Ritual Ruwatan Desa Adat Sendi Pacet, Jalan Kaki Susuri Bukit Demi Air Bertuah saat Jumat Legi
Ritual dimulai dengan ratusan warga berjalan kaki menyusuri bukit untuk mengambil air di Sumber Tebet, hingga ...
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Ratusan warga rela berjalan kaki menyusuri bukit untuk mengambil air di Sumber Air Tebet, Desa Adat Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Pengambilan air ini pertanda dimulainya rangkaian prosesi ruwatan desa.
Tanpa alas kaki masyarakat Desa Adat Sendi berduyun-duyun berjalan menyusuri jalan beraspal menuju ke sebuah perbukitan.
Sebagian rombongan pejalan kaki itu adalah kaum wanita. Mereka tampak kompak memakai pakaian tradisional batik warna biru yang dipadukan dengan jarik warna cokelat.
Ditangannya terlihat membawa sebuah wadah berbahan dari bambu berbentuk lonjong memanjang nyaris seperti sebuah Kentongan atau Jidor
Wadah dari bambu itu cukup unik. Warga setempat menyebutnya Cukil. Gunanya untuk mengambil air berkah di mata air Tebet.
Pawai pejalan kaki itu juga didominasi oleh kaum laki-laki. Mereka begitu selaras mengenai baju serba hitam dilengkapi penutupan kepala memakai blangkon.
Ada juga warga yang memakai baju Surjan khas pakaian adat jawa kuno di zaman dahulu bercorak khas cokelat bergaris-garis.
Perjalanan mereka dimulai dari rumahnya masing-masing tanpa alas kaki menuju ke sumber mata air Tebet berjarak sekitar 300 meter. Jalannya naik-turun sedikit terjal khas pegunungan.
Wariman (49) merupakan Ketua Kasepuhan Desa Adat Sendi, Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.
Dia mengatakan pengambilan air ini dilakukan pada Jumat Legi penanggalan jawa. Mereka menyakini mata air itu mempunyai berkah dan khasiat yang dipakai untuk mandi dan minum.
"Bagi orang yang percaya air ini bisa dipakai untuk pengobatan," ujarnya, Kamis (19/4/2018).
Diceritakannya, pengambilan air secara jalan kaki ini merupakan wujud dari tradisi orang-orang zaman dahulu.
Karenanya, kala itu di tempat ini merupakan teman peradaban masyarakat Desa Sendi. Kebiasaan warga yakni memanfaatkan sumber air ini sebagai sumber penghidupan.
Pada zaman dahulu masyarakat Desa Adat Sendi membawa wadah dari bambu mengambil air dari sumber Tebet untuk dibawa ke rumahnya. Mereka sangat bergantung dengan adanya mata air itu.
Karena itulah warga setempat menjaga tradisi turun-temurun yang diwujudkan berupa ruwatan desa. Di dalam prosesi ruwatan desa ini hal pertama adalah mengambil air sebelum acara puncak besok, Jumat siang (20/4/2018).
"Sebelumnya menggelar doa bersama mengambil air membawa Cukil kemudian dibawa pulang," ucapnya.
Masing-masing peserta yang ikut serta dalam perjalanan mengambil air ini membawa pulang air dari sumber tersebut. Nantinya, air itu untuk mensucikan dipakai bersama keluarga.
Kegiatan itu dilanjutkan dengan arak-arakan gunungan tumpeng ke lima putuk kursi dari Balai Desa. Biasanya, dalam rangkaian arak-arakan gunungan tumpeng itu akan dilanjutkan acara Tayupan dan wayang.
"Mata air sumber Tebet ini merupakan Sumber penguripan bagi masyarakat Desa Adat Sendi," tegasnya.
Kawasan Desa Adat Sendi merupakan jalur alternatif favorit menghubungkan Pacet menuju ke Cangar Kota Batu.
Desa adat Sendi terletak paling ujung di perbatasan Kabupaten Mojokerto dan Kita Batu. Perjalanannya sekitar satu jam dari Mojosari.
Untuk sampai ke lokasi melalui jalur ekstrem melewati tanjakan dan turunan terjal. Sangat disarankan mengendarai kendaraan bermotor dalam kondisi baik.
Sebab, di jalur itu sangat dikenal sebagai jalan rawan kecelakaan akibat rem blong lantaran jalan ekstrem menurun terjal.
Mitos diwilayah itu sangat kental. Percaya tidak percaya warga setempat menyakini jika mitos di tempat itu benar-benar ada. (Surya/Mohammad Romadoni)