Gelombang Laut Capai 4 Meter, Harga Sembako dan Elpiji di Pulau Sumenep Melambung Tinggi
Ombak laut setinggi 4 hingga 5 meter membuat sejumlah pelayaran ke kepulauan Sumenep, baik dengan menggunakan Kapal Perintis dan kapal Cepat
Penulis: Moh Rivai | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SUMENEP - Suasan Lebaran Idul Fitri 1439 H tahun ini bagi warga kepulauan, tidak senyaman tahun-tahun sebelumnya.
Perjalanan mudik dan balik lebaran terganjal oleh cuaca ektrem yang terjadi sejak hari H lebaran hingga H+3 mengakibatkan proses balik atau bahkan yang masih hendak mudik dari kepulauan Sumenep atau yang akan balik dari liburan terganjal cuaca buruk.
Ombak laut setinggi 4 hingga 5 meter membuat sejumlah pelayaran ke kepulauan Sumenep, baik dengan menggunakan Kapal Perintis dan kapal Cepat 3C tidak berani berlayar.
Akibatnya sejumlah penumpang arus balik dan bahkan yang masih akan mudik terlantar. Tidak hanya itu saja sejumlah angkutan untuk bahan kebutuhan pokok sembako pun tertahan dan berakibat melambungnya harga-harga bahan pokok, terlebih harga gas elpiji yang tembus Rp 45 ribu per 3 kg.
Baca: Beda dari Ibu Lain, Saat Anaknya Diejek, Mona Ratuliu Bukannya Belain Kok Malah Komentar Gini?
Abdul Haris (37) warga Desa Seronggi, Kecamatan Seronggi Sumenep, yang sempat mudik bersama keluarganya di Pulau Sapeken, kepada Surya mengaku belum bisa balik ke Sumenep, karena cuaca laut yang sangat ekstrem.
Tingginya gelombang laut yang mencapai 4 meter tidak bisa dilalui oleh kapal perintis apalagi kapal cepat.
“ Padahal kami sekeluarga sudah sampai di pelabuhan, namun karena ombak besar, maka kapal tidak berani berlayar,” ujar Haris kepada Surya, melalui telepon selulernya, Selasa (19/6/2018).
Ternyata, mandegnya angkutan laut tidak saja terjadi di Pulau Sapeken, begitu juga yang terjadi di Pulau Masalembu, Kecamatan Masalembu Sumenep.
Cuaca laut yang sangat ekstrem, dapat dipastikan bahwa siswa dan pegawai negeri sipil (PNS) yang pulang kampung ke Pulau Masalembu, tidak bisa tepat waktu masuk kantor pada 23 Juni mendatang. Karena kapal tidak ada yang berani berlayar dari dan ke Pulau Masalembu.
“ Disini kapal kan setiap minggu baru ada, nah kalau pada pelayaran pertama setelah lebaran tidak ada, maka masih harus menunggu satu minggu lagi,” kata Daeng Rahman, warga Desa Masakambing, Kecamatan Masalembu.
Pihaknya berharap, agar persoalan angkutan laut dimaklumi oleh pemerintah, utamanya bagi PNS yang berasal dari kepulauan bilamana tidak tepat masuk kantor sebagaimana jadwal libur lebaran.
Dan bila mungkin adanya angkutan alternatif diupayakan, agar tidak saja bergantung pada angkutan laut yang kerapkali terganjal cuaca laut.
Baca: Hobi Curi Celana Dalam Wanita, Pria Asal Malang ini Masuk Penjara
Bupati Sumenep, A Busyro Karim mengakui bahwa saat ini memang kapal masih belum bisa berlayar ke kepulauan, karena cuaca laut yang sangat ekstrem. Sehingga berpengaruh pada pelaksanaan mudik dan balik lebaran tahun ini.
“ Inilah yang menjadi kendala bagi Kabupaten Sumenep dengan 126 pulaunya. Gelombang laut 3 sampai 4 meter sangat sulit untuk dilalui kapal, sehingga harus menunggu cuaca tenang baru bisa berlayar,” ujar Bupati Busyro Karim di acara Temu Diaspora Sumenep, Senin malam (18/6/2018).
Karena itulah, pihaknya ke depan kan merintis angkutan alternatif yang dengan akan membuka penerbangan perintis dari Sumenep ke beberapa kepulauan di Sumenep. Yang sudah mendapat ijin adalah penerbangan perintis ke Pulau Sapeken dengan memakai lapangan udara milik PT Kangean Energy Indonesia (KEI) yang ada di Pulau Pagerungam Besar.