Pasarkan Batik Tulis Koi Khas Blitar Lewat Pameran
Yuli memang sedang ikut meramaikan pameran seni rupa di Istana Gebang. Pameran itu merupakan rangkaian kegiatan Pekan Budaya yang diselenggarakan Pemk
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Nur Yuli (44) terlihat sibuk membatik di Balai Kesenian Istana Gebang, Kota Blitar, Kamis (28/9/2017).
Tangan perempuan asal Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, ini tampak telaten menggoreskan canting berisi pewarna ke kain putih yang menutup sebagian kakinya.
“Sambil memamerkan produk, saya juga memperlihatkan cara membatik ke pengunjung,” kata Yuli, panggilan akrab Nur Yuli.
Yuli memang sedang ikut meramaikan pameran seni rupa di Istana Gebang. Pameran itu merupakan rangkaian kegiatan Pekan Budaya yang diselenggarakan Pemkot Blitar mulai 26 September-1 Oktober 2017.
Tak hanya batik, sejumlah produk seni rupa lain, mulai lukis, kriya, tosan aji, dan batu mulia ikut dipamerkan dalam acara itu.
Dalam acara itu, Yuli memarkan produk batik karya kelompoknya. Dia memiliki kelompok batik yang diberinama Batik Rahmadisya. Anggota kelompoknya empat orang, Yuli sebagai ketua.
Ibu beranak dua ini memiliki tiga produk batik, yakni batik tulis, batik jumput, dan batik cap. Ikan koi dan kendang jimbe menjadi ciri khas motif batik karya kelompok Yuli.
“Kalau batik asli Blitar terkenalnya memang dengan motif ikan koi dan kendang. Selama ini, Blitar memang terkenal sebagai penghasil ikan koi dan kendang,” ujarnya.
Perempuan berjilbab itu baru tiga tahun ini menekuni kerajinan batik. Dia belajar secara otodidak. Awalnya, dia mengikuti pelatihan membatik yang diadakan Pemkot Blitar. Dari situ, dia mulai mencoba menekuni kerajinan membatik.
Sekarang, Yuli dan kelompoknya sudah bisa menikmati hasil dari kerajinan batik.
Dalam sebulan, kelompok batik Yuli bisa menghasilkan 12 batik tulis dan puluhan batik jumput dan batik cap. Untuk pembuatan batik tulis, prosesnya memang lumayan lama.
Satu batik dengan ukuran 2 meter x 2 meter paling cepat pembuatannya membutuhkan waktu 10 hari. Sedangkan pembuatan batik jumput dan batik cap waktunya lebih cepat. Sekitar satu hari sampai tiga hari.
“Yang paling banyak kami produksi memang batik cap, karena lebih cepat pembuatannya. Tiap sebulan sekali kami menyetor barang ke Surabaya,” kata perempuan berkacamata itu.
Harga batik produk kelompok Yuli juga terjangkau. Untuk batik tulis, dia mematok harga Rp 250.000 per potong. Sedangkan batik cap dijual dengan harga Rp 130.000 per potong dan batik jumput dijual mulai harga Rp 100.000-Rp 150.000 per potong.
“Kadang-kadang kami juga menerima pesanan perorangan,” ujarnya.
Selama ini, Yuli mengandalkan pemasaran produk batiknya dengan mengikuti pameran. Selain itu, dia juga menjual batiknya lewat koperasi milik Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Blitar.
“Kalau pesanan perorangan biasanya dari teman sendiri. Ada teman dari Malang mereka pesan lewat telepon,” katanya. (Surya/ Samsul hadi)