Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah

4 Kisah Para Pengungsi Asal Jatim & Jateng yang Selamat dari Gempa Palu, Hanya Bisa Selamatkan Beras

Hanya beras yang diselamatkan oleh Joko saat terjadinya gempa. Simak kisah selengkapnya di sini

Penulis: Januar AS | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM/PRADHITYA FAUZI
Joko Waluyo (34), korban selamat dari gempa dan tsunami di Palu asal Boyolali saat berada di Wisma Bhaskara Juanda, Sidoarjo, Rabu (3/10/2018). 

Kelegaan mereka berhasil keluar dari dalam rumah pun seketika sirna.

Goncangan gempa kembali terjadi. Semua warga yang berkumpul di luar rumah panik berhamburan mencari perlindungan.

"Sebagian warga menyuruh kami tiarap. Tetapi kami tak mau. Suami saya mempunyai insting, bahwa kami harus lari ketempat yang lebih tinggi," katanya.

Kemudian mereka pun memilih mengambil langkah seribu.

Mereka tak memperdulikan harta benda yang berada di dalam rumah. Bahkan, mereka tak memakai alas kaki ketika berlari.

Jarak antara bukit dan rumahnya sekira 10 km. Mereka menempuh waktu sekira satu setengah jam. Mereka berlari bersama 8 orang warga lain.

"Kami lari sambil berpegangan tangan, sampai anak saya terseret sangking paniknya," jelasnya.

Setengah perjalanan, dia menengok ke arah belakang. Dia melihat ada kepulan asap serta suara yang bergemuruh. Sembari berlari, suami yang berada disampingnya mengusap kepalanya dan menenangkannya.

"Kami terus naik ke atas untuk menyelamatkan diri," ucapnya.

Akhirnya, mereka sampai di atas bukit. Dian dan suaminya memilih untuk tinggal sementara di atas bukit karena guncangan gempa masih terasa.

Tanpa penerangan dan tanpa alas tidur. Senter dari gawai adalah salah satu sumber penerangannya. Diatas bukit hanya terdengar suara klakson kendaraan yang bersahutan.

"Tak lama hape saya drop (mati). gelap gulita. Saat itu Awan mendung tak ada bintang. Kami berpegangan dan berpelukan, anak saya tidur saya dudukkan. Mata kami membelalak terus waspada. Kami tak membawa makanan, hanya mengandalkan air minum yang diberi warga lain," ungkapnya.

Sekira pukul 05.00 pagi, dari arah utara ada beberapa orang yang sekujur tubuhnya di penuhi lumpur berjalan dihadapan mereka. Ketiga orang itu semakin takut. Rupanya, desa yang berada di atas bukit dari tempat mereka berlindung terbenam lumpur.

"Itu wilayah Sigi. Bukan terkena tsunami tetapi rumah di sana porak poranda diterjang lumpur (likuifaksi)," timpal Afif.

Mereka memutuskan untuk turun menuju ke Karaja Lemba karena takut lumpur akan menerjang tempatnya berlindung. "Saya mendapat informasi kalau di titik amannya berada Karaja Lemba. Kami pun ke sana," terangnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved