Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pileg 2019

La Nyalla : Ke Depan Peran DPD Harus Diperkuat, Seperti Senator di AS

Pada Pemilu 2019, Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jawa Timur La Nyalla maju sebagai Calon Anggota DPD Dapil Jatim.

Editor: Yoni Iskandar
istimewa
Ir. H. La Nyalla Mahmud Mattalitti saat bertemu Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur terpilih 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pada Pemilu 2019, Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jawa Timur La Nyalla maju sebagai Calon Anggota DPD Dapil Jatim.

Mantan Ketua Umum PSSI selam dua periode tersebut menyadari bahwa Anggota DPR RI tidak bisa secara langsung mewakili kepentingan dapilnya, karena setelah terpilih dan duduk di Senayan anggota DPR RI dilebur ke masing-masing Komisi.

“Kalau masuk Komisi Energi, ya kerjanya membahas energi. Tidak bisa langsung membawa kepentingan daerah yang diwakilinya (Dapil). Hanya anggota DPD lah yang bisa membawa langsung kepentingan daerah yang diwakilinya. Hanya saja memang, DPD belum cukup punya “gigi” secara konstitusi, sehingga ke depan peran DPD harus diperkuat, seperti Senator di AS,” kata La Nyalla, Senin (10/9/2018).

La Nyalla mengakui pilihannya menjadi calon anggota DPD tidak semata-mata prestise, tapi lebih kepada kesadarannya untuk bersama-sama memajukan Jatim.

Ngaku Fotografer, Pelaku Pemerkosaan Bermodus Ajakan Jadi Model di Surabaya Ternyata Sopir Freelance

"Kami mohon dukungan dan doa restu seluruh warga Jawa Timur, saya maju di DPD Jatim dan berjuang memajukan Jawa Timur," ujarnya.

Perjalanan Karir

Tapi, siapa sangka, di balik kesuksesannya saat ini, La Nyalla sebelumnya harus meniti hidup yang penuh kelok dan batu terjal. Pria kelahiran 10 Mei 1959 ini menapaki karir dengan penuh keringat dan pengorbanan.

La Nyalla muda pernah bekerja serabutan, mulai dari menjadi sopir angkot Wonokromo- Jembatan Merah dan sopir minibus L-300 Surabaya-Malang. La Nyalla bahkan sempat menekuni karir sebagai ahli terapi penyakit dengan cara pengobatan alternatif. Sejumlah kalangan masyarakat, dari pedagang kaki lima sampai dosen, sempat menjadi pasiennya. Namun, karena tidak mau dicap dukun, La Nyalla tidak praktik lagi.

”Hidup memang bukan seperti sebentang garis lurus di peta. Tidak ada hidup yang tanpa kelokan, karena manusia memang selalu dihadapkan pada banyak tantangan, di mana pun dan kapan pun,” ujar La Nyalla.

La Nyalla dilahirkan dari keluarga Bugis. Kakeknya, Haji Mattalitti, adalah saudagar Bugis-Makassar terkenal di Surabaya.

Bapaknya, Mahmud Mattalitti, adalah dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan FH Unair. Namun, La Nyalla tidak pernah menggunakan nama besar dan kekayaan keluarganya dalam hidupnya.

Nama Lama Kembali Mengisi DPRD Kota Malang, Begini Komentar Mereka

Menginjak dewasa, dia memilih nyantrik dan tinggal di kompleks Makam Sunan Giri, Gresik. Di kompleks makam wali ini, dia menghimpun banyak warga kurang mampu, sebagian di antaranya malah kelompok yang sering dicap preman oleh masyarakat.

La Nyalla mengajak mereka untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Hasilnya, La Nyalla memiliki ratusan pengikut yang setia hingga kini.

”Kalau Anda melihat saya seperti sekarang, itu karena tekad saya bulat. Kerja sungguh-sungguh,” kata pengusaha konstruksi ini dalam buku biografinya, Hitam-Putih La Nyalla M. Mattaliti, yang ditulis oleh budayawan Sam Abede Pareno.

La Nyalla berkisah, titik awal karirnya sebagai pengusaha adalah saat ia nekad membuat pameran kreativitas anak muda pada 1989. Pameran yang disponsori PT Maspion itu membikin bangkrut La Nyalla gara-gara tidak ada peserta. La Nyalla lantas terlilit utang dan dikejar-kejar penagih utang. Kerugian itu begitu memukul. Bahkan, pemilik PT Airlanggatama Nusantarasakti ini sempat berniat untuk ”lempar handuk” dari dunia usaha.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved