Hidup Sebatang Kara Tanpa Orang Tua, Siswa SMAN 1 Lamongan Tetap Ingin Sekolah
Hebatnya, anak asal Deket Lamongan yang kini duduk di bangku kelas XII MAN 1 Lamongan di Jl Veteran nomor 43 Lamongan ini tetap ingin sekolah
Itu terjadi pada dini hari sebelum subuh, sewaktu bapaknya hendak berbelanja bahan jualan ke pasar Sidoharjo.
Di pagi hari masih gelap, bapaknya yang naik sepeda motor tiba-tiba dikagetkan adanya kabel yang menjuntai di tengah jalan saat melintasi melintasi Jl Veteran.
Tubuhnya pun terpelanting dan jatuh berguling-guling dengan luka cukup parah.
Saking parahnya, nyawa bapak Hafi tidak tertolong lagi di lokasi kejadian.
Hafi tinggal hidup bersama ibunya. Mereka tidak bisa berjualan lagi karena Hafi harus merawat ibunya yang hanya bisa berbaring lemas di atas tempat tidur karena sakitnya cukup parah dengan selang oxygen selalu menempel di hidung.
Kondisi mereka sangat memprihatinkan. Mereka juga tidak punya pemasukan lagi, hanya mengandalkan sisa beras takziyah pemberian para tetangga saat bapaknya meninggal dulu.
Uang santunan Jasa Raharja sebenarnya didapat tapi habis untuk berobat dan bayar hutang.
“Jadi, makan seadanya,” cerita dia.
Sejak itu, setiap pagi, Hafi sudah harus bangun untuk memasak, kemudian memandikan ibunya yang sakit dan mengenakan pampers. Baru setelah itu, Hafi bisa berangkat sekolah.
Itu dijalani tiap hari, sehingga sering terlambat datang ke sekolah dan tidak jarang juga sampai absen, tidak masuk.
“Saya sering menegur karena sering terlambat dan masuk sekolah,” kata wali kelasnya, Elvi Laelativah, SPd.
Elvi mengaku awalnya tidak tahu karena Hafi sendiri tidak pernah mengaku terus terang. Hingga suatu ketika, lanjut guru Bahasa Inggris ini, ada tetangga Hafi datang ke sekolah menceritakan kalau Hafi selama ini merawat ibunya seorang diri, sehingga sekolahnya menjadi terganggu.
Makanya, kata Elvi, dirinya jarang melihat Hafi di sekolah saat istirahat karena ternyata pulang merawat ibunya di rumah. “Saya kasihan melihatnya, banyak guru akhirnya bantu, mulai bayar SPP, hingga bayar uang bukunya,” tutur Elvi.
Hafi sendiri mengakui itu. Bagi Hafi, apapun akan dilakukan untuk ibunya.
“Karena hanya ibu satu-satunya yang saya miliki di dunia ini,” aku Hafi. Ia juga mengaku harus hutang ke sana kemari untuk membiayai berobat ibunya dan kebutuhan hidup sehari-hari.