Ikut Ledakkan Bom, Anak Bomber Jadi Korban atau Pelaku? Nasibnya Pun Terungkap Lewat Hal Ini
Bagaimana nasib anak bomber yang sempat selamat dari ledakan bom? Apakah dirinya menjadi pelaku atau korban?
Penulis: Ani Susanti | Editor: Ignatia Andra Xaverya
TRIBUNJATIM.COM - Kejadian memilukan di 3 gereja Surabaya masih membawa duka mendalam bagi banyak orang.
Apalagi ketika siapa sosok pelaku bom bunuh diri itu akhirnya terungkap.
Satu keluarga asal Rungkut Surabaya tersebut terdiri dari 4 orang anak-anak dan dua diantara masih begitu belia.
Banyak yang tak menyangka, ketika orangtuanya sampai hati mengajak anaknya menjadi pelaku bom bunuh diri.
Ke 6 orang tersebut adalah Dita Supriyanto (47), Puji Kuswati (43), YF (18), FH (16), FS (12). FR (9).
Kesaksian Tetangga Terhadap Bomber di Polrestabes Surabaya: Istrinya Ramah, Kalau Suaminya . . .

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menuturkan, Dita menyerang Gereja Pantekosta di Jalan Arjuna dengan mengendarai mobil bermuatan peledak yang ditabrakkan ke gereja.
Selanjutnya, istrinya Puji Kuswati dan dua anaknya meledakkan bom di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro Surabaya.
Ia datang ke gereja jalan kaki bersama dua anak perempuannya, yakni FS (12) dan FR (9).
Dikenal Tertutup, Begini Keseharian Pelaku Bom Bunuh Diri Polrestabes Surabaya Menurut Tetangga

Puji bersama dua anak perempuan masuk ke gereja dengan membawa bom bunuh diri.
Bom ditaruh di pinggangnya.
Sedangkan di Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya, bom bunuh diri dilakukan oleh dua anak laku-laki Dita.
Mereka adalah YF (18) dan FH (16).
5 Fakta Anton Febrianto yang Jadi Bomber Rusun Wonocolo, Sosoknya Dikenal Memiliki Otak Cerdas

Ikut melakukan aksi peledakan bom, bisakah anak-anak Dita disebut sebagai 'pelaku'?
Reza Indragiri Amriel dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) menilai Pasal 76C UU Perlindungan Anak melarang siapa pun menyuruh anak melakukan kekerasan.
Bertemu pasal 15 UU yang sama, salah satu hak anak adalah bebas dari perlibatan dalam aksi kekerasan.
"Merujuk pada larangan dan hak tersebut, bisa dipahami bahwa walaupun ke badan anak-anak dimaksud dikenakan rompi bahan peledak, mereka adalah pihak yang diajak atau dilibatkan oleh orang lain untuk melakukan aksi kekerasan.
Racun Pemicu Para Pengebom Beraksi, Inilah Sumber Ilmu Mereka Merakit Bom dan Susun Taktik

Juga dapat dikatakan, mereka adalah anak-anak yang tengah dirampas hak-haknya," ujar Reza dalam keterangannya, Senin (14/5/2018), dikutip dari Tribunnews.
Dengan demikian, menurut dia, anak-anak tersebut merupakan korban.
"Dan karena pihak yang mengajak atau melibatkan anak-anak itu dalam kekerasan adalah orang tua mereka sendiri, maka orang tua tersebut -jika masih hidup- harus dijatuhi pemberatan hukuman," katanya.

Sehingga kesimpulannya, kata dia, alih-alih menyebut anak-anak Dita sebagai pelaku maka UU Perlindungan Anak memandu proses berpikir kita untuk menyebut anak-anak tersebut selaku korban.
"Masyarakat awam, apalagi otoritas penegakan hukum, perlu ngeh akan hal ini," ujar Reza.

Selain keluarga Dita, aksi terorisme yang melibatkan anak-anak juga dilakukan oleh pelaku peledakan bom di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo dan Mapolrestabes.
BREAKING NEWS: Densus 88 akan Geledah Rumah Diduga Milik Pelaku Bom Polrestabes Surabaya
'Racun' Pemicu Para Pengebom Beraksi, Inilah Sumber Ilmu Mereka Merakit Bom dan Susun Taktik
Pertanyaan juga tertuju kepada bagaimana cara mereka bisa belajar merakit bom.
Sejauh ini, teroris yang masuk ke Indonesia selalu berjenis perorangan yang mendapatkan ilmu dari pemimpin dan juga jaringannya.
Disampaikan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian pada akhirnya bagaimana cara para pelaku menciptakan bom.
Bom yang banyak meledak di Suabaya rata-rata berjenis sama yaitu bom pipa yang diberi nama 'The Mother of Satan'.

Beberapa bahan peledak seperti black powder, h2o, aseton, stereoform dan korek api ditemukan.
Semua ditemukan di rumah milik tersangka.
Juga beberapa buku dokumen dan pesan tertulis yang telah menjadi barang bukti kepolisian.
Sejauh ini akhirnya terungkap sumber informasi mereka mempelajari merakit bom-bom tersebut.
Tito menyebut jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) wilayah Surabaya memiliki keahlian merakit bom pipa melalui internet.

Para pelaku bom bunuh diri yang beraksi di Surabaya dan Sidoarjo, memiliki keahlian merakit bom melalui online training atau belajar dari internet.
"Mereka banyak belajar dari online, cara membuat TTATP online juga ada."
"Sementara yang kami deteksi membuatnya online," kata Tito di Mako Polrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018).
Bahan bom rakitan tersebut memiliki bahan peledak TTATP (triaceton triperocid).
Dikatakan Tito bahan itu sangat dikenal oleh anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Namun, pihaknya mengatakan masih melakukan penyelidikan terkait pembuat bom yang juga dikenal bernama 'The Mother of Satan' itu.
Disampaikan Tito, sudah ada tujuh yang tertangkap dan satu tembak mati mereka terkait JAD Surabaya.
"Mengenai teknis siapa pembuatnya dan lain-lain. Investigasi masih berjalan. Nanti setelah pemeriksaan tuntas akan kami sampaikan," tuturnya. (TribunJatim.com/Nur Ika Annisa)