Kasus Isu Kiamat, Polres Ponorogo Bentuk Tim Khusus, Cari Warga yang Ajak 52 Orang ke Malang
Kasus Isu Kiamat, Polres Ponorogo Bentuk Tim Khusus, Cari Keberadaan Warga yang Ajak 52 Orang ke Malang.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Sudarma Adi
Jumlah pengikut kegiatan pengajian, sekitar 300 orang.
Pada pengikut thoriqoh Musa ini tidak hanya warga Kecamatan Badegan, tetapi juga ada yang dari Kecamatan Jambon, Kauman, Balong, bahkan ada beberapa warga dari Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri.
"Mereka biasanya sering mengikuti kegiatan pengajian di rumah Katimun di Desa Watubonang. Kegiatan pengajian di rumah itu dilaksanakan dua kali seminggu," jelas dia, Rabu (13/3/2019) malam.
Sementara itu, tetangga Katimun, Maskur (40) dan Ngatini (38) mengaku tidak tahu keberadaan Katimun.
"Nggak tahu pergi ke mana, saya bukan asli sini, saya perantauan, orang Wonogiri. Istri yang orang sini," kata Maskur, saat ditemui, Rabu (14/3/2019) sore.
Senada dikatakan suaminya, Ngatini (38) juga mengaku tidak tahu keberadaan tetangganya. Namun ia membenarkan, bahwa Katimun tinggal bersama anak dan istrinya di rumah tersebut.
"Niku wangsul malih (itu pulang lagi), kadang satu dua hari pulang. Ngga tahu perginya ke mana," katanya.
Ibu dua anak ini mengatkan, di depan rumah Katimun terdapat surau atau mushola dari bambu dan kayu yang dipakai untuk pengajian. Biasanya, yang mengaji di tempat itu adalah anak-anak.
"Ya dipakai ngaji biasa, ngaji iqro anak-anak," kata Ngatini.
Hal yang sama juga dikatakan Ruminah (35) yang rumahnya hanya berjarak sekitar lima meter dari rumah Katimun.
"Saya memang tetangganya, tapi saya nggak tahu," katanya.
Ibu dua anak ini mengatakan, dulu anaknya memang pernah ikut ngaji belajar iqro di tempat Katimun, namun saat ini sudah tidak lagi.
"Dulu anak saya pernah ikut ngaji, tapi sekarang sudah tidak," katanya.
Pantauan di lokasi, surau yang berdinding bambu dan kayu di depan rumah Katimun tampak sepi. Begitu juga rumah Katimun.
Di depan rumah Katimun terdapat beberapa gambar pria bersurban, bertuliskan Kyai Agus Muhammad Romli Sholeh yang ditempel di tembok dan jendela rumah.