Kisah Syaiful Lukman, Juara Tinju Blitar yang Ukir Prestasi Berkat Pad Tinju Sandal Jepit
Tak sedikit orang bisa berprestasi meski tak punya banyak fasilitas untuk mengasah diri, satu contohnya adalah Syaiful Lukman.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Syaiful kerap menyembunyikan bakat tinjunya dengan sikapnya kalem yang apa adanya saat bekerja di kios bakso bapaknya.
Namun, bila kamu mampir ke rumahnya, kamu akan disuguhi foto-foto garang Syaiful di atas ring. Belum termasuk banyak medali yang berjajar di ruang tamu.
(Ramai Kasus Prostitusi Artis, Cita Citata Mengaku Pernah Dapat Tawaran Layani Pria Hidung Belang)
Namun demikian, prestasi yang diraihnya itu belum sebanding dengan keadaan ekonomi keluarganya.
Rumahnya masih bangunan lama sehingga kalau dibandingkan dengan rumah yang ada di kampungnya itu, tak ada apa-apanya.
Bahkan, dindingnya saja masih papan dan lantainya masih ubin (belum dikeramik). Tak terlihat banyak perabotan. hanya ada televisi 14 inc, dan sepeda motor tahun lawas.
"Ya, begini ini keadaan saya, sehingga saya punya semangat untuk mengukir prestasi buat orangtua, serta nama harum kabupaten saya," ungkap Syaiful yang mengidolakan petinju asal Philipina, Manny Pacquiao.
Ada banyak cerita menarik saat awal-awal tertarik menekuni olah raga yang dikenal cukup berat itu.
Imam, sang bapak yang juga merupakan mantan petinju; serta M Rahman, pelatih tinju yang juga merupakan juara tinju nasional, menjadi dua sosok panutan Syaiful.
Bapaknya, dulu pernah juara satu tinju nasional yang digelar KNPI (komite nasional pemuda Indonesia), di Kaltim.
"Karena bapak saya itu pernah juara tinju, bahkan saya sering melihatnya saat bermain di televisi, maka saya mulai tertarik. Terlebih-lebih, dulu itu saya sering melihatnya berlatih di rumah, saya kian berminat," paparnya.
Akhirnya, diam-diam ia mengaku mulai berlatih sendiri, sampai akhirnya ketahuan bapaknya.
(Vanessa Angel Berpotensi Jadi Tersangka Terkait Kasus Prostitusi, Tim Kuasa Hukum Angkat Bicara)
"Saat itu, saya kaget, wong baru latihan, kok pukulannya bagus (lurus) dan kencang. Dalam hati saya, oh anak saya ini berbakat sehingga perlu saya latih, meski sebenarnya saya nggak tega, untuk bermain tinju," ungkap Imam.
Karena bakat anaknya kian terlihat bagus dan kemauan berlatihnya makin keras, akhirnya latihannya kian ditingkatkan meski tanpa pakai sarung tinju.
Tangan Syaiful dibungkus kain bekas, layaknya hand wrap (sarung tangan), agar tak sakit saat memukul Punching Pad dari sandal japit bekas yang dipegang bapaknya.
Akhirnya, beberapa kali anaknya diikutkan kejuaran tinju di Kota/Kabupaaten Blitar.