Kisah Memprihatinkan Nenek Buta dan Anak Perempuan Lumpuh Asal Blitar yang Tinggal di Kandang Ayam
Ia tinggal bersama anak perempuannya, Miseni (39), di bekas dapur rumahnya yang tak terpakai dan sudah lama ditempati ayam.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Ayu Mufihdah KS
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Seorang nenek bernama Katiyem (81) asal Dusun Putuk Rejo, Desa Sumber Urip, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, terpaksa hidup dan tinggal bersama ayam peliharannya.
Ia tinggal bersama anak perempuannya, Miseni (39), di bekas dapur rumahnya yang tak terpakai dan sudah lama ditempati ayam.
Keduanya sudah lama tinggal berdua dan makan dengan mengandalkan kiriman dari anaknya, Bahri (52), yang tinggal di Dusun Bratau atau berjarak sekitar 4 km dari rumah mereka.
Bukan hanya hidupnya yang susah, keduanya juga diketahui memiliki keterbatasan fisik.
• Hadiri Deklarasi Dukungan Japri Jatim, Djoko Santoso: Masyarakat Pribumi Ingin Perubahan Lebih Baik
Katiyem sudah lama tidak bisa melihat akibat penyakit katarak yang dideritanya sehingga ia harus dibantu orang lain untuk berjalan.
Sementara Miseni diketahui tak bisa jalan atau lumpuh dan harus berbaring di atas tempat tidurnya.
"Ya, susah. Gimana nggak susah, wong keduanya nggak bisa saling membantu. Ibunya memang bisa jalan, namun buta sehingga harus ada yang menuntunnya. Sebaliknya, anaknya bisa melihat, namun nggak bisa jalan, sehingga ya sama-sama susah," tutur Bonaji (46), Kades Sumber Urip, Senin (22/10/2018).
• Tebang Pohon Jati di Tempat Pemakaman Umum, Pria di Lamongan Tewas Tertimpa Batang Pohon Ploso
Menurutnya, kondisi yang dialami mereka itu sudah lama atau sekitar 10 tahun.
Mereka hanya tinggal berdua karena dua anaknya, yang fisiknya normal, sudah berumah tangga dan tak tinggal serumah.
"Namun, untungnya ada anaknya, yang perhatian dan selalu mengirim makan tiap hari," paparnya.
Ditemui di rumahnya, Katiyem duduk di atas tempat tidurnya bersama Miseni.
• Tidak Ada Pelanggaran di Kebakaran Pasar Pon, Pemkab Trenggalek Segera Merelokasi Pedagang
Mereka mengaku lagi menunggu kedatangan anaknya, Bahri, untuk mengirim makanan.
"Kami kira Bahri yang datang. Kami sudah lapar, namun ia kok belum muncul (mengirim makanan)," tutur Katiyem.
Masuk ke dalam tempat tinggal Katiyem dan anaknya, orang pasti akan menahan bau.
Pasalnya, selain banyak kotoran ayam yang berceceran di mana-mana, juga bercampuran bau air kencing dan kotoran mereka.
• Jelang Kontrak Habis, DPMPTSP Kota Malang Buat Kajian untuk Pengelolaan Mal Alun-alun