Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

60 Pusaka Keramat di Madiun Diruwat, Lima Diantaranya Sangat Bertuah dan Milik Tokoh Penting ini

Ruwatan pusaka keramat dilakukan saat bulan Suro agar peninggalan leluhur ini tuahnya tetap terjaga.

Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Mujib Anwar
SURYA/RAHADIAN BAGUS
Raden Tumenggung Santo Siswojo Dipuro menunjukan keris Kiai Kala Gumarang, salah satu pusaka sakti dan keramat milik Pemkab Madiun, Rabu (27/9/2017). 

TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Setiap setahun sekali, pada bulan Suro sebanyak 60 pusaka milik Pemkab Madiun, dimandikan.

Rabu (27/9/2017) siang itu, dua penjamas tampak mengeluarkan sejumlah keris dari ruang pusaka Pendopo Muda Graha Kabupaten Madiun. 

Seperti telah diketahui, bagi masyarakat Jawa, bulan suro merupakan bulan sakral dan penuh rahmat.

Pada bulan tersebut, masyarakat Jawa biasanya memandikan keris, tombak, dan pusaka lainnya.

(Peringati Tahun Baru Jawa, Warga Lintas Daerah Gelar Selamatan Tapel, Ada Pancasila di Dalamnya)

Seorang penjamas, Raden Tumenggung Santo Siswojo Dipuro (85) mengatakan, setiap tahun pada bulan Suro, ia dan rekannya Mas Ngabei Sunarko Diprojo mencuci seluruh pusaka milik Pemkab Madiun.

"Yang dijamasi semuanya, ada 60 pusaka. Dalam pengertian dijamasi (dibersihkan) dalam arti fisik jangan sampai kena karat. Tetapi dalam ritualnya, supaya yang memiliki juga punya hati yang bersih, kelakuan bersih, dan karakter yang baik dalam mengabdi kepada negara," kata Siswojo, Rabu (27/9/2017).

Dari 60 pusaka yang disimpan, ada lima pusaka utama yang memiliki nilai sejarah tinggi.

(Ditangkap Hina Polisi Lewat Ujaran Kebencian di Facebook, Pemuda di Lamongan ini Malah Tersenyum)

Kelima pusaka tersebut, yaitu dua keris Kiai Kala Gumarang dan Kiai Baledono, serta Tombak Kiai Balabar dan Kiai Singkir, dan Wesi Towo (tongkat teken).

Dua keris tersebut, kata Siswojo diperkirakan berusia sekitar 1439 masehi. "Umurnya lebih dari 400 tahun. Dulu dua keris ini dipakai Raden Ronggo Jumeno, Bupati pertama Madiun," katanya menunjukan dua keris yang dianggap keramat ini.

Ia mengatakan, sebelum mencuci keris dan tombak itu, disiapkan beberapa sesaji yang diletakan di meja di ruang penyimpanan. Di antaranya dua sisir pisang, kembang, nasi tumpeng lengkap dengan lauknya.

(Pengamat Intelijen: Hati-hati Operasi Asing Sengaja Adu Domba Panglima TNI, Kapolri dan Kepala BIN)

Sebelum memulai jamasan, penjamas membacakan doa. Setelah berdoa, keris, tombak, pedang dan pusaka lainnya dikeluarkan dari tempat penyimpanan untuk dicuci.

Cara mencuci, keris dimasukan ke dalam wadah berisi air kelapa dan air pace atau mengkudu, sambil digosok menggunakan irisan jeruk pecel. Tujuannya untuk menghilangkan karat pada lapisan keris. 

Selanjutnya, dicuci menggunakan sabu, kemudian dijemur namun tidak dikenakan matahari langsung. Setelah kering, dimasukan ke dalam cairan warangan, dan kembali dikeringkan.

(Rebut Kursi Wali Kota Madiun, Gerindra dan Golkar Galang Koalisi Poros Tengah)

(Surya/Rahadian Bagus)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved