Planetmu Adalah Plastik, Resmi Sudah Alam Liar Terakhir di Bumi Juga Terkontaminasi
Area terakhir alami di bumi baru saja dikabarkan dapat sinyal buruk dari peneliti, antartika terkontaminasi plastik.
TRIBUNJATIM.COM, ANTARTIKA – Antartika, menjadi satu di antara bentuk alam liar yang fantastis di bumi.
Bagian bumi yang istimewa salah satunya adalah area ini.
Baru-baru saja, kabar mengejutkan sekaligus menyedihkan mulai terkuak.
Dikutip dari Kompas.com, ada penemuan mengejutkan di antartika yang tentu membuat para ilmuwan tak menyangka.
Peneliti melaporkan adanya penemuan jejak plastik serta bahan kimia berbahaya di Antartika.
Kabar ini tentunya menjadi hal yang menyedihkan karena wilayah ini merupakan bagian terakhir dari planet yang sebagian besar tetap tak tersentuh oleh efek kerusakan aktivitas manusia.
Temuan ini berdasarkan penelitian terhadap sampel air serta salju yang ada di Antartika.
Baca: Curhatan Remaja Alami Pelecehan Saat Beli Pakaian Dalam Jadi Viral, Hati-hati Begini Modusnya!
Sejak awal tahun ini, para peneliti menghabiskan tiga bulan untuk mengambil sampel air dan salju dari daerah terpencil di Antartika.
Hasil analisisnya cukup mengejutkan.
Peneliti menemukan bahwa air serta salju tersebut mayoritas berisi bahan kimia berbahaya persisten atau mikroplastik.
Rinciannya, tujuh dari delapan sampel air permukaan laut yang diuji mengandung mikroplastik seperti mikrofiber.
Sementara itu, tujuh dari sembilan sampel salju yang diuji mengandung konsentrasi yang dapat dideteksi dari bahan kimia berbahaya persisten (PFAS).
Sampel-sampel itu, menurut peneliti, berasal dari hujan atau hujan salju yang terkontaminasi.
Selama ini, bahan kimia seperti mikroplastik memang banyak digunakan dalam banyak proses industri dan produk konsumen.
Mikroplastik juga telah dikaitkan dengan isu-isu reproduksi dan perkembangan satwa liar.
Temuan ini tentunya menggambarkan situasi yang menyedihkan, di mana dunia memang tengah menghadapi kekhawatiran dari krisis pencemaran plastik yang sudah jauh-jauh hari diperingatkan oleh para ilmuwan.
"Pertanyaan besarnya adalah apa konsekuensi dari temuan di Antartika tersebut? Banyak dari bahan kimia ini sangat buruk dan ketika mereka naik ke rantai makanan, mereka mungkin memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan satwa liar dan pada akhirnya manusia. Efek mikro pada kehidupan laut juga sebagian besar belum dipahami," katanya.
Menyikapi krisis ini, Para peneliti berencana mendirikan Cagar Alam Antartika seluas 1,8 juta kilometer persegi di mana paus, penguin dan kehidupan lainnya dapat berkembang di perairan dan terlindungi.
"Tindakan ini untuk menghentikan polutan di Antartika dan kami membutuhkan cagar alam untuk memberi ruang bagi penguin, paus dan seluruh ekosistem untuk pulih," tambah Bengtsson.
Proposal mengenai suaka tersebut baru akan diputuskan pada pertemuan Antarctic Ocean Commission di Tasmania, Australia Oktober mendatang.
Beberapa bulan silam, ada tragedi mengejutkan lainnya yang ikut menjadi viral di media sosial.
Antaranya adalah video seorang turis penyelam laut Bali, Indonesia yang menemukan fenomena mengerikan.
Ia merekam bawah suasana bawah laut Bali yang dipenuhi oleh plastik.
Tampak jelas para ikan berenang ke sana kemari ditemani oleh banyak plastik.
Pencemaran yang terjadi ini tentu saja menyedot perhatian publik.
Saat itu, masyarakat Indonesia sendiri banyak yang mengaku meerasa malu dengan hal tersebut.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/antartika_20180610_111335.jpg)