Kilas Balik
8 Jenderal TNI Dibunuh, Soeharto Nyaris Tewas Minum Racun Tikus. Tommy Soeharto Penyelamatnya
Terbunuhnya 8 jenderal TNI AD dalam aksi G30S/PKI dan lolosnya mantan Presiden Soeharto dari aksi penculikan telah ditulis dalam berbagai buku.
TRIBUNJATIM.COM - Kisah pemberontakan G30S/PKI di Indonesia masih selalu menarik perhatian para sejarawan dan netizen (warganet).
Terbunuhnya 8 jenderal TNI AD dalam aksi G30S/PKI dan lolosnya mantan Presiden Soeharto dari aksi penculikan telah ditulis dalam berbagai buku, dengan versi masing-masing.
Salah satu yang menarik adalah kisah dalam buku otobiografi Ibu Tien Soeharto berjudul 'Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia'.
Di sana dijelaskan, musibah yang dialami putranya Tommy Soeharto, sehingga Soeharto harus berjaga di rumah sakit, secara tidak langsung justru menyelamatkan Soeharto dari aksi penculikan.
• PESAN MENGHARUKAN Putri DAcademy 4 Indosiar, Innalilahi! Ayahanda Wafat Bikin Putri Bingung
• UCAPAN ALLAH Terakhir dari Soekarno (Bung Karno) Tandai Detik-Detik Wafat Sang Proklamator
• VIDEO - Detik detik Angin Puting Beliung Terjang Acara Relawan Jokowi - Maruf Amin di Pamekasan
Baca juga: 4 Fakta Pernikahan Bocah SD & SMP di Kalimantan yang Viral, Pihak Keluarga Mengaku Terpaksa
• Jokowi Sebut Ada Timses yang Siapkan Propaganda Rusia, Sandiaga Uno Balas Begini dan Ungkap Maknanya
• Menguak Peran Penting Gus Dur di Balik Perayaan Imlek, Keputusan Setelah Era Soeharto Paling Diingat
Dikisahkan pula ada seorang anak perempuan mengaku anak Soeharto mendatangi rumah dan membawa racun tikus.
Ibu Tien meyakini anak itu adalah suruhan untuk menghabisi Soeharto dengan perintah memasukkan racun tikus ke dalam minuman atau makanan Soeharto.

Berikut adalah cuplikan kisah dalam buktu tersebut:
Ibu Tien --panggilan akrabnya-- sengaja berkumpul di markas Persit untuk mendengarkan penjelasan dari Menteri/Panglima AD Achmad Yani.
"Pak Yani dalam pertemuan tersebut menjelaskan situasi politik pada waktu itu yang makin gawat.
Selama saya menjadi istri prajurit, baru pertama kali itulah saya menerima uraian politik yang menyangkut nasib negara dan bangsa.
Biasanya seorang istri prajurit itu tidak diberitahu hal-hal yang bersifat rahasia," kenangnya seperti terungkap dalam buku otobiografinya berjudul 'Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia'.
Seusai mengikuti acara itu, Ibu Tien pulang ke rumahnya di Jalan H Agus Salim.
Melihat ibunya pulang, anak-anaknya meminta dibuatkan sup kaldu tulang sapi.
• Lihat Kemesraan Natasha-Verrell, Nagita Sindir Raffi Ahmad Pengen Lagi Ya?, Jawaban Raffi Disoraki
• Ahmad Dhani Diramal Mbak You Cepat Bebas dari Penjara, Karir Musiknya Disinggung, Bisakah Berlanjut?
• Dukungan Mulan Jameela untuk Dul & Al Setelah Ahmad Dhani Dipenjara, Katanya Akan Bertemu Hari ini
• Komentar Muhaimin Iskandar Soal Video Dul Jaelani Nangis di Konser Dewa 19 Malaysia Cuma 11 Kata
• Raffi Ahmad Bongkar Sensasi Malam Pertamanya dengan Nagita Slavina, Humor Raditya Dika Pun Muncul
• Vanessa Angel Dijebloskan ke Penjara Setelah 5 Hari Dirawat di Rumah Sakit, Ini Deretan Penyakitnya
• Adik Julia Perez, Della Perez Dipanggil Polisi Soal Prostitusi, Sang Ibu Bilang, Boro boro ada Duit
Ibu Tien lalu membuatkannya. Namun, ketika dirinya sedang membawa panci berisi sup panas yang hendak ditaruh di ruang makan, tiba-tiba Hutomo Mandala Putra --Tommy Soeharto saat itu berusia empat tahun-- menabrak tangan ibunya.
Akibatnya, sup itu tumpah dan mencelakai Tommy.
"Air sup tumpah dan mengguyur sekujur tubuhnya. Kulitnya terbakar dan melepuh-lepuh. Saya ingat pelajaran PPPK di Kostrad.
Kalau luka bakar obatnya leverstraan salf. Kebetulan ada persediaan di rumah. Maka obat itulah yang saya oleskan ke kulitnya.
Setelah itu saya bawa Tommy ke RS Gatot Subroto untuk dirawat," tuturnya sambil menambahkan Soeharto sempat menjaga Tomy bersama dirinya.
Sekitar pukul 00.00 tengah malam, Ibu Tien meminta Soeharto agar segera pulang ke rumah karena pada waktu itu Mamiek, putri bungsu Soeharto sedang sendirian di rumah.
• Irish Bella Jatuh Sakit, Ammar Zoni Unggah Foto Tangan Sang Kekasih Diinfus: Minta Doanya Ya
• Menguak Peran Penting Gus Dur di Balik Perayaan Imlek, Keputusan Setelah Era Soeharto Paling Diingat
Apalagi ketika itu usia Mamiek baru satu tahun.
Pengakuan Ibu Tien itu diamini Soeharto. Menurut Soeharto, tanggal 30 September 1965 kira-kira pukul 21.00 malam, ia bersama istrinya sedang berada di RS Gatot Subroto, menenggok Tommy yang masih berusia empat tahun.
"Kira-kira pukul 10 malam saya sempat menyaksikan Kol Latief berjalan di depan zal tempat Tomy dirawat. Kira-kira pukul 12 seperempat tengah malam saya disuruh oleh istri saya cepat pulang ke rumah di Jl H Agus Salim karena ingat Mamik, anak perempuan kami yang bungsu yang baru setahun umurnya.
Saya pun meninggalkan Tommy dan ibunya tetap menungguinya di RS," kenang Soeharto.
• 4 Fakta Pernikahan Bocah SD & SMP di Kalimantan yang Viral, Pihak Keluarga Mengaku Terpaksa
• Hubungan Raffi Ahmad dan Yuni Shara Usai Putus Terbongkar, Punya Panggilan Seperti Ini
• Kronologi & Fakta Siswi SD Dijadikan Budak Nafsu Sopir Bemo, Disekap Hingga Diperkosa Berkali-kali
• Alasan Adik Julia Perez, Della Wulan Dipanggil Polisi karena Kasus Prostitusi Online Berawal dari HP
• Sifat Asli Nagita Slavina Dibongkar Caca Tengker, Sebut sang Kakak Pelit dan Pemarah
• Alasan Veronica Tan Diam saat Dituduh Selingkuh & Tutupi Kesalahan Ahok Terjawab: Gusti Mboten Sare
• Aktivis Lieus Sungkharisma Ngamuk Dilarang Temui Ahmad Dhani di LP Cipinang: Emang Dia Orang Jahat?!

***
SATU Oktober 1965. Suasana di Jl H Agus Salim, kediaman Soeharto masih terlihat sepi.
Tiba-tiba seorang pria bernama Hamid mengetuk rumah Soeharto yang kebetulan menjadi Ketua RT.
Hamid adalah seorang juru kamera. Ia mengaku baru saja mengambil gambar tembak-tembakan yang terjadi di sejumlah tempat.
Tak lama kemudian datang Mashuri SH, tetangga Soeharto. Kepada Soeharto, Mashuri mengaku mendengar suara tembakan.
Soeharto pun mulai bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi. Di tengah tanda tanya itu, muncul Broto Kusmardjo. Lelaki itu mengabarkan bahwa telah terjadi penculikan terhadap sejumlah jenderal.
Sekitar pukul 06.00 pagi Letkol Soedjiman datang ke rumah Soeharto. Lelaki itu mengaku diutus Mayor Jenderal Umar Wirahadikusumah, Panglima Kodam V Jaya.
Kepada Soeharto, Soedjiman memberitahukan bahwa ada konsentrasi pasukan di sekitar Monas.
Mendengar cerita itu, Soeharto bergegas mengenakan pakaian loreng lengkap, bersenjata pistol, pet dan sepatu.
Sebelum berangkat ke markasnya Soeharto berpesan kepada Soedjiman, "Segera kembali saja lah dan laporkan kepada Pak Umar saya akan cepat datang ke Kostrad dan untuk sementara mengambil pimpinan Komando Angkatan Darat."
Tak lama kemudian Soeharto terlihat berjalan menuju Jeep Toyota, kendaraan dinasnya.
Tanpa seorang pengawal, Soeharto tancap gas menuju markas Kostrad di Jl Merdeka Timur. Ketika itu Soeharto melihat suasana di ibu kota berjalan seperti biasa.
Sepertinya tak ada tanda-tanda telah terjadi sesuatu. Lalu lalang manusia dan arus kendaraan terlihat seperti biasanya. Begitu juga becak-becak yang biasa mangkal di ujung kampung.
Radio Republik Indonesia (RRI) juga terlambat menyiarkan tragedi pekat nan menyayat hati seluruh rakyat Indonesia.
Padahal, biasanya RRI sudah mengudara pukul 07.00 pagi. Herannya, hingga pukul 07.00 pagi RRI tak juga bercuap-cuap. Aneh...!
Begitu juga ketika Soeharto memasuki markasnya, tak ada tanda-tanda bahwa telah terjadi aksi penculikan dan pembunuhan secara keji.
Justru, Soeharto hanya mendapatkan laporan dari petugas piket yang mengatakan bahwa orang terpenting Bung Karno tidak jadi ke Istana, tetapi langsung ke Halim. Di Istana Presiden juga terlihat melompong.
Soekarno ketika itu sedang tidak ada di tempat. Padahal, Jumat 30 September Bung Karno sempat tampil di depan peserta Munas Tehnik di Istora Senayan.
Setelah itu Bung Karno tak kembali ke Istana, melainkan memilih tinggal di Wisma Yaso.
• Sinopsis Cinta Suci Episode Senin, 4 Februari 2019: Zian Kembali Mengganggu Suci
• Kondisi Terkini Putri Denada Lawan Leukemia Saat Dijenguk Annisa Pohan, Foto Baru Shakira Banjir Doa
• Della Perez Dipanggil Polisi Soal Prostitusi Artis, Adik Julia Perez itu Sebut Dapat Surat Cinta
***
1 OKTOBER 1965. Mayor Jenderal TNI Soeharto tampak serius di depan radio yang ada di markas Kostrad. Dari balik radio terdengar suara,
"Pada hari Kamis tangal 30 September 1965 di Ibu Kota Republik Indonesia Jakarta telah terjadi gerakan militer dalam Angkatan Darat dengan dibantu oleh pasukan-pasukan dari angkatan lainnya.
Gerakan 30 September yang dikepalai oleh Letnan Kolonel Untung..."
Mendengar nama Letkol Untung disebut, Soeharto sontak terkejut bukan kepalang.
"Saya mendengarkan siaran RRI pertama mengenai Gerakan 30 September. Deg… saya segera mendapat firasat. Lagi pula saya tahu siapa itu Letkol Untung. Saya ingat, dia seorang yang dekat, rapat dengan PKI. Malahan pernah jadi anak didik tokoh PKI Alimin," tutur Soeharto.
Menjelang tengah hari Soeharto bertemu dengan Marsekal Muda Leo Watimena yang sengaja datang ke Kostrad untuk meminta penjelasan.
Kepada Leo, Soeharto bercerita bahwa ia mengenal Untung sejak lama ketika menjadi salah satu Komandan Resimen 15 di Solo. Saat itu Untung menjadi salah satu Komandan Kompi Batalion 444.
"Gerakan 30 September yang dipimpin Untung bukan sekedar gerakan yang akan menghadapi Angkatan Darat (AD) dengan alasan untuk menyelamatkan Presiden Soekarno. Gerakan untung mempunyai tujuan lebih jauh, ingin menguasai negara secara paksa atau kup," kata Soeharto.
Sebelumnya Soeharto juga sempat mengadakan rapat khusus bersama asisten-asistennya, beberapa jam setelah ia mendengar peristiwa itu dari RRI.
"Menghadapi kejadian ini, kita tidak hanya sekedar mencari keadilan, karena jenderal-jenderal kita telah diculik dan sebagian dibunuh, akan tetapi sebagai prajurit Sapta Marga, kita merasa terpanggil untuk menghadapi masalah ini karena yang terancam adalah negara dan Pancasila. Saya memutuskan untuk melawan mereka," jelas Soeharto.
Karena itu Soeharto memerintahkan Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo untuk segera bertindak, merebut kembali RRI dan pusat Telkom yang telah dikuasai pemberontak.
Setelah itu ia menghubungi para panglima angkatan dan Polri. Melalui radiogram, Soeharto mengeluarkan perintah harian kepada para Pangdam di daerah agar menguasai daerahnya masing-masing, memberikan laporan secara teratur dan gerakan pasukannya hanya atas perintah Panglima Kostrad.
• TIPS CANTIK - Kumur Air Garam dan Makan Strawberry Bisa Bikin Gigi Putih Mengilat, Lho!

***
IBU Tien masih menjaga anak kesayangannya Tommy di RSPAD. Sementara suasana di RSPAD terlihat agak berbeda dari hari biasanya.
Tak lama kemudian Ibu Tien baru mengetahui kalau semalam telah terjadi penculikan terhadap jenderal-jenderal yang dilakukan pasukan Cakrabirawa.
"Mendengar berita ini saya jadi gelisah dan ingin pulang ke rumah dengan segera. Saya pamit pada dokter kepala rumah sakit, tapi beliau berkeberatan jika tidak ada izin dari Pak Harto. Saya bilang tidak usah menunggu perintah. Pokoknya saya mau pulang," kenang Ibu Tien.
Hingga 1 Oktober sore, Soeharto belum memberikan kabar kepada istrinya apa yang sesungguhnya terjadi di Jakarta. Sementara detik demi detik, pikiran Ibu Tien semakin gelisah.
"Maka saya nekad saja untuk pulang karena saya gelisah dan tidak betah lebih lama di rumah sakit. Saya pikir, nanti kalau terjadi hal-hal yang lebih gawat anak-anak di rumah, saya di RS, nanti saya tidak bisa berbuat apa-apa."
Hari itu juga, Ibu Tien membawa Tommy pulang ke rumahnya diantar Probosutedjo dan ajudan Soeharto bernama Wahyudi.
Mengatisipasi keselamatan istri Pangkostrad, Probosutedjo meminta izin kepada Bu Tien untuk membawa senjata.
"Saya minta permisi pada ibu apakah boleh senjata-senjata yang ada di rumah, kita bagi pada Ibnu Hardjanto dan Ibnu Hardjojo. Ibu setuju. Saya sendiri pegang dua jenis senjata," kenang Probosutedjo.
Sesampainya di rumah, Bu Tien tak melihat suami tercintanya. Kabarnya, Soeharto masih berada di markas Kostrad.
Sementara Soeharto sendiri hanya memberikan amanat untuk disampaikan kepada istrinya, agar segera mengungsikan anak-anaknya ke rumah ajudannya di Kebayoran Baru.
Mendapat amanat itu, Bu Tien semakin penasaran. Ia tanya kepada ajudan senior Pangkostrad Bob Sudijo yang ikut mempersiapkan pengungsian. "Ini rahasia Bu," jawab Bob.
Karena Bob dianggap tidak mau terbuka, Probosutedjo sempat ngamuk.
"Bob kamu jangan begitu. Kalau terjadi apa-apa pada Bapak yang akan menderita dan kehilangan adalah istrinya dan semua keluarga termasuk saya," jelas Probo.
• Tips Cegah Aksi Bunuh Diri ala Kiai Halim: Pikirannya Harus Dibalik, Jangan Fokus ke Masalah
Akhirnya Bob buka kartu bahwa Soeharto saat ini berada di markas Kostrad. Setelah itu, keluarga Soeharto boyongan ke Kebayoran Baru.
Sedangkan Probosutedjo tidak ikut. Selama sehari semalam berada di rumah ajudannya, Ibu Tien mendadak mendapat kabar yang mengelisahkan hatinya.
"Waktu saya di pengungsian, tiba berita dan diberitahukan kepada saya bahwa ada seorang anak perempuan sedang mencari ayahnya yang bernama Soeharto. Ia sedang menunggu di rumah Chaerul Saleh," tuturnya.
Seketika itu juga Bu Tien angkat kaki menuju ke rumah Chaerul Saleh. Mengenakan jaket tentara dan dikawal ajudannya, ia berangkat dari Kebayoran Baru menuju ke Jalan Teuku Umar.
Sesampainya di sana, Ibu Tien mendapati seorang anak perempuan yang sedang ditemani seorang anggota AURI.
"Saya lalu membawanya pergi. Tiba di rumah, saya interview. Dari jawaban-jawabannya sama sekali tidak cocok. Raut wajahnya saja tidak mirip sedikitpun dengan Pak Harto. Saya jadi yakin anak ini bukan anak Pak Harto," jelas Ibu Tien.
Meski begitu, Ibu Tien masih tetap penasaran. Diam-diam ia membuka sebuah tas koper yang dibawa anak perempuan itu. Isinya hanya sebuah gitar dan sebungkus bubuk yang kelihatannya seperti bubuk pembasmi tikus.
Selanjutnya, Ibu Tien meminta wanita itu agar beristirahat di sebuah kamar yang kemudian pintunya dikunci dari luar.
"Setelah itu saya pergi ke Kostrad untuk menemui Pak Harto, melaporkan hal ikhwal anak perempuan itu. Bapak bilang agar dibawa ke Kostrad saja. Keesokan harinya ketika pintu kamarnya dibuka, kamar sudah kosong. Anak itu telah menghilang. Rupanya dia melarikan diri turun melalui jendela menggunakan stagen," tutur Ibu Tien.
• 5 Rekomendasi Film China Romantis untuk Liburan Imlek 2019, Bisa Ditonton Bareng Pacar atau Teman
Ibu Tien menafsirkan, wanita itu sengaja dipasang untuk melenyapkan Panglima Kostrad dengan menggunakan racun tikus yang dibawanya.
"Sejak itu saya tidak pernah bertemu lagi dengan anak itu, tidak ada pula kabar beritanya," kata Ibu Tien.
(Warta Kota/Achmad Subechi)
• Mengenal Della Perez, Adik Mendiang Jupe yang Dipanggil Polisi Sebagai Saksi Kasus Prostusi Online
• Zaskia Sungkar Tanya Raffi Ahmad Soal Mantan Terindah, Nagita Slavina Tersenyum Lihat Reaksi Suami
• Bukan Ala Princess, Syahrini Bocorkan Konsep Pernikahan Impiannya dan Singgung Soal Calon Suami
• TIPS CANTIK - Kulit Singkong Bisa Buat Masker Wajah, Bermanfaat Cerahkan Kulit dan Hapus Bekas Luka
Artikel ini telah tayang di Warta Kota dengan judul Kisah Soeharto Dari Kedatangan Sang Peramal, Hingga Meletus Peristiwa G30 S PKI