Tanaman Diserang Penyakit, Petani Tembakau di Tuban Terancam Merugi
Petani tembakau di Kabupaten Tuban, Jawa Timur kini terancam merugi, dengan adanya penyakit yang menyerang tanaman mereka.
Penulis: M Sudarsono | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, TUBAN - Petani tembakau di Kabupaten Tuban, Jawa Timur kini terancam merugi, dengan adanya penyakit yang menyerang tanaman mereka.
Jenis penyakit yang kerap disebut Kerdil ini menyerang daun dan menghambat pertumbuhan batang tembakau, hingga mengancam panen.
Sampai sekarang, jenis penyakit ini pun belum juga ditemukan obat atau penangkalnya.
Hal itu dialami petani tambakau di sekitar Lapangan Migas Tapen, di Dusun Tapen, Desa Sidoharjo, Kecamatan Senori.
Salah seorang petani tembakau, Ratmo (50) mengatakan, bingung mengatasi penyakit kerdil yang kini menyerang tanaman miliknya.
Baca: Identifikasi Lengkap Calon Jemaah, Asrama Haji Sukolilo Surabaya Terapkan Pemeriksaan Biometri
Menurut dia, jenis penyakit ini beda dengan serangan ulat. Sebab, jika ulat cukup disemprot dengan bahan kimia maka akan hilang penyakitnya. Namun ini berbeda.
"Kerdil ini menyerang daun sampai pangkal langsung menggulung dan berdampak daun keriput, ini tentu mengancam petani tembakau," ujarnya kepada wartawan, Senin (16/7/2018).
Ditambahkan dia, jika penyakit kerdil ini banyak menyerang tanaman tembakau, maka tentu daunnya banyak yang rusak. Sehingga mempengaruhi harga jual.
Hampir tembakau yang ditanam di atas lahan seluas satu hektar itu, kebanyakan ujung daunnya keriput. Ini tembakau juga baru berusia sekira satu bulan sejak ditanam.
"Kalau kena penyakit kerdil, kita menjualnya ditumpuk agar tak terlihat keriputnya. Kita ingin tahu apa obatnya," harap petani setempat itu.
Baca: Angkut 100 Ton Pupuk, KLM Sinar Timur Terbakar di Pelabuhan Gresik, Petugas Amankan Kapal Lain
Petani lain, Sutono (43) juga menyatakan, penyakit kerdil ini menyerang tembakau setiap musim tanam tiba. Untuk tahun ini, kerdil yang menyerang lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
"Sekarang banyak tembakau yang diserang penyakit kerdil," bebernya.
Petani yang sudah puluhan tahun menggeluti dunia tembakau ini, mengaku menyerah saat penyakit kerdil ini menyerang tanaman miliknya.
Tembakau yang kerdil memiliki diameter daun tak lebih dari 10 Centimeter. Berdeda dengan tembakau normal, yang memiliki diameter lebih dari 40 Centimeter.
Resiko tak laku saat dijual ke tengkulak pun tinggi. Padahal, harga tembakau berkisar dari Rp 1 ribu sampai Rp 5 ribu untuk per kilogramnya, dengan masa panen enam kali.
"Kita cara menjualnya ya dengan cara ditumpuk dengan tembakau yang bagus," jelasnya.
Tono menambahkan, jika tembakau sekitar menjadi andalan masyarakat. Cita rasanya yang khas, mampu menjadi penggerak ekonomi di wilayah setempat.
Bahkan, tembakau Senori juga menjadi buruan para perajang, baik dari Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dan beberapa daerah lain yang berada di Jawa Tengah maupun Jawa Barat.
"Mereka para perajang menyebut tembakau Tuban khas dengan warna hijau dan aroma yang berbeda, sehingga mempengaruhi terhadap kenikmatan rokok. Untuk waktu panen diperkiraan bulan depan," pungkasnya.(nok)