Ada Kelas Khusus Animasi di SMK Plus NU Sidoarjo, Bisa Kalahkan Upin Ipin
Siswa asal Desa Keling, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo ini mengaku masih 'kenalan' dengan program Autodesk Maya 2018, software pembuatan animasi, pada h
Penulis: M Taufik | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Sebuah gambar kubus di layar monitor terlihat diutak-atik oleh Aditya Jaya Hartanto.
Melalui kursor yang dijalankan lewat mouse di tangannya, siswa kelas 1 jurusan Animasi SMK Plus NU Sidoarjo ini sedang belajar mengenali program animasi di komputer yang dipegangnya.
Siswa asal Desa Keling, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo ini mengaku masih 'kenalan' dengan program Autodesk Maya 2018, software pembuatan animasi, pada hari pertamanya masuk kelas Animasi, Senin (13/8/2018).
"Sedang persiapan desain, sambil pengenalan program. Rencananya mau bikin animasi orang, seperti 3D gitu," jawab lulusan SMP PGRI 1 Buduran yang sejak kecil gemar menggambar tersebut di sela kesibukannya.
• Selain Ibadah Haji, Berikut Amalan-amalan yang Bisa Dikerjakan di Bulan Dzulhijjah
Tak jauh beda yang sedang dilakukan Jagad Kusuma, siswa lain yang juga sibuk mengolah gambar animasi di laboratorium Animasi 3D sekolah di Jalan Monginsidi Kav DPR Perum Bluru Permai, Sidoklumpruk, Sidoarjo tersebut.
Jika Aditya Jaya Hartanto ingin membuat animasi seperti di film Spongebob, Jagad Kusuma mengaku kepengen membuat film animasi untuk anak-anak yang mencerminkan budaya Indonesia. Mengalahkan ketenaran film Upin-Ipin.
"Ditawari orangtua saya untuk masuk jurusan animasi, dan saya langsung setuju. Saya ingin membuat film animasi untuk anak-anak yang bisa terkenal di berbagai negara, mengalahkan film Upin-Ipin," aku siswa asal Wadungasih, Buduran ini.
Lulusan SMP 1 Gedangan tersebut bertekad, dengan ilmu animasi yang didapat dari sekolah ini, dirinya bakal membuat film-film animasi yang bagus dan bermanfaat bagi anak-anak Indonesia.
Animasi merupakan jurusan baru di sekolah ini. Di angkatan pertama, terhitung ada 36 orang siswa. Artinya, minat masyarakat di bidang ini memang sangat besar.
• Mengaku Tidak Memfitnah, Andie Arif Tak Mau Minta Maaf Soal Isu Mahar Rp 500 M
Di ceritakan Kepala Sekolah SMK Plus NU Sidoarjo, M Fatchul Djinan, sejak tahun 2017 lalu sekolah ini sudah mulai berbasis IT. Sudah paperless, alias sangat jarang menggunakan kertas dalam kegiatan belajar-mengajar.
Para siswa juga terus didorong untuk berkreasi di dunia maya. "Sebelumnya kami punya jurusan Desain Komunikasi Visual. Dan seiring perkembangan, kami mulai mempersiapkan jurusan Animasi sejak akhir 2017," kisahnya.
Persiapan dilakukan sekitar 10 bulan, mulai dari penyiapan kelas khusus, laboratorium, dan pelatihan para guru di bidang Animasi 3D. Semua menggunakan perangkat lunak standart peranimasian internasional.
Di laboratorium Animasi itu, terhitung ada 39 perangkat komputer yang setiap unitnya berharga lebih dari Rp 30 juta. Pengadaan peralatan, ruangan dan berbagai perlengkapannya itu merupakan kerjasama pihak sekolah dengan yayasan Wings Peduli Kasih.
• BBPOM Surabaya Rilis Barang Sitaan Senilai Rp 3,1 Miliar
"Begitu pendaftaran dibuka, animonya ternyata tinggi. Kuota 36 siswa pada angkatan pertama jurusan Animasi 3D langsung penuh. Kami sangat bersyukur, dan berharap dari tangan anak-anak ini akan muncul karya-karya kreatif yang bermanfaat bagi negeri ini," harapnya saat ditemui usai acara Launching jurusan baru dan laboratorium Animasi 3D tersebut.
Sejumlah petinggi PT Wings Surya nampak hadir dalam kegiatan tersebut. Mereka juga terlihat antusias saat berbincang dengan para siswa dan ikut menyaksikan aktivitas para siswa di laboratorium Animasi 3D.
Menurut Effendi Harsono, Manager HRD PT Wings Surya, dana yang dikucurkan ke sekolah ini merupakan dana CSR perusahaan. "Selama ini perusahaan lebih banyak mengucurkan CSR di bidang sosial dan kesehatan, ini kali pertama untuk sekolah dalam bentuk kerjasama seperti ini," ungkap Effendi.
• Persebaya Turunkan Rendi Irwan, Pertahanan Barito Putera Jadi Berantakan
Dipilihnya SMK Plus NU Sidoarjo karena sekolah ini sudah sejak lama paperless dan memiliki beberapa program di bidang IT, sehingga lebih dekat secara teknologi dengan program animasi.
"Industri animasi sudah sangat berkembang di Indonesia. Banyak dibutuhkan animator atau tenaga di sektor Industri ini. Itu juga menjadi alasan kami mengucurkan CSR di bidang ini," urai dia.
Setelah SMK Plus NU, disebutnya bahwa perusahaan juga bakal mengembangkan CSR serupa di sekolah-sekolah lain. Bisa jadi sama, atau sektor pendidikan IT lain yang memang sedang dibutuhkan seiring perkembangan zaman.(m.taufik)