukum, dengan alasan masih di bawah umur. Namun masyarakat yang dibuat resah, menginginkan mereka dihukum.
"Itu yang membuat kami pusing. Kami harus memastikan mereka tidak dihukum, tapi masyarakat terlanjur dibuat resah," ucap Widodo, Selasa (20/6/2017).
Baca: Komplotan Perampas HP Pelajar Surabaya Digulung, Tiga Pelaku Ternyata Bocah SMP, Aksinya Mengerikan
Dikisahkan Widodo, terungkapnya geng ini bermula dari tertangkapnya Yy yang masih berusia 15 tahun. Pada awal 2017 bersama dua temannya, Yy mencuri sebuah motor dan seekor burung.
Yy sempat dijadikan tersangka, namun kasusnya kemudian diselesaikan melalui Alternatif Dispute Resolution (ADR) atau aternatif penyelesaikan sengketa.
Dari kasus tersebut, polisi juga lantas menangkap seorang penadah yang masih kelas VII SMP. Kemudian berkembang dan total ada 27 anak pelaku pencurian.
Baca: Lamongan Heboh, Siswa SMP Unggah Foto Porno Cewek Ingusan ke Facebook
Kata Widodo, total ada sekitar 10 kasus pencurian yang dilaporkan ke Polsek Boyolangu.
Dari 27 anak ini, mereka tersebar di sekitar 15 desa berbeda. Mereka membentuk kelompok-kelompok kecil saat beraksi.
Kebanyakan yang dicuri adalah helm, burung dan kucing hias. Setelah berhasil menjual hasil curian, mereka berkumpul bersama-sama di warung kopi.
“Istilahnya mereka ngopi bersama. Biasanya saat ngopi itu seluruh anggota ngumpul,” tutur Widodo.
Baca: Bocah SMP 10 Kali ini Tiduri Siswi SMK, Saat Pacarnya Hamil 7 Bulan, Malah Cengengesan
Sebelumnya, kelompok ini juga mempunyai "basecamp" untuk berkumpul seluruh anggota. Mulai dari di Desa Pucung Kidul dan di Desa Serut Kecamatan Boyolangu.
Namun tempat berkumpul ini dibubarkan warga setempat, karena dianggap mengganggu.
“Kalau kumpul bersama, jumlahnya puluhan bahkan ada yang perempuan juga. Makanya warga resah, dan mengusir mereka,” imbuhnya.
Banyak di antara anggota geng ini yang putus sekolah. Namun mayoritas masih berstatus pelajar SD dan SMP.
Baca: Hanya Berbekal Permen, Duda 1 Anak ini Berkali-kali Leluasa Setubuhi Bocah SMP yang Baru Dikenalnya
Karena itu, Widodo berharap ada peran masyarakat yang lebih luas, agar ikut mengawal anak-anak ini.
Sebab jika dibiarkan, lima tahun ke depan mereka akan menjadi pelaku kriminal yang lebih terlatih.
“Kalau hanya kami, pendekatannya tidak akan komprehensif. Kami berharap masyarakat mau terlibat, termasuk para pendamping anak. Ayo bersama kita arahkan anak-anak ini kembali menjadi individu yang baik,” tegas Widodo. (Surya/David Yohanes)