World Water Day - 8 Kota di Dunia ini Terancam Kelangkaan Air, Ada Mesir, Indonesia sampai London!
Hari Air Sedunia atau World Water Day adalah kampanye untuk mengingatkan masyarakat bahwa pentingnya air dalam kehidupan kita.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM - Hari Air Sedunia atau World Water Day adalah kampanye yang dilakukan rutin setiap tahun untuk mengingatkan masyarakat bahwa pentingnya air dalam kehidupan kita.
Kegiatan ini jatuh pada tanggal 22 Maret setiap tahunnya.
Berbicara tentang air, sebelas kota di dunia saat ini sedang terancam kekurangan air minum.
(Mulai Hari Air Sedunia hingga Lahirnya Tribunnews, Berikut Peristiwa yang Terjadi pada 22 Maret)
Temuan ini hanya salah satu contoh ekstrem dari masalah yang sudah lama diperingatkan para ahli, yaitu kelangkaan air.
Meskipun mencakup sekitar 70 persen permukaan bumi, air minum, tidaklah seberlimpah seperti yang dipikirkan orang.

Hanya 3 persen saja air yang bisa dikonsumsi manusia.
Lebih dari satu miliar orang tak memiliki akses terhadap air bersih dan 2,7 miliar lainnya mengalami kelangkaan air setidaknya satu bulan dalam setahun.
Dilansir dari Kompas.com, sebuah survei yang digelar 2014 terhadap 500 kota terbesar di dunia memperkirakan satu dari empat kota dunia sedang mengalami masalah air.
(6 Tanggapan Soal Pidato Prabowo Sebut Indonesia Bubar 2030, Perhatikan Reaksi Presiden Jokowi)
Menurut proyeksi PBB, pada 2030 kebutuhan akan air tawar dunia akan 40 persen lebih tinggi dari ketersediaan, akibat perubahan iklim, ulah manusia, dan pertumbuhan penduduk.
Kompas.com pada Februari 208 lalu menyebut inilah beberapa kota yang kemungkinan besar akan mengalami kelangkaan air.
1. São Paulo - Brasil
Salah satu dari 10 kota terpadat di dunia ini pada 2015 mengalami masalah sebagaimana Cape Town, ketika cadangan air turun 4 persen di bawah kebutuhan yang semestinya.
Pada puncak krisis, kota berpenduduk lebih dari 21,7 juta jiwa itu hanya memiliki persediaan air untuk kurang dari 20 hari dan polisi harus mengawal truk air untuk mencegah penjarahan.
(Tak Hanya Guillermo Haro, Inilah 4 Astronom Hebat dan Terkenal di Dunia yang Wajib Kamu Tahu!)
Penyebab awalnya diperkirakan adalah kekeringan yang melanda bagian tenggara Brasil antara 2014 dan 2017.
Namun, sebuah misi PBB ke São Paulo mengkritik otoritas negara bagian lantaran "kurangnya perencanaan dan investasi yang tepat".
Krisis air dianggap 'selesai' pada 2016, namun pada Januari 2017 cadangan utama air mereka hanya 15 persen di bawah perkiraan untuk periode itu sehingga membuat persediaan air di masa depan kembali dipertanyakan.
2. London - Inggris
London bukanlah yang pertama muncul dalam ingatan ketika orang membayangkan kekurangan air.
Dengan curah hujan tahunan rata-rata sekitar 600mm (kurang dibanding rata-rata Paris dan hanya sekitar setengah dari New York), London memperoleh 80 air bersihnya dari Sungai Thames dan Lea.
(Perjalanan Hidup Katsuko Saruhashi yang Menginspirasi, Si Pengamat Hujan yang Sukses dari Lamunan)
Menurut otoritas London, penggunaan air kota ini sudah nyaris mendekati kapasitas maksimumnya dan kemungkinan akan menderita masalah pasokan air bersih pada 2025, dan mengalami "kelangkaan serius" pada 2040.
Kelihatannya larangan penggunaan selang air di kawasan publik akan lebih umum di masa depan, karena sekarang ini pemborosan air oleh selang-selang pipa umum itu mencapai 25 persen.
3. Bangalore - India
Kota di wilayah selatan India ini mengalami pertumbuhan properti yang sangat pesat akibat dipromosikannya Bangalore sebagai pusat teknologi.
(Beredar Video Daus Mini Ijab Kabul, Kesederhanaannya Disoroti, Netizen: Cabe Rawit)
Sejak saat itu pemerintah kota mengalami kerepotan untuk mengelola sistem air dan limbah kota.
Lebih-lebih lagi, pipa saluran air di Bangalore sudah begitu tua dan membutuhkan perbaikan yang mendesak.
Sebuah laporan yang disusun pemerintah pusat menunjukkan, kota tersebut kehilangan lebih dari separuh air minum mereka karena terbuang begitu saja.
Data menunjukan 85 persen persediaan air danau dan sumber air lain di kota itu hanya bisa digunakan untuk irigasi dan pendinginan industri.
(Sebut Fans JBJ yang Gelar Aksi di Jalan Bikin Malu, Pengguna Situs Komunitas Online Banjir Hujatan)
Tak satu pun danau di kota itu yang airnya cocok untuk dikonsumsi warga atau digunakan untuk mandi.
4. Tokyo - Jepang
Ibu kota Jepang ini menikmati tingkat curah hujan yang serupa dengan Seattle di pantai barat AS, yang memiliki reputasi curah hujan tinggi.
Namun curah hujan hanya terkonsentrasi dalam empat bulan setiap tahunnya.
Air hujan perlu dikumpulkan, karena musim hujan yang lebih kering dari perkiraan bisa menyebabkan kekeringan.
Setidaknya 750 bangunan pribadi dan umum di Tokyo memiliki sistem pengumpulan dan pemanfaatan air hujan.
(Lucunya Reaksi Si Sexy Cute Takada Kenta JBJ Kalau Dengar Lagu Despacito, Bisa Gitu Ya?)
Dihuni lebih dari 30 juta orang, Tokyo memiliki sistem air 70 persennya bergantung pada air permukaan (sungai, danau, dan salju yang mencair).
5. Beijing - China
Bank Dunia mengklasifikasikan kelangkaan air adalah ketika warga di lokasi tertentu mendapat kurang dari 1.000 meter kubik air tawar per orang per tahun.
Pada 2014, lebih dari 20 juta penduduk Beijing hanya mendapat 145 meter kubik per orang.
China dihuni oleh hampir 20 persen penduduk dunia namun hanya memiliki cadangan 7 persen air tawar dunia.
Sebuah studi di Universitas Columbia memperkirakan bahwa antara 2000 dan 2009, cadangan air China menurun hingga 13 persen.
(Diancam Tak Lulus oleh Guru Gegara Biaya Sekolah, Remaja Nekat Bunuh Diri, Pesan Terakhirnya Pedih)
Belum lagi masalah polusi.
Angka resmi dari 2015 menunjukkan 40 persen air permukaan di Beijing begitu tercemar sehingga tidak berguna sama sekali bahkan untuk keperluan pertanian atau industri.
Pihak berwenang China mencoba mengatasi masalah tersebut dengan menciptakan proyek penanganan air besar-besaran.
Mereka juga membangun program-program pendidikan, serta kenaikan harga bagi penggunaan air untuk keperluan bisnis.
6. Kairo - Mesir
Sungai Nil yang pernah begitu penting untuk pembentukan salah satu peradaban terbesar di dunia, kini mengalami masalah besar di zaman modern.
Sungai Nil adalah sumber dari 97 persen kebutuhan air Mesir tetapi juga merupakan muara dari sampah pertanian dan sampah rumah tangga yang yang tidak diolah.
(8 Pesona Dilraba Dilmurat yang Bikin Alexandre Pato Jatuh Hati, Senyumnya Bikin Meleleh Sih!)
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, dalam hal jumlah kematian terkait dengan pencemaran air, Mesir berada di antara urutan tertinggi di antara negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah.
PBB memperkirakan negeri itu akan mengalami kelangkaan air pada 2025.
7. Jakarta - Indonesia

Banyak warga kota tak menyadari, Jakarta adalah kota pesisir.
Dan seperti banyak kota pesisir lain, ibu kota Indonesia ini menghadapi ancaman kenaikan permukaan air laut.
Tapi di Jakarta, masalah ini diperparah dengan ulah manusia secara langsung.
Karena kurang dari separuh dari 10 juta penduduk yang memiliki akses terhadap air leding, terjadi penggalian sumur secara serampangan.
(5 Aksi Menteri Susi Saat Tanding di Danau Sunter, Rebahan, Joget di Atas Papan Dayung hingga Renang)
Praktik ini menguras cadangan kantung air bawah tanah, hampir secara harafiah mengempiskannya.
Akibatnya, menurut perkiraan Bank Dunia, sekitar 40 persen wilayah Jakarta sekarang ini berada di bawah permukaan laut.
Keadaannya lebih buruk, kantung-kantung air itu tidak mengalami pengisian ulang meski turun hujan lebat karena seantero kota penuh beton dan aspal, sehingga lapangan terbuka pun tak bisa menyerap curah hujan.
8. Moskow - Rusia
Seperempat cadangan air tawar dunia ada di Rusia, namun negara ini mengalami masalah pencemaran peninggalan industri era Soviet.
Hal ini secara khusus mengkhawatirkan Moskow, yang 70 persen pasokan airnya bergantung pada air tanah.
Badan resmi terkait mengakui bahwa 35 sampai 60 persen dari cadangan air minum di Rusia tidak memenuhi standar sanitasi.