Silaturahim Mabes Polri di Lamongan, Baru Tahun ini Puluhan Eks Napi Teroris di YLP Mau Ikut Pemilu
Silaturahim Mabes Polri di Lamongan, Baru Tahun ini Puluhan Eks Napi Teroris di YLP Mau Ikut Pemilu.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Silaturahim Tim Mabes Polri bersama Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP), wadah puluhan mantan kombatan dan napi teroris (napiter) di gedung pendidikan YLP di Lamongan berlangsung khidmat, Senin (01/03/2019).
Sekitar 50 anggota keluarga mantan napiter, termasuk anak - anak para mereka diajak datang dalam silaturahim.
Bahkan sebelum acara digelar, 4 orang di antara para mantan napiter bergegas mengibarkan bendera merah putih di pelataran gedung pendidikan.
• Ada 476 Siswa di Lamongan Diterima PTN Lewat SNMPTN, Kualitas Pendidikan Hanya Kalah dengan Surabaya
• Mabes Polri Sebut Ada 60 Mantan Napi Teroris yang Kambuh, Ini yang Akan Dilakukan Polri di Lamongan
Acara di dalam gedung pendidikan yang dua tahun lalu dibangun juga diawali dengan nyanyian lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Lagu kebangsaan dilantunkan para napiter dan anggota keluarga yang ikut dalam acara tersebut, setelah pembacaan ayat suci Al-quran.
• Tertabrak Kereta di Karanglangit Lamongan, Pengendara Motor Terlempar 10 Meter dan Luka Parah
Tim Mabes Polri dipimpin oleh Kanit 3.1 Dit Kamneg Baintelkam Polri, AKBP Syuhaimi.
Sebelum Syuhaimi, Direktur YLP, Ali Fauzi yang juga mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) dan kombatan dalam sambutannya mengatakan anggota YLP sudah seharusnya diberitakan positif, meski sebelumnya punya rekam jejak yang kurang baik.
"Kini saatnya membangun sinergitas bersama," katanya.
Ali Fauzi, mantan Instruktur perakitan bom menilai kondisi menjelang Pemilu tahun ini adalah yang terpanas.
Diakui semenjak ia tahu Pemilu, tahun ini adalah masa Pemilu yang terpanas. Makanya ia minta anggota YLP untuk tidak menjadi detonator.
"Jangan menjadi detonatir, atau pemantik konflik," pintanya di depan para mantan napiter.
Ali Fauzi mengajak anggota YLP untuk tidak memanas manasi keadaan, jangan menyiramkan bensin.
Ajakan Ali Fauzi itu didasari sejarah masa lalu yang kalau ada kerusuhan malah senang.
Saat ini sebaliknya bagaimana menciptakan suasana yang menyejukkan.
Digambarkan, di Syiria yang bisa memporak porandakannya akibat berita hoaks.
Manzi, panggilan akrab adik Trio Bomber Bali ini memberikan bukti setelah sekian lama pengalamannya berkelana di dunia terorisme.
"Indonesia jangan dibuat seperti Syiria," tandasnya.
YLP diakui sebagai komunitas kecil, kalau tidak bisa membangun, jangan merusak.
Ketika tensi politik tinggi, tugas anggota YLP adalah mendamaikan.
Sebab tidak ada yang bisa menjamin usai Pemilu keadaan bisa damai. Tapi tugas utamanya adalah bagaimana menciptakan suasana kondusif.
Di Syiria itu berawal dari ulah segelintir orang yang meluncurkan informasi hoaks. "Secara keilmuan kita tau hoaks itu dilarang," katanya.
Ali Fauzi menekankan untuk tidak saling mencaci, karena ini negara demokrasi.
"Harapan kita tidak neko neko, hanyalah dari keterpurukan menjadi negara yang maju," katanya.
Ditambahkan, membaca konflik, maka tidak ada yang bisa dipetik, hanya melahirkan kemelaratan.
Damai itu indah tidak hanya dicita - citakan, tapi dilaksanakan.
Di depan Syuhaimi, Ali Fauzi menggaransi, bahwa semua mantan napiter yang ada dibawah naungan YLP dipastikan turut serta ambil suara pada Pemilu tahun ini.
"Dulunya tidak pernah," katanya.
Sementara itu, AKBP Syuhaimi mengatakan, kehadiran Tim Mabes Polri adalah dalam rangka silaturahim. Ia berharap dapat memberikan manfaat yang seluas luasnya.
Menurutnya, kegiatan semacam ini tidak hanya di YLP, tapi dilaksanakan di wilayah lainnya, Jateng, Jakarta dan Sulawesi.
Syuhaimi memuji kesadaran semua anggota YLP yang memastikan bisa mengikuti pesta demokrasi.
"Perlu membangun sinergitas tanpa hoaks, intoleran dan radikalisme," katanya.
Seharusnya bisa mereduksi suhu politik, dan agar ke depan semakin positif.
Melalui silaturahim ini menjadi media komunikasi. Isu tentang SARA akan menjadi momok bagi kehidupan berbangsa.
Isu SARA selalu menjadi topik.
Isu SARA nyaris menjamur di medsos. Syuhaimi membeberkan data, seperti terungkap dalam sambutan Direktur Keamanan Negara, Brigjend Djoko Mulyono, bahwa tindak pidana diakibatkan muncul di medsos sudah cukup banyak.
Polri telah menangani 3.325 kasus kejahatan ujaran kebencian, angka tersebut naik 44, 99 persen dari tahun sebelumnya yang. berjumlah 1.829 kasus, dengan 64 kasus ujaran kebencian.
Yang paling banyak terjadi adalah kasus penghinaan yaitu, 1.657 kasus, perbuatan tidak menyenangkan sebanyak 1.224 kasus.
Usai sambutan Syuhaimi, acara dilanjutkan dengan deklarasi.