Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tarik Wisatawan ke Gunung Bromo, Suku Tengger Gelar Karnaval Tradisional ini

Meski cuaca sangat panas, ribuan pelajar dan masyarakat Suku Tengger malah mengikuti karnaval tradisional ini.

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Mujib Anwar
SURYA/GALIH LINTARTIKA
Suku Tengger saat menggelar karnaval tradisional bertajuk Bromo Tengger Sukapura Carnival, Rabu (23/8/2017). 

TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO - Ribuan pelajar dan masyarakat Suku Tengger di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo menggelar Bromo Tengger Sukapura Carnival, Rabu (23/8/2017) siang.

Ini untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-72. Sekaligus menjadi event tahunan menarik para wisatawan untuk datang ke Gunung Bromo.

Meski cuaca sangat panas, semangat peserta pun tak surut. Mereka tetap menampilkan kesenian tradisional bangsa Indonesia dalam Sukapura Carnival tersebut.

Beberapa kesenian dan pakaian tradisional milik bangsa Indonesia ditampilkan dalam acara ini. Mulai pakaian khas suku tengger, dan beberapa suku lainnya.

(BREAKING NEWS - Pendaki Gunung Lawu Tewas di Puncak Argodalem)

Ada juga pakaian daur ulang yang dihias nan cantik. Tak hanya itu, beberapa penampilan kesenian tradisional seperti tari-tarian, reog ponorogo, dan lainnya menjadi pemanis acara ini.

Camat Sukapura Yulius Crhistian mengatakan, selain untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI Ke-72, acara ini juga untuk melestarikan kebudayaan suku tengger dan budaya Indonesia lainnya.

"Ini bentuk cinta kami terhadap NKRI. Kami mengajak semua pelajar dan elemen masyarakat di Sukapura untuk mengisi kemerdekaan dengan kegiatan seperti ini," katanya.

Dia menjelaskan, acara ini, juga dijadikan sebuah momen untuk mengajak generasi bangsa untuk tidak masuk ke dalam lubang yang salah.

(Tiket Dijual Rp 10 Jutaan, Ratusan Orang Ikuti Festival Seks di Hutan)

Kata dia, kegiatan positif ini bisa menjadi alternatif untuk mencegah anak-anak masa depan bangsa untuk tidak terjerumus ke dalam kegiatan negatif.

"Kegiatan ini rutin kami lakukan sebelumnya. Kami memang mengedepankan kearifan lokal suku tengger," terangnya.

Dikatakan dia, suku tengger ini sudah kaya dengan kearifan lokalnya. Suku tengger menjadi salah satu ujung tombak untuk mempersatukan dan menjaga kesatuan bangsa.

"Bahkan, dengan kearifan lokal inilah yang membuat kami, camat, kapolrek, dan danramil atau unsur tiga pilar menjaga persatuan bangsa, termasuk mencegah paham radikalisme masuk ke suku tengger ini," paparnya.

(Timnas Imbang Lawan Vietnam, Netizen Malaysia Malah Prediksi Indonesia Lolos Semifinal)

Sesepuh Tengger Supoyo mengatakan, penyebaran paham radikalisme ini memang perlu diantisipasi. Ia sebagai sesepuh tak ingin suku tengger terkontaminasi dengan paham seperti itu.

"Kami, bersama tokoh agama lainnya dan bersama masyarakat bergandengan tangan untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Hal itu bisa menjadi power kami untuk melawan paham radikal agar tidak masuk ke sini," katanya.

Menurut Supoyo, kerukunan dan keharmonisan itu harus dijaga sesuai dengan Tri Hita Karakan, atau tiga hubungan yang harmonis.

Yakni, manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.

(Tiga Bulan Aliran Air PDAM Surabaya Macet Total, 250 KK ini Kelimpungan, Protesnya Juga Tak Digubris)

"Itu kunci kami selama ini. Makanya suku tengger tetap kompak dan harmonis sampai sekarang ini. Saya kira, kami akan melawan paham itu dengan cara dan budaya kami yakni tengger," papar dia.

Ia menjelaskan, selain itu, budaya dan kearifan lokal itu juga menjadi filter. Menurutnya, tradisi dan budaya yang ada tengger ini akan terus dikembangkan dan dipertahankan sampai kapanpun.

"Selain melestarikan budaya leluhur, kami juga menjadikan hal itu menjadi sebuah kebiasaan positif. Misalnya, tetap mempertahankan kasada, pujan kasanga, tradisi lainnya," ungkapnya.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga akan memberikan himbauan di setiap kegiatan masyarakat. Kata dia, di setiap pertemuan dengan masyarakat, pihaknya akan memberikan wawasan dan gambaran tentang bahanya paham radikalisme.

"Sudah saya sampaikan ke masyarakat, pemerintah desa, pihak sekolah , untuk gencar memberikan himbauan terhadap paham radikal. Jangan sampai salah jalan. Bahkan, saya minta ke pihak sekolah untuk mendidik siswanya dengan kegiatan positif," pungkasnya. (Surya/Galih Lintartika)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved