Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Top 5 Nasional

Dari Anak Sulung Bos First Travel Hingga Polisi Amankan Enam Tersangka Terkait Saracen

Berikut lima berita terpopuler Nasional di Tribunnews.com, pada Jumat (1/9/2017):

Penulis: Edwin Fajerial | Editor: Edwin Fajerial
TRIBUNNEWS.COM
Kolase lima berita terpopuler Nasional 

Nguyen Phu Trong tiba di Istana Merdeka sekira pukul 10.30 WIB.

Kedatangannya disambut dengan upacara kenegaraan.

Rabu (23/8/2017) pagi, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam Nguyen Phu Trong mengunjungi Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo. (Tribunnews.com/ Imanuel Nicolas Manafe)
Rabu (23/8/2017) pagi, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam Nguyen Phu Trong mengunjungi Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo. (Tribunnews.com/ Imanuel Nicolas Manafe) ()

Dalam pertemuannya, Presiden mengapresiasi hubungan kerjasama antara kedua negara yang telah terbangun selama 60 tahun.

Sikap presiden itulah yang masih menjadi ganjalan bagi segelintir netizen dan menkaitkan dengan peristiwa lainnya.

Salah satu pengguna Twitter mengunggah sebuah foto Emine Erdogan saat mengunjungi muslim Rohingya.

Melalui postingan itu, ia meminta Presiden Jokowi bersikap layaknya seorang pemimpin negara, dan bukan malah menyambut hangat komunis.

Postingan itu ia sampaikan dengan memention akun Twitter @Chilli_Pari yang notabene dikelola Gibran Rakabuming Raka.

Dalam postingan itu, pemilik akun Twitter @SultanMudaVIII meminta Gibran untuk memberitahu ayahnya agar bersikap sebagai kepala negara.

Gibran pun ternyata merespon mention tersebut, dengan jawaban khasnya yang santai.

4. Dapat Hadiah Dua Ekor Kuda Sandalwood, Presiden Jokowi Lapor KPK

Presiden Joko Widodo melaporkan dua ekor kuda pemberian warga Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Laporan ini terkait perintah Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi agar penyelenggara negara melaporkan gratifikasi ke KPK.

Saat kunjungan ke Kabupaten Sumba Barat Daya pada pertengahan Juli 2017 lalu, Presiden Jokowi mendapat hadiah dua ekor kuda jenis Sandalwood.

Kuda jenis Sandalwood pemberian warga Sumba Barat Daya, NTT, kepada Presiden Jokowi, dirawat di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. (Kompas.com/Ambaranie Nadia)
Kuda jenis Sandalwood pemberian warga Sumba Barat Daya, NTT, kepada Presiden Jokowi, dirawat di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. (Kompas.com/Ambaranie Nadia) ()

Dua ekor kuda ini diberikan sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi warga adat Sumba Barat Daya kepada Presiden Jokowi.

5. Polisi Telah Amankan Enam Tersangka Terkait Saracen

Penyidik Direktorat Siber Badan Reserse Kriminal Polri sudah menangkap enam pelaku dalam sindikat Saracen yang menyebarkan kebencian menggunakan isu SARA di media sosial (medsos). Para pelaku saling mengenal dan terintegrasi di medsos.

Pengungkapan berawal dari penangkapan RK pada 2016. Lalu, aparat kepolisian menangkap pelaku RY pada Februari 2017.

Berselang lima bulan, polisi menangkap pelaku penyebar konten SARA, MFT, dan seorang ibu rumah tangga, SRN.

SRN, tersangka penghinaan Presiden Joko Widodo. Setelah ditangkap, akun media sosial, Facebook milik SRN yang digunakan menyebarkan kebencian masih aktif. Ternyata, akun itu dipulihkan Jasriadi yang belakangan diamankan di Pekanbaru, Riau.

Berdasarkan penyidikan, Jasriadi terkait tiga orang yang sudah diamankan aparat kepolisian karena kasus ujaran kebencian.

Mereka yaitu, SRN, RY, dan MFT dan diketahui, para pelaku saling mengenal.

"Ema, tersangka. Penanganan hukumnya saya," tutur Kepala Sub Direktorat I Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserse Kriminal Polri, Komisaris Besar Irwan Anwar, kepada wartawan, Kamis (31/8/2017).

Belakangan, aparat kepolisian kembali mengamankan pelaku dalam Sindikat Saracen.

MAH, pendiri grup Saracen di media sosial Facebook, diamankan di kediamannya, Jalan Bawal, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Rabu (30/8/2017), sekitar pukul 06.00 WiB.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Komisaris Besar Martinus Sitompul, mengatakan keterlibatan MAH adalah founder atau pendiri atau yang membuat kelompok Saracen ini dalam media sosial.

Selain itu, MAH juga diduga memiliki kemampuan dalam bidang teknologi informasi.

MAH seringkali mengunggah berbagai konten ujaran kebencian dan bernuansa SARA di dalam akun Facebook Saracen.

MAH terpantau mengubah grup Saracen menjadi NKRI Harga Mati.

Dia diketahui tetap aktif menebar kebencian, meskipun Jasriadi telah ditangkap. Penyidik menetapkan MAH sebagai tersangka dan menahannya di Rumah Tahanan Bareskrim Polri yang berlokasi di Mapolda Metro Jaya.

"Keterlibatan yang bersangkutan ini sebagai founder Saracen. Yang bersangkutan mengganti web Saracennews.com menjadi NKRI harga mati. Artinya, yang bersangkutan ini mempunyai kemampuan mengganti," kata Martinus.

Penyidik masih menelusuri lebih lanjut terkait grup Saracen. Penyidik tidak menutup kemungkinan akan mengembangkan ke nama-nama lain yang muncul dalam kasus ini kemudian menetapkan sebagai tersangka.

"Potensi tersangka lain ada dan tentu bukan ingin menyasar seseorang, tetapi karena praktek perbuatan melawan hukum ini dilakukan," ujarnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved