Kopi Biji Juwet Made In Lamongan, Nyruput Kopi Dengan Beragam Manfaat untuk Kesehatan Tubuh
Kopi Biji Juwet buatan warga Kabupaten Lamongan ini bisa dicoba, karena memiliki beragam manfaat untuk kesehatan tubuh.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Buah juwet, barangkali kini tidak banyak dikenal anak-anak bahkan kalangan muda. Selain tidak banyak dibudidayakan, keberadaan pohon juwet juga sudah menjadi cukup langka.
Tidak beda dengan di Kabupaten Lamongan, buah juwet tinggal terpusat di Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu.
Sejauh ini tidak bertambah banyak populasinya, namun cenderung terus berkurang.
Buah Jamblang atau yang juga biasa disebut Juwet, tidak hanya daging buahnya saja yang bisa dinikmati, namun bijinya juga dapat dikonsumsi. Bahkan, biji Juwet ini disebut bisa menjadi obat.
Biji Juwet yang sebelumnya hanya dibuang begitu saja karena dianggap sampah tidak berguna, di tangan pasangan suami istri Ismail Khoiri (28) dan Nikmatus Soliha (28), warga Dusun Sekargeneng, Desa Bakalanpule, Kecamatan Tikung, biji Juwet bisa olah dan menghasilkan, kopi Juwet namanya.
"Ide awalnya karena selama ini biji Juwet hanya terbuang percuma, "kata Ismail.
• Anaknya Terpental, Korban Tewas Pajero Sport Ditabrak Kereta di Surabaya Jadi Tiga Orang Sekeluarga
Sementara yang ada hanya banyak orang mencari kulit dan akar buah Juwet untuk digunakan sebagai obat alternatif.
Ide untuk membuat kopi dari biji Juwet tersebut karena terinspirasi dari salah satu temannya yang membuat kopi alternatif yang tidak berbahan biji kopi.
Mengapa memilih biji Juwet? Ismail mengaku ia sengaja memilih biji Juwet karena buah ini melimpah di sekitar daerahnya, atau tetangga desa. Yang ada hanya dinikmati buahnya saja.
"Awalnya ide dari teman di Semarang, yang punya kedai kopi, jadi muncul ide membuat kopi Juwet," kata Ismail Khoiri.
Bisnis pembuatan kopi Juwet ini baru berjalan 2 bulan, namun respon peminat trendny terus meningkat.
• Ditagih Bayar Kos Malah Ancam Mau Hajar Pemilik Rumah, Warga dan Pendatang Bentrok di Waru Sidoarjo
Banyak habib dari Jateng dan sebagian Jatim yang sudah membeli dalam partai besar." Yang terjual sebanyak 500 kantong kemasan plastik," kata Ni'matus Sholihah kepada TribunJatim.com yang menemuinya, Senin (22/10/2018) siang.
Ditanya proses pembuatan kopi Juwet, Ni'ma, mengurai secara terbuka, untuk dapat menjadi bubuk kopi, pertana biji Juwet yang sudah terkumpul harus melewati beberapa tahap, mulai dari pengeringan, pengupasan kulit ari, hingga disangrai.
Setelah dijemur hingga kering, kata biji Juwet kemudian dibersihkan dari kulit arinya dan dijemur kembali hingga berwarna kehitaman.
"Kira-kira butuh waktu 10 minggu untuk prosesnya. Mulai pengambilan biji Juwet, kemudian dijemur, dikupas, dijemur lagi sampai benar-benar kering, baru disangrai dan digiling," ungkapnya.
• Gara-gara Bayaran, Sopir dan Kenek di Sidoarjo Kuras Uang Rp 407 juta di Brankas Perusahaan
Baru dikemas sesuai takaran dan siap dipasarkan. Diperkiran dari bahan mentah 1 kilogram biji Juwet, hanya mengalami susut sekitar 1 ons.
Hasil dari olahan kopi Juwet, Ni'ma mengaku mendapatkan untung rata-rata 30 persen.
Kopi Juwet memiliki berbagai kandungan yang dapat mencegah dan mengobati sejumlah penyakit, seperti menurunkan gula darah, mencegah penyakit jantung, mengobati infeksi, melancarkan pencernaan, mencegah kanker, dan menjaga kesehatan mulut.
Setelah uji laboratorium, biji juwet ini mempunya kandungan zat tanin, asam galat, insulin plasma. "Juga jambosin," katanya.
Selain memiliki sejumlah kasiat, keunikan rasa yang dimiliki juga menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen kopi dengan merk Viral Coffee ini.
• Ansor dan Banser di Lamongan Pilih Aksi Bersihkan Sampah di Bengawan Solo
Ismail memproduksi denfa. dua varian, yaitu original dan campuran kopi 30 persen dan biji Juwet 70 persen.
Untuk kemasan 200 gram Viral Coffee, Ismail membandrolnya dengan harga Rp 20 ribu per 200 gram, sedangkan untuk kemasan 250 gram dijual seharga Rp 25 ribu.
Hanya saja, ia belum berani untuk melakukan produksi berskala besar, karena kopi Juwet produksinya tersebut masih belum memiliki ijin Produk Industri Rumah Tangga (PIRT).
Sementara baru di online, pasar tetangga, belum berani produksi banyak.
"Ya karena belum punya ijin IRT," katanya.
Lalu dari mana suami istri ini mendapat biji Juwet? Mereka mengaku sangat mudah untuk mendapatkan biji buah Juwet karena desa dan kecamatan sebelah yakni satu daerah dengan kebun buah Juwetnya yakni di Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu.
• Dijepit 2 Truk dari Depan & Belakang di Jl Raya Malang-Surabaya, Espass Terbakar & 3 Penumpang Tewas
Satu kilo biji buah Juwet, dibeli dengan harga Rp 5 ribu dari warga. "Di Desa sebelah, yaitu Desa Lopang, sebagai desa dengan kebun buah Juwet sehingga mudah didapat," ujarnya.
Pasangan suami istri ini berencana akan mengembangkan kopi Juwet dengan beberapa varian rasa. "Ya kita akan coba," katanya.
Selain itu, Ni'ma mengaku sudah mencoba melakukan untuk pembibitan buah Juwet dengan melibatkan di tiga titik.
Dengan cara pembuatan pembibitan ini diharapkan usaha kopi Juwet akan berlangsung lama.
Sebab saat ini masih banyak masyarakat yang enggan berkebun Juwet."Insya Allah dengan cara membuat pesemaian ini, bisnis kopi Juwet bisa kontinyu produksinya.
Kalau dari biji, lima tahun kemudian pohonnya baru bisa berbuah.
Ni'matus Sholihah juga mengaku sudah menggandeng teman di salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Jawa Barat.
• Kaligrafi Teks Pancasila Raksasa di Ponpes Salafiyah Syafiiyah Situbondo Pecahkan Rekor MURI
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan, Muhammad Zamroni sangat mengapresiasi inovasi kopi Juwet tersebut, dan akan membantu pengurusan PIRT untuk melegalkan produksi Viral coffe.
Zamroni yang sudah mencoba sendiri rasa dari kopi Juwet ini mengaku, rasa dari kopi Juwet ini tak ubahnya kopi biasa dengan rasa agak-agak sepet layaknya buah Juwet.
"Kalau sudah memenuhi semua syaratnya, kami akan keluarkan PIRT nya," kata Zamroni.
Pemerintah, lanjut Zamroni, juga akan berusaha membantu agar Kopi Juwet ini bisa semakin dikenal masyarakat. Caranya, kata Zamroni, dengan mengikutkan produk ini ke sejumlah pameran produk.
"Kami juga berencana akan memberikan sertifikat halal pada produk ini," tegasnya. (Hanif Manshuri)