Kisah Karsi Nerro, Peraih Kalpataru Berkat Hutan Telaga Buret Tulungagung
Hutan Telaga Buret di Kabupaten Tulungagung mengantarkan Karsi Nerro meraih penghargaan Kalpataru.
Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
Berkat usaha yang sungguh-sungguh dan tanpa lelah, tahun 1999 Perhutani mepercayakan pengelolaan hutan seluas 1,9 hektar di sekitar Telaga Buret kepada Karsi dan kawan-kawan.
Pada tahun 2000 luas area hutan yang dipercayakan menjadi 3 hektar. Warga pun mulai merasakan hasilnya.
Puncaknya tahun 2002, empat kepala desa di sekitar Telaga Buret membuat ikrar bersama untuk menjaga kelastariannya.
Desa-desa itu adalah Desa Sawo, Gedangan, Gamping dan Ngentrong, semuanya di Kecamatan Campurdarat.
“Siapa saja yang mengganggu kelestatian Telaga Buret akan mendapatkan sanksi,” tegasnya.
Berkah hutan yang kembali lestari kini dinikmati para petani di empat desa ini.
Sawah-sawah mereka selalu terairi dengan baik berkait air dari Telaga Buret.
Bahkan di saat musim kemarau sekalipun, petani tidak pernah kekurangan air.
Padahal sawah-sawah mereka tidak terhubung dengan sistem irigasi modern yang dibangun pemerintah.
Sebuah pintu air kecil dibangun Dinas Pekerjaan Umum Pengairan tidak jauh dari Telaga Buret.
Pintu kanan untuk sawah Desa Gedangan, pintu tengah untuk Desa Gamping dan Sawo, dan pintu kiri untuk sawah Desa Ngentrong.
“Jadi memang sepenuhnya mengandalkan air dari Telaga Buret, hulu sistem irigasinya ada di Buret. Tidak ada saluran yang terhubung dengan sistem irigasi lain,” tutur Karsi.
Pada tahun 2015 saat masuk nominasi Kalpataru, luas lahan pertanian yang terairi seluas 400 hektar.
Tahun 2017 luas area sawah yang bisa terairi dari Telaga Buret mencapai 700 hektar.
Berkat pencapaian ini, Karsi dan kawan-kawan yang bergabung dalam Hampar diganjar penghargaan Kalpataru pada Kamis (30/8/2018) di Bitung, Sulawesi Utara. (David Yohanes)