Pernah Ditukar dengan New York, Pulau di Indonesia Ini Jarang Terdengar Namanya, dan Nasibnya Miris
Tidak banyak yang mengetahuinya, tapi daerah ini sempat diperebutkan Inggris dan Belanda, dan ditukar dengan New York.
Baca: Lagi Ramai Dibicarakan Soal Agamanya, Sosok Gajah Mada Juga Sering Disebut Mirip Pria Muslim Ini
Ada banyak kawasan di nusantara yang menghasilkan pala.
Namun, yang daerah yang menjadi primadona penghasil pala adalah Pulau Run, Maluku Tengah.
Bahkan, karena pala yang ada di Pulau Run itulah, Inggris dan Belanda sampai melakukan perjanjian alot.
Baca: VIDEO: Gus Dur Ungkap Pendiri Kerajaan Majapahit Beragama Islam, Penjelasannya Mengejutkan
Pada 25 Desember 1616, Kapten Nathaniel Courthope mencapai Run untuk mempertahankannya dari klaim VOC.
Kontrak dengan penduduk setempat ditandatangani yang menerima Raja Inggris sebagai pemimpin berdaulat pulau ini.
Setelah empat tahun pengepungan oleh Belanda dan pembunuhan Nathaniel Courthope dalam penyergapan tahun 1620, Inggris dan sekutu setempat meninggalkan pulau tanpa perlawanan.
Baca: Inilah Sosok Penyumbang Emas Monas, Nasibnya Tragis, Bukannya Dihargai, Malah Sering Masuk Penjara
Menurut Perjanjian Westminster yang mengakhiri Perang Inggris-Belanda Pertama tahun 1652-1654, Run harus dikembalikan ke Inggris.
Usaha pertama tahun 1660 gagal karena ketegangan dengan Belanda; setelah usaha kedua tahun 1665, para pedagang Inggris diusir pada tahun yang sama dan Belanda menghancurkan pohon-pohon pala.
Setelah Perang Inggris-Belanda Kedua tahun 1665-1667, Inggris dan Provinsi Bersatu Belanda membuat ketetapan dalam Perjanjian Breda: Inggris menduduki Pulau Manhattan yang ditempati secara tidak sah oleh Adipati York (kemudian menjadi James II, saudara dari Charles II) tahun 1664, dan mengganti namanya dari Amsterdam Baru menjadi New York City.
Baca: Disebut Bakal Jadi Kebanggaan, Tugu Pancoran Tak Pernah Diresmikan, Ada Kisah Tragis di Baliknya
Sedangkan, Run diserahkan kepada Belanda.
Monopoli Belanda terhadap pala runtuh setelah pemindahan pohon pala ke Ceylon (kini Sri Lanka), Grenada, Singapura dan koloni Britania lainnya tahun 1817 setelah pendudukan pulau utamanya, Banda Besar, tahun 1810 oleh Kapten Cole yang mendorong keruntuhan supremasi Belanda dalam perdagangan rempah.
