Kembangkan Mobil Listrik, Kurangi Ketergantungan Energi Fosil, Alihkan Energi Ramah Lingkungan
SESUAI dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN), Indonesia berupaya mengalihkan konsumsi energi yang sebelumnya berbasis pada energi fosil minyak, gas,
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Begitu juga dengan pedagang kaki lima yang memakai motor listrik, sebaiknya diberi tempat fasilitas khusus kaki lima, bukan lokasi angkutan barang.
Ketiga, apabila dipandang dari segi teknologi, pembuatan sepeda motor listrik lebih sederhana, dibanding teknologi untuk mobil listrik. Sebab jika industri produsen motor dari Jepang tidak mengembangkan industri sepeda motor listrik di Indonesia, maka saat ini menjadi momentum kita mengembangkan industri sepeda motor listrik sendiri.
Nantinya apabila kita punya produksi motor listrik sendiri, dan menggunakan merek sendiri, akan mengurangi ketergantungan kepada produksi motor Jepang,” papar Advisory Board pada Indonesia Research and Strategic Analysis (IRSA) ini.
Ditambahkannya, “Bicara sepeda motor listrik dan mobil listrik, maka teknologi kuncinya adalah pada baterei. Maka bagaimana caranya supaya baterainya jangan seperti keluhan mereka yang sedang mencoba kendaraan listrik, baru setahun sudah drop kapasitas batereinya. Untuk itu kita juga harus mampu menguasai teknologi baterei.
Di dunia ini hanya ada satu tempat untuk recycling baterei yaitu Belgia. Jadi teknologinya khusus, sehingga harus disiapkan dari sekarang.
Untuk itu kita membutuhkan fasilitas recycling, karena ini perlu dikembangkan didalam negeri, tidak hanya untuk orang Indonesia saja, tetapi untuk negara-negara sekitar, supaya melakukan recycling juga ke Indonesia.
Karena kalau industri motor listrik berkembang, industri baterei berkembang, industri komponen (spare part), termasuk juga industri pengolah limbah. Maka supaya kita bisa cepat dalam hal ini, maka bisa bekerjasama dengan produsen baterei seperti Panasonic,” jelas Faisal.
Optimalisasi Daya Listrik
Terkait dengan optimalisasi daya listrik untuk kendaraan listrik, di mana kebutuhan listrik di tahun 2020 diperkirakan mencapai 279 MW dan tahun 2023 mencapai 2.279 MW, maka tanpa perlu menambah investasi, pasokan listrik PLN ini sudah cukup memadai.
Data yang diperoleh dari riset PLN, BUMN ini siap mendukung penggunaan mobil listrik dengan menyiapkan pasokan listrik dan infrastruktur pengisian baterei (Electric Vehicle Charger Station – EVCS) baik di rumah, stasiun pengisian, maupun mendorong agar pengisian SPLU ditempatkan di lokasi strategis seperti mal, perkantoran, sampai di pusat bisnis.
“Jika menggunakan mobil listrik, maka dengan kapasitas listrik yang ada, PLN tidak perlu menambah pembangkit, karena proses charging mobil listrik dapat dilakukan di rumah, di saat beban rendah, antara pukul 22.00 sampai 04.00,” kata Executive Vice President Corporate Communication and CSR PT PLN (Persero) I Made Suprateka.
Unsur kemudahan mengisi baterei ini juga disinggung oleh Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi.
Menurutnya, dalam hal penggunaan mobil atau motor listrik, perlu dipertimbangkan bagaimana cara men-charge baterei yang lebih mudah. Sebab nantinya perlu juga mengubah perencanaan bisnis usaha Pertamina.
"Yang selama ini menjual BBM, agar sekaligus di setiap SPBU (Stasiun Bahan Bakar Umum) disediakan alat untuk pengisisan baterei dan segala kelengkapannya. Jadi nantinya Pertamina melakukan penjualan BBM dan juga alat untuk pengisian listrik umum,” tuturnya.