Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ciptakan Lagu Kebangsaan Singapura, Pria Asal Indonesia Ini Nasibnya Justru Miris di Kampung Halaman

Tak disangka, pencipta lagu kebangsaan Singapura ternyata orang Indonesia, saat di kampung halaman sempat sulit cari pekerjaan

Penulis: Januar | Editor: Januar
Istimewa
Zubir Said 

TRIBUNJATIM.COM - Sebagai negara yang berada di satu kawasan, yaitu Asia Tenggara, Indonesia dan Singapura memang memiliki sejumlah kesamaan.

Di antaranya budaya yang hampir sama, hingga keragaman masyarakat, serta warna bendera yang juga hampir sama.

Sejarah budaya Singapura dan Indonesia memang bisa dianggap dekat.

Sebab, penduduk di dua negara tersebut memang sudah berinteraksi sejak lama.

Baca: VIDEO: Bak Film Action, Tukang Becak Ini Nekat Hadapi Kereta, Komentar Netter Malah Bikin Ngilu

Bahkan, banyak juga orang-orang Indonesia, atau yang berdarah Indonesia, memiliki peranan penting bagi negara Singapura.

Sehingga, tidak mengherankan, jika sampai saat ini terdapat sejumlah peninggalan, khususnya budaya yang juga hampir mirip dengan Indonesia.

Misalnya, lagu kebangsaan Singapura, Majulah Singapura.

Lagu kebangsaan itu ternyata diciptakan oleh orang Indonesia.

Baca: Tak Disangka, Ternyata Singapura Memang Contek Warna Bendera Indonesia, Alasannya Tak Terduga!

Orang tersebut adalah Zubid Said.

Zubir merupakan orang kelahiran Bukitinggi, atau Fort De Kock, Sumatera Barat, pada 22 Juli 1907.

Zubir merupakan anak tertua dari delapan bersaudara dalam keluarga Minangkabau.

Semasa kecil, Zubir hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar di sekolah Belanda pada tahun 1914 hingga 1921.

Baca: Sempat Dikira Hanya Mitos, dan Tak Pernah Ada, Ternyata Burung Garuda Benar-Benar Hidup dan Nyata

Namun, setelah 11 tahun mengenyam pendidikan, Zubir harus segera bekerja.

Sebab, itu terkait dengan keterbatasan perekonomian keluarganya.

Namun, dalam usia 18 tahun, dan pendidikan yang seadanya itu, peluang pekerjaan yang bisa didapatkan Zubir sangatlah terbatas.

Pertama kali, dia bekerja sebagai pembuat batu bata di sebuah pabrik.

Baca: Indonesia dan Monaco Warna Benderanya Sama, Lalu Siapa yang Menconteknya? Jawabannya Tak Terduga

Selang beberapa lama, Zubir pun mengikuti tawaran temannya untuk bekerja sebagai juru ketik.

Meski demikian, Zubir rupanya juga memiliki bakat yang gemilang di bidang musik.

Sehingga, selain bekera dia juga terus menyalurkan bakatnya itu.

Oleh karena itu, Zubir pun bergabung dengan grup keroncong dan berposisi sebagai pemain biola.

Baca: Jarang Diketahui, Negara Kecil yang Penduduknya Berbahasa Jepang Ini Berbatasan dengan Indonesia

Suatu saat, Zubir bertemu dengan seorang pegawai kecamatan.

Pegawai kecamatan itu memuji permainan biola Zubir.

Dia kemudian menyarankan agar Zubir mengembangkan bakatnya itu, dan keluar dari pekerjaannya itu.

Pada usia 19 tahun, Zubir keluar dari pekerjaannya sebagai juru ketik, dan serius dengan grup musik keroncong, lalu keliling berjalan dari desa ke desa di Sumatera.

Baca: Disebut Menginspirasi Bazooka, Senjata Rancangan Gajah Mada Ini Juga Bikin Ngeri Bangsa Eropa

Pad tahun 1928, tepatnya saat usianya menginjak 21 tahun, Zubir pindah ke Singapura, karena tertarik dengan gemerlapnya Singapura.

Dia pergi ke Singapura dengan menumpang kapal kargo, dan tanpa izin ayahnya.

Saat berada di Singapura, Zubir bergabung dengan sebuah kelompok operas yang para pemainnya berasal dari Melayu.

Bakatnya terus menarik perhatian banyak orang.

Baca: Inilah Sosok Penyumbang Emas Monas, Nasibnya Tragis, Bukannya Dihargai, Malah Sering Masuk Penjara

Pada tahun 1936, perusahaan rekaman milik Inggris, His Master's Voice (HMV) merekrutnya sebagai supervisor rekaman.

Karirnya di bidang musik terus melejit.

Hingga, pada tahun 1958, Zubir diminta mencipatakan lagu Majulah Singapura sebagai lagu resmi untuk Dewan Kota Singapura.

Belakangan, lagu itu pula yang dijadikan sebagai lagu kebangsaan Singapura.

Baca: Jadi Rival Panglima Sudirman, Jenderal Belanda Ini Malah Bernasib Tragis Usai Makan di Tanjung Priok

Terkait lagu yang diciptakannya itu, ternyata Zubir memang memiliki sebuah filosofi yang dianutnya.

Tepatnya, filosofi di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

(Diolah dari berbagai sumber)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved