Banyaknya Pasien Demam Berdarah, PMI Kota Mojokerto Kewalahan Penuhi Permintaan Trombosit
PMI Kota Mojokerto kewalahan memenuhi permintaan trombosit di sejumlah rumah sakit kota maupun kabupaten Mojokerto.
Penulis: Danendra Kusuma | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - PMI Kota Mojokerto kewalahan memenuhi permintaan trombosit di sejumlah rumah sakit kota maupun kabupaten Mojokerto akibat banyaknya pasien demam berdarah dengue (DBD).
Kepala Unit Donor Darah PMI Kota Mojokerto, Widiastuti mengatakan, kenaikan permintaan trombosit terjadi pada Desember 2018 hingga Januari 2019 yang mencapai 150 kantong. Padahal, biasanya permintaan hanya 50 kantong trombosit.
"Peningkatan jika dipresentasekan hampir 30 persen. PMI Kota Mojokerto hanya mampu memenuhi sebanyak 80 sampai 95 kantong trombosit saja," katanya, Kamis (31/1/2019).
Ketika PMI Kota Mojokerto tak dapat memenuhi permintaan trombosit, lanjut Widiastuti, pihaknya akan merekomendasikan rumah sakit untuk mengambil trombosit ke PMI Kota Surabaya dan Sidoarjo.
"Kalau tidak bisa memenuhi kami rekomendasikan ke PMI Kota Surabaya dan Sidoarjo," ujarnya.
• Bahagia Menghirup Udara Bebas Lagi, Ahmad Hilmi Hamdani: Alhamdulillah, Bisa Menafkahi Keluarga Lagi
• Saphira Indah Meninggal Dunia, Kronologi Kematian Diungkap Ai Rico Hidros Daeng Sang Suami
Di sisi lain, Widiastuti menambahkan, permintaan trombosit tak sebanding dengan jumlah pendonor.
Hal ini menjadi satu di antara penghambat untuk menyuplai trombosit ke rumah sakit Kota dan Kabupaten Mojokerto.
"Di kota Mojokerto sendiri saya akui sedikit orang yang mendonorkan darah," ucapnya.
Kasubbag Humas PMI Kota Mojokerto, Yanuar Hardianto menjelaskan, pengolahan trombosit hanya bisa dilakukan di kantor PMI Kota Mojokerto.
Maka dari itu, dia berharap agar masyarakat Kota maupun Kabupaten Mojokerto rajin mendonorkan darahnya langsung ke kantor PMI.
"Kalau di luar PMI tidak bisa diolah menjadi trombosit, karena suhunya bisa turun. Pengolahan trombosit membutuhkan suhu hangat seperti suhu ruangan. Berbeda dengan darah biasa yang boleh dimasukan ke pendingin," jelasnya.
• Nikita Mirzani Ngotot Ceraikan Dipo Latief Sang Suami, Perbuatan Menyimpang Disebut Jadi Alasannya
• Dua Jam Diguyur Hujan, Air Waduk Unesa Meluber hingga Genangi Jalan Lidah Wetan Surabaya
Dia menilai, selain kurangnya pendonor darah, mesin pengolahan trombosit yang dimiliki PMI Kota Mojokerto tak mumpuni.
Sebab, mesin pengolahan trombosit yang dimiliki PMI Kota Mojokerto hanya memiliki 4 lubang saja.
"Mesin pengolahan trombosit milik kami sudah tua. Kemampuan mesin kami hanya bisa membuat 16 sampai 18 kantong darah per harinya padahal permintaan trombosit naik dua kali lipat. Satu rumah sakit rata-rata membutuhkan 10 kantung trombosit untuk satu pasien DBD. Kami berharap Pemerintah Kota Mojokerto memberikan bantuan alat pengolahan trombosit," bebernya.
Lebih rinci dia menjelaskan, pengolahan trombosit memakan waktu 3 jam. Sedangkan trombosit hanya bisa bertahan selama 4 hari saja, berbeda dengan darah biasa yang bisa sampai 28 hari.
"Satu pendonor atau satu kantong darah hanya bisa diolah menjadi trombosit dengan volume 50 cc saja," sebutnya.
• Elektabilitas Jokowi Versi LSI Denny Meningkat usai Debat, TKD Jatim: Swing Voter Sudah Memilih
Dikonfirmasi terpisah Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari, mengatakan, memang jika tempat pengolahan trombosit hanya bergantung pada PMI Kota Mojokerto saja tentu tak cukup.
"Tetapi, jika ada kekurangan stok trombosit, PMI Sidoarjo siap untuk membantu. Insya Allah bisa terpenuhi," katanya.
Dia menambahkan, untuk meningkatkan kapasitas trombosit, pihaknya memilih untuk menambah reagen.
"Dana hibah untuk PMI Kota Mojokerto meningkat sangat signifikan. Untuk tahun ini meningkat 50 persen dari tahun kemarin. Kami akan menambah reagen untuk meningkatkan jumlah stok darah dan trombosit," pungkasnya. (Surya/Danendra Kusuma)