Telur Berdiri Tegak di Hari Tanpa Bayangan, Berkaitan dengan Tradisi Tionghoa? Ini Penjelasannya
Banyak orang percaya kamu bisa menaruh telur dalam kondisi tegak tanpa terjatuh di 'Hari Tanpa Bayangan'.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM - Banyak orang percaya kamu bisa menaruh telur dalam kondisi tegak tanpa terjatuh di 'Hari Tanpa Bayangan'.
Seperti diketahui, di Pontianak, 'Hari Tanpa Bayangan' akan terjadi hari ini, Rabu (21/3/2018) dan tanggal 23 September 2018 mendatang.
Fenomena ini terjadi setahun dua kali.
(4 Fakta Fenomena Hari Tanpa Bayangan 21 Maret di Indonesia, yang Bakal Terjadi Siang Ini)
Dilansir dari Kompas.com, untuk Jakarta, fenomena tersebut terjadi pada tengah hari setiap tanggal 4 Maret dan 8 Oktober.
Sementara di Belitung, fenomena ini terjadi pada setiap tanggal 13 Maret dan 1 Oktober.
Hal serupa juga terjadi di Kota Sabang pada tanggal 5 April dan 8 September, dan Kota Solo setiap tanggal 1 Maret dan 18 Oktober.
Di waktu fenomena ini terjadi, manusia akan melihat bayangan mereka "menghilang" sejenak.
(Kabar Anak SD yang Minta Kursi Roda ke Jokowi, Kondisinya Sekarang Bikin Netizen Ikut Bahagia)
Hal ini karena matahari akan berada tepat di atas ekuator (khatulistiwa).
Jika seseorang berada di wilayah khatulistiwa saat siang hari, matahari akan berada hampir tepat di atas kepala sehingga mengakibatkan tidak adanya bayangan.
Istilahnya yaitu Hari Nir bayangan alias 'Hari Tanpa Bayangan.'

Lalu, bagaimana bisa telur bisa berdiri tegak saat fenomena ini terjadi?
Dilansir dari TribunSolo, fenomena tersebut bisa dijelaskan secara scientific.
Ilmu Fisika mengajarkan bahwa benda dapat berdiri dengan stabil apabila titik beratnya tepat berada di atas titik tumpuan.
(5 Fakta Jaringan Pembobol Kartu Kredit di Jatim, Anggota Hacker Kolam Tuyul hingga Caranya Beraksi)
Demikian pula halnya dengan telur ayam.
Membuat telur ayam berdiri di salah satu ujung lancipnya berarti membuat titik berat telur berada di atas titik tumpunya (bagian telur yang menempel dengan alas; posisi ujung lancipnya).
Tentu saja telur akan menjadi lebih sulit berdiri apabila cairan di dalam telur masih bergerak-gerak.

Jadi telur bisa berdiri bergantung pada cangkang.
Lantas adakah sangkut pautnya dengan 'Hari Tanpa Bayangan'?
Usut punya usut, tampaknya hal tersebut bisa dibilang hanya 'kepercayaan' beberapa orang saja.
(Ucapkan Kalimat Tak Pantas Saat Siaran Langsung, Perilaku Buruk WANNA ONE Bikin Netizen Kecewa Berat)
Tradisi di 'Hari Tanpa Bayangan' ini pada awalnya berasal dari praktik menyeimbangkan telur pada awal musim semi yang tersebar luas di Tiongkok.

Praktik ini biasanya terjadi saat perayaan hari makan Kwe Cang warga Tionghoa sedunia.
Tepat pukul 12.00 siang waktu setempat, telur dapat berdiri tegak di tempat yang datar.
Ini disebabkan, pada tanggal, bulan dan jam tersebut kondisi bulan dekat dengan bumi sehingga gravitasi bumi dan bulan sangat kuat.
(Tak Hanya Guillermo Haro, Inilah 4 Astronom Hebat dan Terkenal di Dunia yang Wajib Kamu Tahu!)
Hal inilah yang membuat banyak orang Tionghoa percaya alasan itulah yang menyebabkan telur dapat berdiri tegak.
Dikutip dari Tionghoa.info, konon tradisi “menegakkan telur” ini juga dapat dilakukan pada waktu-waktu berikut:
1. Saat Lichun (立春)

Lichun menandakan awal permulaan Musim Semi di Asia Timur.
Penetapan hari ini berasal dari kalender tradisional Asia Timur yang membagi tahun menjadi 24 bagian matahari.
(Arema Roar to Everywhere Jadi Jargon Baru Arema FC Musim 2018)
Lichun dimulai ketika matahari mencapai bujur langit 315° dan berakhir pada saat mencapai garis bujur 330°.
Lichun (istilah untuk garis bujur pertama) terjadi pada tanggal 4-5 Februari, dimana biasanya bertepatan atau agak bertepatan (15 hari pertama) dengan perayaan Imlek.
2. Saat Kau Chun
Kau Chun terjadi di tanggal 30 bulan 12 penanggalan Imlek (namun perhitungan tanggalnya bisa berubah-ubah).
3. Saat spring/vernal equinox (20 Maret)

4. Saat summer solstice (21 Juni)
5. Saat autumnal equinox (23 September)
Bagaimana tanggapan para ilmuwan?
Rupanya, mereka beranggapan bahwa untuk menegakkan telur dapat dilakukan setiap hari.
Posisi matahari, bulan, dan bintang tidak ada hubungannya dengan aktivitas membuat telur berdiri.
(Mengenang Sosok Astronom Guillermo Haro, dari Penemu Bintang Hingga Kisah Cintanya)
Pada 19 Maret 1945, majalah Life melaporkan bahwa Albert Einstein skeptis bahwa equinox memiliki dampak terhadap keseimbangan telur.
Manajer Planetarium dan Program Sains di Hudson River Museum, Marc Taylor, menyebut hal tersebut sebagai mitos.
"Kamu bisa mencobanya, bahkan jika tak sedang equinox..." ujar Taylor.