Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kisah Bocah Penghuni Dolly, Umur 8 Tahun Sudah Kecanduan Seks, Begini Pengakuan Sang Ibu

Bocah 8 tahun ini kecanduan seksual. Dia selama ini tinggal di kawasan lokalisasi Dolly. Terungkap pengakuan sang ibu.

Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Januar
Istimewa
Ilustrasi kecanduan seksual 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Anak adalah masa depan sebuah bangsa.

Oleh karena itu, anak sebaiknya diberikan pendidikan yang terbaik, dan dijauhkan dari pengaruh negatif.

Tujuannya, agar anak tersebut bisa tumbuh secara baik.

Apabila hal itu tidak dilakukan, maka hal yang tidak diinginkan bisa terjadi pada anak tersebut.

Baca: Wanita yang Ajak 3 Anaknya Bunuh Diri Jadi Tersangka, Kisah Asmara Sang Ibu Diduga Jadi Penyebabnya

Itu seperti sebuah hal yang baru-baru ini terjadi.

Pemerintah Kota Surabaya menemukan anak dengan kelainan sex addict atau kecanduan seks.

Setelah ditelusuri, sex addict yang diderita oleh bocah perempuan berusia delapan tahun yang diberi inisial YK itu akibat tumbuh besar di kawasan lokalisasi Dolly.

"Kami menemukan kasus anak yang mengalami sex addict lagi. Temuannya baru kemarin. Anak ini diketahui sejak usia dua tahun dititipkan ke neneknya yang tinggal di Dolly," kata Nanis, Rabu (17/1/2018).

Baca: Alamak, TKW Ini Nekat Bongkar Rumah Hasil Jerih Payahnya: Cukup Nasibku Aja yang Kayak Begini

YK dititipkan oleh orang tua kandungnya ke sang nenek sampai tahun 2016 sebelum diambil kembali ke Tambak Wedi lantaran neneknya sakit TBC.

Disampaikan Nanis, anak tersebut mengalami kelainan seks yang cukup membuat ngeri.

"Kami mulanya menemukan anak ini karena pengaduan dari ibunya saat kami merawat keluarganya yang kena TBC, keluarga ini mengidap TBC akibat tertular dari sang nenek, makanya itu anak ini dibawa kembali oleh ibunya," ucap Nanis.

Nah, dari penuturan sang ibu kandung, YK memiliki perilaku tidak senonoh yang tidak sepatutnya dilakukan oleh anak di bawah umur.

YK kerap mengajarkan adik-adiknya yang berusia tujuh tahun, empat tahun dan satu tahun untuk melakukan tindakan orang dewasa.

"Adiknya cerita ke ibunya, diajarkan berciuman seperti orang dewasa. Lalu adiknya yang laki-laki dan perempuan itu juga diajarkan untuk memainkan organ intim, dia juga meminta untuk direkam saat memegang bagian sensitif," ucap Nanis.

Begitu dengar pngaduan sang adik, orang tuanya justru marah dan memukul YK.

Namun ibunya sadar itu tidak akan mampu menyembuhkan YK.

Itu sebabnya ia memutuskan untuk mengadu ke Pemkot Surabaya.

Dari pengaduan tersebut, Pemkot segera melakukan tindakan lebih lanjut pada YK.

Tim yang terdiri dari dokter, psikolog dan psikiater diturunkan untuk menggali seberapa jauh kondisi sex addict yang diderita bocah yang baru duduk di kelas 1 sekolah dasar tersebut.

Sejauh ini, belum ada penuturan, anak tersebut sudah pernah melakukan huubungan seksual dengan orang deawasa atau tidak.

"Kalau sementara ini tidak ada pengakuan ia pernah berhubungan badan atau belum, tapi dia cerita kalau dia diajarkan oleh seseorang di sana, bahkan untuk mengakses video porno melalui Youtube dia juga sudah pintar," katanya.

Berdasarkan penelusuran, kemungkinan YK sudah diajari untuk melakukan aktivitas orang dewasa tersebut saat masih usia sangat dini.

Bahkan sejak usia tiga atau empat tahun.

Orang tua YK mengakui, lingkungannya saat itu masih ada lokasliasi Dolly.

Meski neneknya hanya berjualan nasi di sana, namun lingkungan di sana bisa jadi yang mengajarkan pengaruh buruh pada YK.

"Bisa saja kondisi rumah di sana tidak ada batas antara yang membuka jasa prostitusi dan yang rumah tangga. Bahkan ada yang rumah tangga tapi ada yang buka praktek," ucapnya.

Saat ini dikatakan Nanis, YK tersebut saat ini sudah ditangani Pemkot.

Ia saat ini masih ada dengan keluarganya di Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran.

Ia belum masuk ke shelter lantaran juga masih berobat untuk penyakit TBC.

Sebelumnya, Pemkot juga sempat menemukan kasus serupa, sex addict pada anak berusia delapan tahun di Dolly.

Penemuan kasus tersebut tepatnya terjadi di tahun 2014.

Sampai saat ini anak dengan inisial nama MT itu masih tinggal di shelter milik Pemkot. "Sampai saat ini masih didampingi. Dia terus didampingi oleh psikolog, psikiater, bahkan juga dilakukan hypnotherapy. Kasusnya yang dulu lebih parah, MT dulu liat laki-laki ganteng sedikit langsung bereaksi, sekarang dia sudah sekolah, sudah jauh lebih baik," katanya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved