Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

USAID APIK Resmikan Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir di Sungai Klorak Mojokerto

USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (USAID APIK) meresmikan sistem peringatan dini banjir canggih berbasis komunitas.

SURYA/DANENDRA KUSUMA
Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi turut meresmikan sistem peringatan dini bencana banjir USAID APIK, Rabu (5/12). 

TRIBUNJATIM.COM, Mojokerto - USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (USAID APIK) bersama Kelompok Siaga Bencana Desa Kalikatir, Dilem, dan Begaganlimo meresmikan sistem peringatan dini banjir berbasis komunitas.

Sistem peringatan dini banjir dipasang di sekitar Sungai Klorak, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Peresmian ini juga dihadiri Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi.

Sistem peringatan dini akan membantu masyarakat di ketiga desa untuk lebih siap siaga dalam menghadapi banjir bandang.

Dalam acara tersebut, USAID Apik juga menggelar simulasi bencana banjir bandang bersama masyarakat.

(Tak Terkait Cerai Gading dan Gisella, Ini 5 Fakta Koneng Berhenti Kerja Jadi Pengasuh Gempita)

(Madura FC Vs Madura United, Gomes de Oliviera Larang Pemainnya Mengeluh Soal Lapangan Ahmad Yani)

Puji Andriati, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Mojokerto mengatakan, Kabupaten Mojokerto berpotensi terkena banjir bandang dan tanah longsor.

Maka dari itu pihaknya mendukung upaya APIK. menurutnya, sistem peringatan dini dapat mengurangi dampak dan kerugian yang dialami masyarakat.

"BPBD juga mendorong masyarakat untuk merawat dan melakukan pengawasan bersama agar sistem dapat terus bermanfaat. Tentunya, masyarakat perlu mendapat pelatihan khusus, sehingga dapat mengatasi permasalahan teknis yang mungkin terjadi,” katanya, Rabu (5/12/2018).

Sebelum memasang sistem peringatan dini banjir di tepi Sungai Klorak, pihak USAID APIK terlebih dahulu melakukan kajian terkait kerentanan dan resiko Iklim.

Kajian ini dikerjakan bersama BPBD, pihak swasta, warga, dan Kelompok Kerja Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana (API-PRB).

Dari hasil kajian tersebut, diketahui desa-desa yang berada di pinggir Sungai Klorak yakni Desa Kalikatir, Dilem, dan Begaganlimo rentan terhadap banjir dan longsor.

(ITS Surabaya & Badan Litbang Kemenhub Gelar FGD Bahas Upaya Pencegahan Kecelakaan Transportasi Udara)

(5 Fakta Raider Kostrad, Pasukan Khusus Pemburu Pembantai Pekerja di Papua, Punya Skill Tempur Khusus)

Terbukti pada tahun 26 Maret 2017, Desa Kalikatir dilanda banjir.

Desa yang berada di area lebih rendah dibandingkan Desa Begaganlimo dan Desa Dilem ini diterjang banjir bandang setelah hujan turun terus-menerus selama dua jam.

Akibat bencana banjir bandang ini, puluhan rumah terendam lumpur setinggi 80 cm, lahan pertanian rusak, hewan ternak dan motor hanyut terbawa arus.

Sementara itu, Ardanti Sutarto, Manajer Regional Jawa Timur Program USAID APIK menjelaskan sistem peringatan dini memberikan informasi tentang curah hujan dan ketinggian air di sungai.

Sehingga masyarakat dapat segera bertindak dalam kondisi tersebut.

"Peralatan yang dipasang terdiri dari Automatic Rain Gauge (ARG) yang berfungsi mengukur curah hujan. Lalu temperatur, dan kelembapan Automatic Water Level Recorder (AWLR) untuk mengukur tinggi muka air. Serta sirine tanda bahaya," jelasnya.

Sensor pada ARG dan AWLR akan merekam data sekitar, mengirimnya ke gateway, di mana data akan diolah dan dianalisis untuk menghasilkan tiga tingkatan status bencana yakni waspada, siaga, dan awas.

Sirine pun akan memberikan peringatan ke masyarakat untuk siap siaga.

(Tak Terkait Cerai Gading dan Gisella, Ini 5 Fakta Koneng Berhenti Kerja Jadi Pengasuh Gempita)

(5 Fakta Raider Kostrad, Pasukan Khusus Pemburu Pembantai Pekerja di Papua, Punya Skill Tempur Khusus)

"Sistem peringatan dini yang dipasang memiliki keunggulan antara lain transfer data dari sensor sistem ke gateway menggunakan teknologi Lo-Ra (long range), yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data dengan jangkauan luas tanpa memerlukan jaringan seluler. Selain menghemat biaya, Lo-Ra juga lebih memadai untuk daerah terpencil," sebutnya.

Dirinya melanjutkan, perangkat ini dibuat dengan basis open source dan menggunakan komponen yang mudah ditemui di pasar, sehingga lebih mudah dibuat ulang.

Tak hanya menyiapkan perangkat, kapasitas masyarakat juga menjadi perhatian APIK agar sadar akan hal kebencanaan dan mampu mengelola sistem peringatan dini secara mandiri.

"Hal ini diwujudkan dengan mendampingi masyarakat dalam pembentukan Kelompok Siaga Bencana (KSB), melakukan sosialisasi dan pelatihan tentang sistem peringatan dini, menyusun rencana kontingensi, dan mengadakan simulasi bencana," lanjutnya.

Eko Ferino, anggota KSB Desa Begaganlimo mengatakan, ini merupakan kali pertama warga khsusunya yang berada di daerah Kalikatir mendapat penguatan tentang kesiapsiagaan bencana.

"Sebagai anggota KSB kami bertanggung jawab dan menjadi penggerak utama dalam aksi pengurangan risiko bencana maupun saat terjadi bencana. Di KSB juga terdapat penanggung jawab yang bertugas menyampaikan informasi terkait situasi yang berpotensi bencana ke kepala desa dan masyarakat,” katanya.

Reporter: Surya/Danendra Kusuma 

(Madura FC Vs Madura United, Gomes de Oliviera Larang Pemainnya Mengeluh Soal Lapangan Ahmad Yani)

(Inovasi ITS, Wind Shear & Standing Water Detector Diyakini Jadi Solusi Pencegahan Kecelakaan Pesawat)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved