Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pemerintah Desa Pojok Tulungagung Akan Menolah Proyek Fisik Yang Tidak Jelas, Ada Apa?

Buntut ambruknya talut di Dusun Secang, Desa Pojok, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, pemerintah desa setempat

Penulis: David Yohanes | Editor: Yoni Iskandar
Surya/David Yohanes
Talut di Dusun Pojok, Desa Secang, Kecamatan Campurdarat setelah diperbaiki. Talut ini sebelumnya ambruk dan merusak sawah warga. 

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Buntut ambruknya talut di Dusun Secang, Desa Pojok, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, pemerintah desa setempat harus menanggung kerugian. Sebab bangunan fisik yang rusak harus diganti dengan uang pribadi.

Diungkapkan Kepala Desa Pojok, Bondan Wiratmoko, proyek itu berasal dari Bantuan Keuangan (BK) yang bersumber dari dana aspirasi.

Besarnya sebesar Rp 110 juta, dan dikerjakan sekitar dua tahun lalu dan diterima dalam bentuk fisik.

“Saat itu ada 20 paket proyek, dan desa kami dapat satu untuk bangunan talut di Dusun Secang. Pikir kami saat itu, dari pada diberikan ke desa lain maka kami terima,” terang Koko, panggilan Bondan Wiratmoko.

Baca: Pelatih Muenchen, Jupp Heynckes: Kesalahan Besar Remehkan Kans Lolos Real Madrid di Liga Champions

Koko menambahkan, proyek itu dibawa seseorang bernama Toni asal Sidoarjo.

Pihak desa mendapatkan bagian 4 persen dari nilai proyek, dan dibelikan grasak untuk uruk.

Sedangkan pengerjaannya sepenuhnya diatur oleh Toni.

“Seharusnya kan proyek dikerjakan oleh warga setempat. Tapi ini kami tidak boleh cawe-cawe, semua dikerjakan mereka,” tambah Koko.

Benar saja, dua minggu lalu talut itu ambruk, sedangkan sisa bangunan yang ada dalam kondisi retak-retak. Pihaknya diprotes oleh warga.

Baca: Pelaku Pengembang Fiktif Grand Citra Zam-zam Telah Ditahan di Mapolres Tuban

Koko kemudian berinisiatif memperbaiki proyek itu.

Karena tidak mungkin menggunakan uang desa, Koko menggunakan dana pribadi.

Talut yang ambruk dibangun kembali, dengan dana Rp 3.000.000.

“Sisanya nanti akan kami perbaiki, setelah sawah di sebelahnya panen. Karena kalau diperbaiki sekarang, bisa merusak tanaman padi warga,” tutur Koko.

Ketua Kelompok Masyarakat Ngudi Luhur, Karyono mengatakan, saat itu dirinya yang digandeng untuk mencairkan proyek itu.

Sebenarnya dana Rp 110 juta sudah sangat cukup untuk membangun talut sepanjang 74 meter ini.

Namun karena dikerjakan orang lain, maka kualitasnya tidak bisa dijamin.

“Kalau dikerjakan orang, pasti mereka juga ambil keuntungan. Akhirnya kualitas proyek yang jadi korban,” ucap Karyono.

Karena itu Karyono dan Koko sepakat akan menolak proyek, jika penanggungjawabnya tidak jelas.

Selain itu jika pun ada proyek hibah seperti talut itu, harus dikerjakan oleh warga setempat.

Cara ini untuk menjamin kualitas bangunan yang dihasilkan.

Baca: Heboh, Pria ini Ditemukan Tewas di Eks Lokalisasi Bolodewo Wates Kediri

“Kalau warga yang mengerjakan, dijamin akan dibuat sebagus mungkin dan sekuat mungkin. Meski dengan dana cekak, tapi bisa bagus karena dikerjakan gotong royong. Bahan yang kurang juga disumbang,” pungkas Karyono.

Sebelumnya sebuah talut di Dusun Secang ambruk dan masuk ke sawah milik warga bernama Jikan.

Menurut warga sekitar, talut itu belum ada setahun dibangun. Sementara sisa bangunan yang masih berdiri juga nyaris ambruk.

Karena tidak diketahui pelaksana proyeknya, warga menyebut sebagai talut siluman. (David Yohanes)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved