23 Difabel di Kabupaten Blitar Ditampung di Kampung Peduli, Mereka mahir Membatik
Para penderita keterbatasan fisik (difabel) di Kabupaten Blitar, saat ini tak usah minder atau kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Yoni Iskandar
"Kadang, kalau lagi semangat, satu orang itu sehari bisa menghasilkan batik tiga potong. Namun, kalau lagi malas, satu potong pun sehari nggak jadi. Ya, kami nggak bisa memaksa, wong mereka itu bukan seperti kita (yang normal)," paparnya pada TribunJatim.com.
• Pelabuhan Kamal Sepi Setelah Jembatan Suramadu Gratis, Pakde Karwo: Kita Gunakan Primus Inter Pares
Selain diajari membatik, mereka juga diajari ketrampilan lainnya, seperti membuat keset. Sebab, itu modalnya murah dan semua orang membutuhkannya sehingga cepat laku.
Romelan menambahkan, kampung peduli difabel ini didirikan, memang sengaja buat menampung semua penyandang cacat, agar bisa mandiri, dengan punya penghasilan sendiri.
Karena itu, bagi para difabel yang asal Kabupaten Blitar, jika ingin mandiri atau ingin belajar ketrampilan, silakan bergabung ke sini. Caranya, mereka bisa melapor ke kades, kemudian dilanjutkan ke dinsos.
"Nanti, mereka akan kami jemput. Memang, ini program pemerintah, yang digabung dengan program pak bupati (M Rijanto), demi para difabel, agar bisa mandiri atau tak jadi beban orang lain," paparnya.
Untuk usia, tambah Romelan, tak dibatasi, yang penting ada kemauan. Yang jelas, semua biaya hidupnya, selama belajar membatik atau ketrampilan lainnya, tetap digaji Rp 60 ribu per hari. Itu belum termasuk fasilitas lainnya, seperti makan.
"Untuk saat ini, baru ada 23 difabel yang tinggal di situ. Nanti, kalau sudah mahir, silakan kalau mau pulang dan mengembangkan usahanya sendiri. Yang penting, kami memberikan motivasi dan kemampuan lebih, agar mereka tak minder dan tetap punya semangat hidup yang tinggi," pungkasnya.(Imam Taufiq/TribunJatim.com)