Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jarang Diketahui, 2 Tokoh Ini Juga Berjasa Terhadap Pendidikan Indonesia Selain Ki Hajar Dewantara

Tak hanya Ki Hajar Dewantara, ada dua tokoh penting lain yang juga berjasa bagi pendidikan di Indonesia. No 2 tak banyak yang tahu!

Penulis: Ani Susanti | Editor: Alga W
Raden Ayu Lasminingrat 

TRIBUNJATIM.COM - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) berkaitan erat dengan sosok Ki Hajar Dewantara.

Ia merupakan tokoh pelopor pendidikan di Indonesia.

Pemilihan tanggal 2 Mei, yang merupakan hari kelahirannya, sebagai Hardiknas memang dimaksudkan untuk menghormati jasa Ki Hajar Dewantara.

Mengenang Sosok Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional yang Justru Tak Selesaikan Sekolah

11 Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional yang Menginspirasi, Salah Satunya dari Cinta Laura Kiehl!

Terlahir sebagai seorang anak keluarga keraton (ningrat) di Yogyakarta, justru membuat sosoknya menjadi begitu kritis terhadap nasib pendidikan di Indonesia.

Dewantara menjadi satu-satunya orang yang berani menentang kebijakan Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu hanya memperbolehkan anak-anak Belanda atau anak orang kaya (ningrat) untuk menuntut pendidikan di sekolah.

Kritik dan perlawanannya terhadap pemerintah Hindia Belanda ini membuat ia diasingkan ke Belanda.

Setelah kembali ke Indonesia, ia kemudian mendirikan lembaga pendidikan (sekolah buatan orang Indonesia pertama) yaitu Taman Siswa.

Di mana sekolah ini menerima murid dari semua latar belakang, termasuk orang-orang pribumi yang bukan orang kaya.

Geger Temuan Diduga Mayat Ngambang di Sungai, Hal Mengejutkan Terjadi, Faktanya Bikin Netizen Kesal!

Ia pun diangkat menjadi menteri pendidikan setelah Indonesia merdeka.

Semboyan yang terkenal dari Ki Hajar Dewantara adalah 'Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani' yang berarti 'Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan'.

Tak hanya Ki Hajar Dewantara, ada dua tokoh penting lain yang juga berjasa lho bagi pendidikan di Indonesia!

Dilansir dari Hai.Grid.ID dan Kompas.com, Rabu (2/5/2018), berikut ulasannya:

10 Foto Richard Kyle, Model Ganteng Pecinta Alam yang Berlibur Bareng Jessica Iskandar di Bali

1. HOS Cokroaminoto

Sejak mata pelajaran sejarah masuk dalam agenda sekolah, kita mulai berkenalan dengan tokoh-tokoh besar Indonesia, termasuk 'Soekarno Sang Proklamator'.

Namun, agaknya belum banyak yang tahu bahwa Soekarno pernah berguru kepada HOS Cokroaminoto, pendiri Sarekat Islam.

10 Tahun Berlalu, Kabar Si Ceking Ronaldowati Bikin Kaget, Dulu Buat Kasihan, Kini Bikin Bergoyang

Sejak usia 15 tahun, Soekarno sudah dijejali tumpukan bacaan 'berat' oleh Cokroaminoto.

Dia diekspose dengan beragam jenis pemikiran tokoh-tokoh dunia.

Dari sinilah, Soekarno muda belajar bahwa ilmu itu nggak berbatas.

"Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat," kata-kata mutiara Cokroaminoto ini selalu menjadi prinsip yang ditanamkan dalam-dalam pada jiwa anak didiknya.

Viral Video Pria Banting dan Injak Anak Kecil di Bus, Penyebabnya Bikin Netizen Terpecah Jadi 3 Kubu

Lebih dari itu, Cokroaminoto juga mendorong muridnya berpikir kritis.

Dia memberi ruang eksplorasi ide tanpa batas, sehingga anak didiknya terlatih untuk mampu melihat suatu hal dari bermacam-macam sudut pandang.

Tidak heran, dari tangan Cokroaminoto lahir tokoh-tokoh nasional yang meresapi ideologi berbeda.

Sebut saja nama seperti Semaun yang sosialis, Kartosuwiryo seorang Islam fundamentalis, dan Soekarno yang seorang nasionalis.

Pilu, Viral Foto Bocah Siram Oli Bekas ke Kepalanya Sendiri, Netizen Menangis Tahu Penyebabnya

2. Raden Ayu Lasminingrat

Raden Ayu Lasminingrat lahir di Garut pada 1843, atau 36 tahun sebelum RA Kartini dilahirkan.

Penulis dan sejarahwan Deddy Effendie menyebut Lasminingrat sebagai tokoh perempuan intelektual pertama di Indonesia.

Selain menulis karyanya sendiri, dia juga banyak menerjemahkan buku-buku anak sekolah dari Bahasa Belanda ke Bahasa Sunda, baik menggunakan aksara Jawa maupun Latin.

Hal itu tidaklah aneh mengingat Lasminingrat memang sempat diasuh teman Belanda ayahnya, Levyson Norman.

Alamak, Biaya Sekolah Mikhayla Anak Nia Ramadhani Kayak Universitas Ternama dan Bisa Buat Beli Rumah

Dia pun menjadi perempuan pribumi satu-satunya yang mahir menulis dan berbahasa Belanda pada masanya.

Dalam buku 'Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19', Mikihiro Moriyama mencatat, Lasminingrat sejak kecil bercita-cita memajukan pendidikan kaum hawa.

Lalu, setelah dipinang Bupati Garut RAA Wiratanudatar VIII, dia memilih pensiun dari dunia kesusastraan dan fokus kepada pendidikan perempuan.

Transformasi Bocah Transgender Ini Bikin Netizen Tak Percaya, Dulunya Imut Banget Kini Jadi Stunning

Pada 1907, Lasminingrat mendirikan sekolah Keutamaan Istri.

Sekolah ini dianggap cukup maju karena sudah menggunakan sistem kurikulum.

Materi pembelajaran diarahkan pada keterampilan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan menjahit.

Dia berharap, setelah menikah, muridnya telah pandai mengurus suami dan mendidik anak-anak.

Biasa Tampil Cool, Foto Nicholas Saputra Dandan Wanita Ini Bikin Netter Syok, Mirip Andhika Pratama!

Dalam kurun empat tahun, jumlah murid Keutamaan Istri tumbuh menjadi sekitar 200 orang.

Lalu, 15 ruang kelas dibangun seluruh murid dapat tertampung.

Pada 1913, sekolah ini bahkan mendapat pengakuan resmi dari Pemerintah Hindia Belanda.

Sejarah juga mencatat, Lasminingrat adalah tokoh di balik pendirian Sakola Istri asuhan Dewi Sartika.

Jika Dewi Sartika disebut-sebut sebagai tokoh pendidikan, maka tidak berlebihan jika Lasminingrat didaulat sebagai tokoh perempuan intelektual pertama Indonesia.

Endorse Minuman, Lucinta Luna Kelihatan Janggal, Netizen Soroti Bagian Kanan: Kok Goyang-goyang?

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved