Dalam 2 Hari, Angin Puting Beliung Rusakkan Puluhan Rumah di Malang, Ini Penjelasan BMKG Karangploso
Dalam 2 Hari, Angin Puting Beliung Rusakkan Puluhan Rumah di Malang, Ini Penjelasan BMKG Karangploso.
Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Peristiwa angin puting beliung menerjang beberapa wilayah di Kabupaten Malang dalam tempo waktu 2 hari terakhir.
Berdasarkan pantauan, angin puting beliung disertai hujan deras menerjang wilayah Desa Bokor, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang pada Minggu petang (13/1/2019).
Akibatnya, enam unit rumah mengalami kerusakan.
Bahkan ada rumah yang tertimpa pohon berukuran besar.
• Konsumsi Sabu Hampir Setahun, Oknum Dishub Kota Malang Ini Diringkus Polisi di Rumahnya
Puluhan juta rupiah ditaksir merupakan kerugian yang ditimbulkan dari insiden tersebut.
Tak lama kemudian tepatnya sehari setelahnya, peristiwa serupa juga terjadi di dua desa di Kecamatan Wajak, Senin sore (14/1/2019).
Dua desa tersebut adalah Desa Kidangbang dan Desa Bringin.
Kasubsi Penanggulangan Bencana PMI Kabupaten Malang, Mudji Utomo menjelaskan peristiwa tersebut bermula ketika hujan deras angin kencang mengguyur wilayah tersebut sejak sekira pukul 13.30 waktu setempat.
• Ini Tujuan Sanusi Wacanakan Jajaran OPD Kabupaten Malang Dipindah ke Kepanjen
Akibatnya 16 rumah mengalami kerusakan ringan di bagian atap.
Kerugian ditaksir mencapai belasan juta.
Beruntung tak ada korban luka maupun jiwa yang diakibatkan dari bencana puting beliung tersebut.
Menanggapi adanya peristiwa angin puting beliung dua hari terakhir ini, Kasi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Anung Suprayitno menjelaskan, fenomena tersebut timbul karena imbas dari adanya cuaca ekstrim, yang menerjang wilayah Kabupaten Malang akhir-akhir ini.
Anung menyebut, terdapat fenomena Monsun yang ditengarai membuat curah hujan menjadi tidak stabil.
Monsun juga memberi andil timbulnya cuaca ekstrim.
"Ada fenomena yang dinamakan jeda Monsun. Karena hujan itu diiringi oleh dampak pemanasan radiasi sinar matahari yang cukup tinggi, uap air tinggi pula. Kemudian fenomena tersebut menimbulkan awan-awan konveksi mulai dari awan cumulus dan cumulonimbus," terang Anung ketika dikonfirmasi, Selasa (15/1/2019).
Anung menambahkan, awan-awan cumulonimbus itulah yang mengakibatkan timbulnya peristiwa seperti angin puting beliung, hujan intensitas lebat dan petir.
"Alurnya seperti itu. Biasanya cuaca ekstrim tersebut muncul saat awal musim hujan," imbuh Anung.
Anung juga menerangkan kemunculan awan cumulonimbus tersebut juga tak dapat diprediksi.
Sehingga, timbulnya fenomena angin puting juga diakui pihaknya sulit diprediksi.
Karena, sifat dari awan cumulonimbus bersifat dinamis.
Namun terdapat tanda-tanda yang bisa dirasakan.
Selain itu, angin puting beliung terjadi dalam tempo waktu yang pendek.
"Biasanya sebelum terjadi cuaca ekstrim, saat malam hari suhu terasa gerah panas gitu. Lalu siang terik, tiba-tiba ada awan hitam kemudian hujan deras disertai angin," ujarnya.
"Itulah yang kemudian angin puting beliung tidak bisa diprediksi. Tapi tanda-tandanya jika dicermati bisa dirasakan," tandas Anung memaparkan.
Anung mengimbau, jika menemui tanda-tanda fenomena tersebut, hindari berada di tempat terbuka seperti sawah dan lapangan.
Karena dikhawatirkan akan terkena petir.
Kemudian, jika sedang memarkir kendaraan di atas pohon besar harap segera mencari tempat yang dirasa paling aman.
"Itu hal dasar yang harus dicermati oleh masyarakat. Ya awan-awan ini bisa timbul di semua tempat tak hanya Kabupaten Malang saja," beber Agung.