Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

TOP 5 Nasional

Dari 'Rumah Hantu' Dirjen Hubla Buat Simpan Keris Hingga First Travel Nunggak Hotel di Arab

Berikut lima berita terpopuler Nasional di TribunJatim.com, pada Jumat (25/8/2017)

Penulis: Edwin Fajerial | Editor: Edwin Fajerial
TRIBUNNEWS.COM
Kolase foto 5 berita terpopuler Nasional 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Berikut lima berita terpopuler Nasional di Tribunnews.com, pada Jumat (25/8/2017):

1. Tak Hanya Uang Rp20,74 Miliar, 'Rumah Hantu' yang Ditempati Dirjen Hubla Juga Simpan Keris dan Akik

Sepi dan kumuh. Itulah kesan yang muncul saat melihat Mess Perwira Bahtera Suaka, Jakarta Pusat.

Di mess inilah Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Antonius Tonny Budiono alias ATB menaruh barang berharga dan uang diduga hasil suap mencapai Rp 20,74 miliar.

Suap diduga terkait proyek pengerjaan pengerukan Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, Jawa Tengah.

Uang suap diberikan dari Komisaris PT Adhi Guna Keruktama, Adiputra Kurniawan.

Petugas KPK menemukan barang bukti berupa 33 tas dan koper berisi uang dalam bentuk mata uang rupiah, dollar AS, poundsterling, euro dan ringgit Malaysia, di rumah Mess perwira yang terlihat sepi dan kotor bak 'rumah hantu'.

Setelah petugas menghitung, total nilai uang di tas dan koper-koper mencapai Rp 18,9 miliar. Selain itu, juga ditemukan empat kartu ATM dari tiga bank dengan saldo Rp 1,174 miliar.

Berdasarkan pemantauan pada Jumat (25/8/2017), Mess Perwira Bahtera Suaka merupakan tempat tinggal bagi pegawai di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan yang didirikan sejak 7 Mei 1985.

Sekarang, mayoritas dari para pemilik rumah sudah meninggalkan lokasi itu karena pensiun. Hanya beberapa tempat tinggal yang masih dipergunakan.

Sehingga, menimbulkan kesan sepi termasuk ketika siang hari. Selain itu, kondisi lingkungan dan rumah tempat tinggal itu kotor dan kumuh.

Mess Perwira Bahtera Suaka, Jakarta Pusat, tempat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Antonius Tonny Budiono alias ATB menaruh barang berharga dan uang diduga hasil suap mencapai Rp 20,74 miliar.
Mess Perwira Bahtera Suaka, Jakarta Pusat, tempat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Antonius Tonny Budiono alias ATB menaruh barang berharga dan uang diduga hasil suap mencapai Rp 20,74 miliar. ()

Rumah tempat tinggal itu lebih mirip rumah susun. Namun, karena sudah lebih dari 30 tahun tidak diperbaiki, maka terlihat sudah mulai rusak. Cat berwarna kuning sudah mulai mengelupas. Sementara itu, atap rumah sebagian sudah bolong.

Tidak ada petugas keamanan yang berjaga di tempat itu. Sebuah posko keamanan di bagian depan komplek Mess Perwira Bahtera Suaka dibiarkan kosong. Sehingga, tidak ada yang mengawasi aktivitas warga, terlebih ketika malam hari.

"Situasi di sini sepi. Rata-rata yang tinggal di sini pensiunan. Hanya beberapa orang saja yang masih aktif (bekerja,-red)" ujar salah seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya, kepada wartawan, Jumat (25/8/2017).

ATB menempati rumah bernomor Blok B Lantai 1 di ruangan 2. Rumah itu bertipe 45 memiliki dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan ruang tamu yang menjadi satu dengan ruang makan.

Rumah berada di tengah-tengah berdampingan dengan rumah lainnya. Namun, rumah di sisi kanan dan kiri maupun di bagian depan tidak ada orang yang menempati. Rumah susun itu terdiri dari tiga lantai.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Antonius Tonny Budiono alias ATB memanfaatkan Mess Perwira Bahtera Suaka, Jakarta Pusat untuk menaruh barang berharga dan uang diduga hasil suap mencapai Rp 20,74 miliar. (Tribunnews.com/Glery Lazuardi)
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Antonius Tonny Budiono alias ATB memanfaatkan Mess Perwira Bahtera Suaka, Jakarta Pusat untuk menaruh barang berharga dan uang diduga hasil suap mencapai Rp 20,74 miliar. (Tribunnews.com/Glery Lazuardi) ()

Untuk mencari barang bukti tambahan terkait kasus suap, penyidik KPK menggeledah kembali kediaman ATB.

Menurut Suroto, sebanyak delapan petugas KPK didampingi aparat kepolisian menggeledah tempat itu pada Jumat sekitar pukul 05.00 WIB.

Sebelum penggeledahan dilakukan, dia bersama para penyidik sempat melaksanakan ibadah Shalat Subuh berjamaah di musala yang letaknya tidak jauh dari kediaman ATB.

Penggeledahan berlangsung selama empat jam.

"Setelah shalat subuh baru digeledah. Perempuan empat orang. Laki-laki empat orang. Polisi dua," jelasnya.

Suroto menyaksikan secara langsung penggeledahan itu. Dia melihat keadaan rumah dari ATB yang berantakan. Sejumlah pakaian menumpuk di atas tempat tidur.

Dia menjelaskan, di depan pintu ada tumpukan kardus. Kardus-kardus berisi buku dan barang-barang menumpuk tidak beraturan. Ada meja CPU, printer, dan koper.

Dari penggeledahan itu, penyidik turut menyita sekitar empat keris, 10 cincin, sejumlah berkas, pulpen, dan satu tombak yang diduga sebagai cinderamata atau tombak.

"Barang-barang yang berharga, batu (akik,-red), cincin, jam, buku tabungan, keris, kertas transparan," ulasnya.

Setelah melakukan penggeledahan di tempat itu, petugas KPK mencabut pita berwarna merah yang diletakkan di depan rumah. Pintu rumah itu juga dikunci.

"Sekarang segel dah dicopot karena sudah dibawa semua. Kunci dibawa KPK," tambahnya.

2. Duit Suap Keruk Pelabuhan Diduga Sering Dipakai untuk 'Jajan' PSK? Ini Jawaban Dirjen Hubla

Dirjen Perhubungan Laut (Dirjen Hubla) Antonius Tonny Budiono terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) petugas KPK.

Antonius Tonny Budiono tertangkap dengan barang bukti dugaan suap 33 ransel berisi Rp18,9 miliar dan empat kartu ATM bersisa saldo Rp1,174 miliar di dalam mess tempat tinggalnya, Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Sebanyak 33 ransel berisi uang Rp18,9 miliar itu dikumpulkan oleh Tonny selama dua tahun terakhir dari beberapa pengusaha terkait sejumlah perizinan dan penggarapan proyek di lingkungan Ditjen Hubla Kemenhub sepanjang 2016-2017.

Sementara, empat kartu ATM dengan identitas rekening fiktif bersaldo Rp1,174 miliar juga didapatnya dari beberapa pengusaha terkait sejumlah proyek pengerukan pelabuhan.

Satu di antara ATM tersebut didapatnya dari Komisari PT Adhiguna Keruktama (PT AGK), Adiputra Kurniawan, selaku penggarap proyek pengerukan di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah.

Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan mengungkapkan, dari penelusuran pihaknya, ditemukan penggunaan keempat kartu ATM untuk sejumlah keperluan pribadi dan anak dari Tonny.

Di antaranya Tonny kerap menggunakan kartu-kartu ATM tersebut untuk pembayaran booking atau menginap di beberapa hotel di Jakarta.

Namun, Basaria enggan menjelaskan lebih lanjut dalam rangka apa Tonny sering menggunakan kartu-kartu ATM tersebut di hotel.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, diketahui Tonny kerap menggunakan kartu-kař ATM pemberian pengusaha itu untuk "jajan" PSK dan pembayaran sewa kamar beberapa hotel berbeda di ibukota.

"Tiap minggu si ATB selalu 'jajan' dengan ATM dari rekening itu," ujar sumber di KPK.

Menurutnya, minimal Tonny sekali dalam seminggu "jajan" PSK dan membuka kamar hotel.

Salah satu hotel tempat "piknik malam" Tonny itu ada di kawasan Kota, Jakarta.

Setelah terjaring OTT dan dilakukan pemeriksaan, Tonny dan Adiputra Kurniawan dijebloskan ke tahanan berbeda pada Jumat (25/8/2017) dini hari.

Tonny mengakui 33 tas ransel berisi Rp18,9 miliar dan empat kartu ATM dengan sisa salso Rp1,174 miliar adalah pemberian dari sejumlah pengusaha sejak 2016 sampai 2017.

Uang lebih Rp20 miliar itu didapatnya karena telah membantu para pengusaha "membereskan" para mafia yang kerap mengganggu perizinan dan proyek kemaritiman, termasuk proyek infrstruktur pelabuhan.

Lantas, Tonny mengaku hilaf sampai menerima uang sebanyak itu yang diakuinya telah melanggar hukum.

Ia menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Indonesia atas semua kesalahannya menerima suap ini.

Tonny membantah sebagian dana suap di empat kartu ATM itu telah digunakannya untuk keperluan anaknya.

Ia mengaku keempat kartu ATM selalu ada di dirinya dan digunakan untuk keperluan pribadi.

Meski begitu, dia membantah sebagian dana dari empat kartu ATM itu sering digunakan untuk membayar jasa PSK dan biaya sewa hotel.

"Enggak, enggak. Kamu kata siapa," jawab Tonny saat dikonfirmasi Tribun.

Tonny hanya mengaku, sejumlah dana suap dari para pengusaha telah digunakannya untuk kegiatan sosial.

Dan terakhir sisa dana pemberian dari para pengusaha tersisa Rp18,9 miliar di dalam 33 ransel dan koper.

"Saya tujuannya (penggunaan uang) untuk operasional. Kadang-kadang saya ada kebutuhan untuk yatim piatu saya nyumbang, kemudian juga saya nyumbang untuk perbaiki gereja rusak. Terus, ada juga untuk sekolahan rusak," kata dia.

"Saya nyumbang untuk kebutuhan kebutuhan sosial," imbuhnya.

Sementara itu, juru bicara KPK Febri Diansyah mengakui ada sejumlah transaksi yang dilakukan oleh Tonny dengan menggubakan keempat kartu ATM itu.

"Saya belum mendapat informasi resmi atau rinci perihal penggunaan keempat kartu ATM itu," kata Febri.

Antonius Tonny Budiono diangkat menjadi Dirjen Hubla semasa Menteri Perhubungan Ignatius Jonan. Pria 59 tahun akan pensiun pada tahun depan.

Dia tinggal seorang diri di mess Perwira Bahtera Suaka, kawasan Gunung Sahari, Jakpus, yang sederhana dan kusam.

Ketua RT setempat, Suroto mengatakan, Tonny tinggal di rumah dinas di mess nya hampir setiap Senin sampai Jumat. Dan Tonny tidur di rumah pribadinya pad akhir pekan.

Meski begitu, warga sekitar jarang bertemu dengan Tonny. Sebab, dia sering pulang ke rumah mess nya pada malam hari. Dan dia beralasan sibuk bekerja sehingga terlihat jarang di rumah.

Dan Tonny pun terlihat lebih sering menumpangi taksi online dan konvensional saat pulang dari kantor.

"Pulang kadang sore kadang malam. Pernah saya ketemu jam 12 malam," tutur Suroto.

3. Fahri Hamzah Ditegur Jokowi Mengapa Rajin Mengkritik KPK?

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzahmengaku ditegur Presiden Joko Widodo (Jokowi), ditanyakan mengapa 'rajin' mengkritik lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Fahri mengaku hal itu terjadi saat berbicara dengan Presiden.

"Saya sudah bilang ke Pak Jokowi bulan puasa. 'Pak Fahri, kenapa kritik KPK terus?' Saya bilang, 'Pak, ada negara dalam negara, hati-hati Bapak'," ungkap Fahri di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (25/8/2017).

Fahri mengatakan dia berbicara seperti itu saat berada di meja makan Istana. Menurutnya, dia sekadar mengingatkan Presiden.

"Saya bilang begitu di meja makan Istana. Saya buka ini karena saya udah ngomong, saya ingetin Presiden, ada negara dalam negara," kata Fahri.

Fahri kemudian menuding orang-orang yang ada di KPK besar kepala karena menganggap posisi moralnya lebih tinggi daripada yang lain. Fahri melabeli pihak yang berada di KPK dengan sebutan 'belagu'.

"Jadi KPK itu, saking moralnya tinggi, kayak lembaga kultus (suci). Akhirnya orang-orang ini belagu, petantang-petenteng sambil kelakuannya itu, padahal setan juga banyak itu," ucapnya.

Sebelumnya mantan Juru Bicara KPK yang kini menjabat sebagai Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo memastikan belum mendengar ada rencana panitia khusus angket Komisi Pemberantasan Korupsi untuk memanggil Presiden.

Fahri sempat mengusulkan Pansus Angket KPK meminta keterangan dari Presien.

Johan menegaskan bahwa Fahri tidak bisa mewakili pansus angket karena bukan merupakan pimpinan atau anggotanya.

"Pak Fahri itu pansus (angket) bukan?" ucap Johan.

Johan menegaskan kembali, Presiden baru akan bersikap apabila ada rekomendasi resmi yang dikeluarkan oleh pansus KPK, termasuk soal usul agar Jokowi menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) revisi UU KPK, sejauh ini baru sebatas wacana.

"Rekomendasinya apa dulu pansus ini. Baru Presiden bisa bersikap. Rekomendasi pansus kepada pemerintah kan belum ada. Kalau sudah ada kan, baru didiskusikan di dalam," ucap dia.

Fahri Hamzah sebelumnya mengusulkan agar Pansus Angket KPKmemanggil Jokowi. Presiden, menurutnya, perlu dihadirkan sebelum rekomendasi pansus diputuskan, namun setelah pansus memanggil KPK.

"Saya sendiri (mengusulkan) seharusnya Presiden dihadirkan," kata Fahri, Rabu (23/8/2017) lalu.

4. Untuk Apa 700 Ribu Poundsterling yang Disetor First Travel Pada Restoran di London? Ini Rinciannya

Pengelola restoran Nusa Dua di London, yang dikaitkan dengan bos First Travel, Andika Surahman-Anniesa Hasibuan, menceritakan dana yang dikeluarkan di London digunakan untuk 'restoran, fashion show dan jalan-jalan di Eropa'.

Pengelola restotan Nusa Dua, Firdaus Ahmad dan Usya Soerharjono, seperti dilansir BBC Indonesia di lokasi restoran di beralamat di 118-120 Shaftesbury Avenue, membenarkan dana yang dikeluarkan oleh Andika dan Anniesa pada tahun 2014-2015.

Namun keduanya tidak menyebutkan berapa besar dana yang dikeluarkan secara keseluruhan.

Hubungan dengan bos First Travel, Andika dan Anniesa, berawal ketika Firdaus mengantarkan Andika dan Anniesa saat berlibur di Inggris.

Penelusuran polisi dalam kasus dugaan penipuan dan penggelapan dana jemaah umrah oleh perusahaan First Travel memunculkan klaim bahwa bos First Travel membeli restoran di London.

Nusa Dua restoran di London
Nusa Dua restoran di London ()

Keterangan polisi, sebagaimana ramai diberitakan oleh media di Indonesia, menyebutkan bahwa bos First Travel, pasangan suami istri Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan membeli restoran tersebut pada 2016 seharga £700.000.

Laporan-laporan di Indonesia menyebutkan, jika dirupiahkan, nilainya antara Rp14-15 miliar.

Pernyataan tersebut, menurut Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Polisi Herry Rudolf Nahak, didasarkan pada pengakuan Andika dan Anniesa sendiri.

Firdaus mengakui ada dana dari Andika dan Anniesa, tapi itu terjadi pada 2014-2015 dan tidak hanya untuk operasional restoran saja.

"Jadi kurang lebih kalau (dikatakan ada) 700 (ribu poundsterling), itu ya untuk renovasi (restoran), untuk (membantu penyelenggaraan festival) Halo Indonesia (di Trafalgar Square)," kata Firdaus.

'Tukar guling'

Sementara itu istri Firdaus, Usya menambahkan, "(Untuk) biaya dua kali keliling Eropa Andika-Anniesa dan keluarganya dan peragaan busana."

Firdaus mengatakan, "Yang peragaan busana kan mahal, termasuk untuk membayar model-model di acara tersebut."

Intinya, kata Firdaus, ada penyertaan dana pada 2014 untuk sejumlah pengeluaran.

Pengelola restoran ini mengatakan dari sisi hubungan finansial, mereka tidak lagi memiliki hubungan dengan Andika-Anniesa.

"Pada Maret 2017 saya menyerahkan apartemen saya di Indonesia ke Andika. Ada akta notarisnya," kata Usya. Penyerahan ini menurut Usya menandai 'pembelian saham Andika di Nusa Dua' oleh dirinya dan Firdaus.

Firdaus menyebutnya sebagai 'tukar guling dan ini juga atas keinginan Andika'.

Di papan nama Nusa Dua tercantum 'part of FT Group' atau bagian dari FT Grup dan tulisan FT Group masih digunakan di papan nama restoran sampai sekarang karena menurut Firdaus memerlukan izin dan dana untuk penggantian.

"Itulah Andika. Di atas kertas kepemilikannya tidak ada," kata Firdaus. "Dia ingin mejeng, (ingin nama perusahannya) ada di London. Itu saja," tambah Usya.

Nusa Dua berada di kawasan turis. Selain kafe, toko, dan restoran di deerah ini terdapat pula sejumlah teater.

Awal berkenalan dengan Andika, kata Firdaus, terjadi saat ia sedang mencari peluang baru untuk memperbesar restoran lamanya yang terletak di Dean Street, tak jauh dari Shaftesbury Avenue.

Ada tawaran untuk mengambil alih dan menjalankan salah satu restoran Cina di Shaftesbury Avenue. "Letaknya strategis, Andika setuju, kebetulan ada peluang. Dulu Andika punya restoran (di Indonesia), tapi tutup," ungkap Firdaus kepada BBC Indonesia.

Dari sinilah ada keterlibatan Andika dan Anniesa di restoran Nusa Dua. "Ya bantu-bantulah," kata Firdaus seraya menambahkan bahwa itu terjadi pada 2014.

Ia mengatakan restoran Cina yang ia ambil alih mengalami renovasi besar-besaran. "Dan itu mahal biayanya," kata Firdaus.

Dokumen yang didapat dari Land Registry -lembaga yang menyimpan data pemilik properti di Inggris- memperlihatkan bahwa properti di 118-120 Shaftesbury Avenue, tempat restoran Nusa Dua berlokasi, dimiliki oleh Shaftesbury Chinatown Limited.

Dokumen ini juga menyebutkan bahwa status properti ini disewakan mulai 4 Desember 2009 hingga 24 Desember 2034.

Usya menjelaskan bahwa properti yang dipakai restoran Nusa Dua memang bukan milik dirinya. "Kita tidak bisa memiliki properti ini seperti ini di pusat kota London. Yang bisa dilakukan adalah menyewa dan menggunakan," katanya.

Firdaus mengatakan pihaknya mengeluarkan dana £285.000 untuk mengambil alih pengunaan properti dari pemilik lama. "Kami penyewa di sini," katanya.

Ia menegaskan tidak ada nama Andika atau Anisa sebagai pemilik resmi restoran Nusa Dua.

"Andika tidak ada namanya di Nusa Dua. Dia sudah tukar guling. Itu kan secara lisan, (Andika mengatakan) ada restoran di London, dibeli £700.000. Saya tak tahu bagaimana ia bisa mengatakan seperti itu," kata Firdaus.

5. Bos First Travel Minta Layanan Mewah Tapi Tunggakan Hotel di Arab Capai Rp 24 Miliar

Pengusaha Arab Saudi, Ahmed Saber, selama ini berusaha menjaga hubungan bisnis dengan First Travel.

Ahmed selalu menyediakan kamar hotel terbaik dan mobil mewah untuk bos First Travel, Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan, ketika mereka berada di Arab Saudi.

Penyediaan fasilitas kelas VIP atau private itu bukanlah inisiatif Ahmed. Menurutnya, justru Andika dan Anniesa yang minta dilayani bak raja.

Ahmed Saber merupakan pengusaha Hotel Dyar Al-Manasik di Jeddah. Hotel tersebut dipilih sebagai tempat penginapan jemaah umrah asal Indonesia yang berangkat ke Tanah Suci lewat First Travel.

Kerja sama Andika dan Ahmed dimulai sekitar 2015. Pada masa awal kerja sama, pembayaran lancar-lancar saja. Pada 2016, pembayaran mulai terlambat.

Memasuki tahun 2017, bisnis Andika mulai goyang. Saber pun tak lagi menerima pembayaran dari Andika sejak Maret 2017. Hingga saat ini totalnya mencapai Rp 25 miliar.

"Setiap saya tanyakan Andika soal pelunasan pembayaran, alasannya selalu ada saja," kata Saber di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (25/8/2017) siang.

Saber menambahkan, Andika pernah bercerita bahwa asosiasi biro perjalanan di Indonesia ingin membekukan First Travel karena menjual paket umrah yang terlalu murah.

Dua hari sebelum Andika ditangkap, Saber menghubunginya dan meminta bertemu. Namun, Andika menghindar.

Pada 8 Agustus 2017, Andika mengirim pesan singkat kepada Saber bahwa dirinya tengah berada di Kementerian Agama untuk mengurus pembekuan First Travel.

Kemudian Andika kembali mengiriminya pesan singkat, mengabarkan bahwa dirinya ditangkap polisi. Saber mengatakan, meski ditangkap, Andika menjanjikan bahwa utang-utang tersebut akan dilunasi.

Turaji, penasihat hukum Ahmed Saber menyatakan, kerja sama First Travel dan Hotel Dyar Al-Manasik awalnya berjalan baik.

"Sampai awal tahun 2017 lancar tanpa ada tunggakan sama sekali. Tetapi begitu bulan Maret tahun 2017, tunggakan kian banyak hingga pada akhirnya per 7 Juli 2017, tunggakannya masih Rp 24 miliar," beber Turaji.

Pihak First Travel berdalih memiliki masalah internal di Jakarta sehingga belum bisa membayar kewajiban ke Hotel Dyar Al-Manasik.

Dalam wawancara di Kompas TV, Kamis malam, Ahmed Saber menyatakan, Andika dan istrinya, Anniesa, memiliki gaya hidup yang mewah. Saber juga melihatnya dari foto-foto mereka saat liburan ke luar negeri.

Saber mengaku pernah diajak berlibur ke Indonesia sebagai balasan karena mengajak Andika dan Anniesa berlibur di Arab Saudi.

"Saya lihat cara hidup Andika. Sepertinya ia punya uang yang banyak. Tapi saya tidak tahu di mana saja ia berbisnis," kata Saber.

Melihat kemewahan pasangan suami-istri tersebut, Saber percaya bahwa keduanya memiliki usaha yang sukses. Bahkan, Saber menganggap Andika punya bisnis lain di luar agen perjalanan umrah.

"Pertama saya kenal dekat Andika, tidak ada tanda dia akan bangkrut," kata Saber.

Ahmed Saber yang didampingi Turaji akhirnya melaporkan First Travel ke Bareskrim Polri pada Jumat siang.

Ahmed Saber mengaku berupaya mendapatkan aset-aset Andika. Padahal, aset tersebut telah disita Polri dalam rangka menelusuri dugaan pencucian uang.

Rencananya, Saber akan melaporkan Andika ke pengadilan di Arab Saudi, bukan ke kepolisian. Saber juga meminta agar Pemerintah Indonesia ikut membantu menyelesaikan masalah ini.

Gaya hidup mewah Andika dan istri juga dibeberkan mantan karyawati First Travel yang menjadi narasumber acara "Rosi" di Kompas TV, Kamis malam.

"Sehari-harinya, bapak dan ibu sangat mewah. Datang ke Kuningan dan Depok (kantor First Travel) selalu dengan Hummer," ujarnya.

Di beberapa situs otomotif, mobil Hummer keluaran terakhir dibanderol sekitar Rp 5 miliar.

Bahkan, untuk jarak dekat pun, mereka bepergian dengan menggunakan mobil.

"Bapak salat Jumat dari kantor ke masjid yang waktu tempuhnya lima menit, maunya dianter Hummer," kata perempuan tersebut.

Andika dan istri selalu dikawal bodyguard. Peran bodyguard tersebut membuat mantan karyawati tersebut takut untuk memberikan kesaksian kepada pihak kepolisian.

"Bapak dan ibu punya bodyguard khusus dari "Pasukan Garuda". Saya juga lihat berita, ternyata mereka simpan senjata tajam," kata perempuan tersebut.

Sejauh ini belum ada kejelasan, siapa yang dimaksud Pasukan Garuda tersebut. Selama ini, Pasukan Garuda merupakan nama untuk pasukan TNI yang dikirim sebagai pasukan perdamaian ke sejumlah negara yang mengalami konflik.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved