Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah

Usai Gempa dan Tsunami Menerjang, Mahasiswa ITN Malang Asal Palu Diminta Keluarga Makin Giat Kuliah

Mahasiswa ITN Malang asal Palu diminta keluarga semakin giat kuliah, usai gempa dan tsunami menerjang.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Mujib Anwar
Twitter/Daeng_Info
Gempa bumi mengguncang Donggala dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Akrim Syamsudin, mahasiswa semester 3 program studi Geodesi ITN Malang dan Ariel Abdullah, mahasiswa semester 1 Teknil Sipil diminta keluarganya tetap konsentrasi kuliah di Malang. Bahkan harus semakin rajin belajar.

Ini setelah terjadinya bencana gempa dan tsunami menerjang kota kelahirannya Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Alhamdullilah sudah bisa menghubungi keluarga. Saya diminta konsentrasi kuliah dan dilarang pulang karena lebih aman di Malang," ujar Akrim kepada Suryamalang.com (TribunJatim Network), Rabu (3/10/2018).

Menurutnya, sejak empat tahun terakhir dia dan kakaknya serta sepupunya tinggal di Kecamatan Tatanga, Kota Palu.

Kisah Dramatis Pasutri Mojokerto Selamat dari Gempa Tsunami Palu Hingga Bisa Balik Kampung Halaman

Sedang orangtuanya berada di Kabupaten Morowali dan juga terkena gempa. Palu-Morowali jika perjalanan darat butuh waktu 11-12 jam.

"Tapi kakak tidak apa-apa. Memang ada kerusakan rumah. Jalanan juga rusak," kata Akrim yang mengaku tahu pertama kali kondisi gempa di Palu lewat grup WA alumni SMP.

Temannya yang berada di tempat tinggi berhasil merekam lewat kamera hape dan dibagikan. Masa paling berat adalah saat tidak tahu kabar keluarganya. Bahkan ia tahu kabar kakaknya dari teman kakaknya di Jogja.

"Hampir semua mengalami ini dimana tidak tahu kondisi langsung keluarga karena tak ada jaringan telepon selular," paparnya.

Sebelum ke Palu, Ardi Kurniawan Terbang Dulu Bareng Ayah, Jafro Peraih Emas Asian Games Terus Ingat

Saat ini, ia akan tetap di Malang karena akses ke Palu juga sulit. Ia mengibaratkan perasaannya, badan dan jiwanya di Malang, tetapi pikirannya di Palu.

"Selama ini saya tinggal di Malang senang. Hawanya sejuk. Bahkan bisa kedinginan. Kalau di Palu panas sekali," terangnya.

Ia sempat memikirkan biaya kuliahnya akibat bencana ini. "Saya sempat sumpek. Masak saya harus berhenti sampai disini? Padahal saya sedang semangat kuliah," imbuhnya.

Sedang Ariel juga diminta keluarganya fokus kuliah di Malang. "Saya baru dua bulan di Malang," jawab Ariel. Ia tahu ada bencana itu lewat berita online.

Pamit Ortu Lagi Tanding di Palu, Atlet Internasional Paralayang Asal Kediri Putus Kontak Pasca Gempa

"Di Palu itu biasa dapat gempa. Sebulan dua kali. Tapi begitu tahu kekuatan gempa 7,7, saya ya panik," ujar Ariel, warga Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.

Semalaman ia tidak tidur karena belum berhasil menghubungi keluarganya. Namun ternyata selamat. Keluarganya kini mengungsi ke Kabupaten Luwuk, kira-kira 11 jam dari Kota Palu.

Dari hasil percakapan dengan ayahnya yang PNS Dinas Bina Marga kesulitan mencari BBM. Ia menyatakan akan fokus kuliah karena tidak boleh ke daerahnya karena kondisinya.

Jumlah mahasiswa Sulteng banyak di Malang. Terbanyak kuliah di UB dan UMM. Sisanya menyebar ke sejumlah PTS seperti ITN dan Unmer.

Dari organisasi daerah mahasiswa Sulteng sudah mengirimkan logistik dan bantuan lewat kapal laut dan sekaligus pulang. (Sylvianita Widyawati)

BREAKING NEWS - 175 Pengungsi Gempa Palu dan Donggala Tiba di Juanda, Ada yang Dilarikan Rumah Sakit

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved