Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

10 Fakta Caroline Norton, Wanita Pertama yang Gugat Cerai, No 7 Ungkap Perjuangan Hidupnya

Beberapa hari ini, masyarakat Indonesia tengah ramai memperbincangkan tentang kabar peceraian Ahok dan Veronica Tan.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Edwin Fajerial
Caroline Norton 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Ani Susanti

TRIBUNJATIM.COM - Beberapa hari ini, masyarakat Indonesia tengah ramai memperbincangkan tentang kabar peceraian Ahok dan Veronica Tan.

Tak banyak yang menyangka, rumah tangga mereka kini diambang kehancuran.

Perceraian sebenarnya bukan hal asing lagi bagi semua orang.

Meski bukan hal yang menyenangkan, fenomena ini telah menjadi hal biasa.

Nah guys, penasaran nggak sih siapa orang pertama yang menggugat cerai?

Dilihat dari sisi sejarah wanita pertama yang meminta cerai di dunia ini adalah Caroline Norton.

Caroline Norton
Caroline Norton ()

Siapakah dia?

Dilansir dari Kompas.com, berikut kumpulan faktanya :

1. Asal Inggris

Caroline Norton memiliki nama asli Caroline Sheridan lahir di London pada tanggal 22 Maret 1808.

Caroline berasal dari keluarga miskin.

2. Menikah untuk memperbaiki nasib

Untuk memperbaiki nasib keluarganya, Caroline menerima pinangan dari anggota parlemen Tory atau parlemen konservatif di Guildford saat itu yang bernama George Norton.

3. Mengalami kekerasan saat menikah

Rumah tangga Caroline tak membuat bahagia.

Selama mengarungi biduk rumah tangga, Caroline mengalami kekerasan.

4. Menerbitkan karya

Selama menikah, Caroline menghibur dirinya lewat tulisan.

Beberapa karya puisinya diterbitkan oleh The Sorrows of Rosalie (1829) dan 'The Undying One' (1830).

Berkat hal tersebut, Caroline diangkat sebagai editor 'La Belle Assemblée' dan 'Court Magazine' dan dia pun akhirnya memiliki kebebasan finansial.

5. Meninggalkan suaminya

Merasa sudah berkecukupan dan tak tahan dengan kehidupan rumah tangganya, Caroline akhirnya memilih meninggalkan suaminya pada tahun 1836.

Caroline Norton
Caroline Norton ()

6. Dituduh melakukan zina

Sebelumnya, Caroline diisukan dekat dengan sekertaris rumah tangga dan calon perdana menteri Lord Melbourne.

Menyadari hal ini, George pun menuduh Caroline melakukan perzinahan dan melarang Caroline untuk bertemu anak-anaknya.

Tuduhan itu adalah tuduhan palsu yang segera dicabut oleh pengadilan karena kurangnya bukti.

Namun dalam kemarahannya, George melarang Caroline keluar dari rumah dan melarang dia bertemu anak-anaknya.

7. Caroline yang berasa tak berdaya di mata hukum

Caroline mulai menyadari bahwa dia tidak berdaya di mata hukum.

Di era awal zaman Victoria, seorang wanita yang memasuki pernikahan hampir tidak memiliki hak.

Apa yang dimilikinya otomatis menjadi milik suaminya.

Bahkan jika dia memiliki tanah sendiri, suaminya menerima penghasilan darinya.

Caroline pernah dua kali meninggalkan suaminya.

Namun, dia kembali lagi demi anak-anaknya.

Menurut hukum saat itu, jika seorang wanita meninggalkan rumah untuk berlindung di tempat lain, seperti yang telah dua kali dilakukan Caroline, suaminya bisa mengurungnya tanpa perlu perintah pengadilan.

Bahkan, hukum mengatakan bahwa anak-anaknya pun bukan miliknya.

8. Perjuanganpun dimulai

Caroline adalah kekuatan dibalik perubahan dari undang-undang 'Marriage and Divorce Act' atau undang-undang yang mengatur perceraian 150 tahun yang lalu.

Ia adalah seorang pejuang dan dia mengerti satu-satunya cara untuk memperbaiki situasinya adalah dengan memulai sebuah kampanye untuk mengubah undang-undang tersebut.

Dia sudah menjadi penulis berprestasi dan mapan dengan relasi politiknya.

Dia menghasilkan serangkaian pamflet politik untuk mencerahkan masyarakat tentang keadaan buruk yang dialami kaum ibu dan untuk mempengaruhi anggota parlemen guna mendukung perubahan undang-undang.

Caroline pun melakukan berbagai protes dengan menulis pamflet untuk memperjuangkan kedudukan kaum wanita dalam pernikahan.

Upanyanya tersebut akhirnya berperan terhadap rancangan undang-undang tetang hak asuh anak tahun 1839.

9. Surat untuk Ratu Victoria

George Norton selalu berusaha menghentikan tulisan Caroline.

Namun, Caroline tidak menyerah.

Dia bahkan menulis surat kepada Ratu Victoria untuk meminta dukungan bagi wanita setelah perceraian.

Upanya Caroline ini akhirnya berpengaruh dalam Undang-Undang Perkawinan dan Perceraian tahun 1857.

Tulisan Caroline ini juga menyurakan perlawanan terhadap praktik memperkerjakan anak di bawah umur yang berjudul 'Voice from the Factories' (1836).

Dia juga menerbitkan sebuah novel otobiografi, 'Stuart Dunleath' (1851).

10. Menemukan cintanya kembali

Caroline menikah dengan Stirling Maxwell, seorang teman yang dikenalnya selama 25 tahun.

Namun sayang, beberapa bulan setelah menikah, Caroline meninggal dunia pada 15 Juni 1877.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved