Cerita Pesawat Indonesia Dibajak Teroris, Drama 3 Menit Pembuktian Ketangguhan Kopassus Tanpa Ampun
Kisah penjarahan oleh teroris di Indonesia ternyata juga pernah terjadi di sebuah pesawat, kronologi dan detik-detik penyelamatan sangat menegangkan!
Kisah penjarahan oleh teroris di Indonesia ternyata juga pernah terjadi di sebuah pesawat, kronologi dan detik-detik penyelamatan sangat menegangkan!
TRIBUNJATIM.COM - Ancaman teroris yang terjadi di Indonesia ternyata bukan hanya di tempat-tempat ibadah atau markas kepolisian seperti yang selama ini terjadi.
Kisah penjarahan oleh teroris di Indonesia ternyata juga pernah terjadi di sebuah pesawat.
Mirip aksi laga film-film populer Internasional, kisah melumpuhkan para teroris pembajak pesawat pernah terjadi di Indonesia.
Cerita ini saat itu mampu melambungkan nama Korps Baret Merah di dunia Internasional.
Kisah berawal saat sebuah pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia dibajak oleh 5 orang teroris.
• Kisah Pramugari Cantik Gemetaran Saat Soekarno Nyatakan Cinta, Ajukan 1 Syarat Ketika Beri Jawaban!

Kejadian itu berlangsung pada 28 Maret 1981.
Pesawat berjenis DC-9 Woyla mengantarkan 48 penumpang yang ternyata termasuk 5 orang teroris di dalamnya.
Pesawat tersebut dibajak ketika dalam penerbangan dari Bandara Kemayoran menuju Bandara Polonia Medan.
Dikutip TribunJatim.com dari Intisari, rencana kelima teroris itu sebenarnya menerbangkan pesawat menuju Lybia.
Beruntungnya, pesawat bisa mendarat di Bangkok, Thailand tepatnya di Don Muang.
• VIRAL Video Syahrini Pesta bareng Ayu Dewi, Sahabat Luna Maya Disebut Saksi Hidup Kebohongan Inces
Hal tersebut membuat militer Indonesia lebih leluasa melaksanakan operasi pembebeasan sandera.
Militer Indonesia mengirimkan pasukan khusus untuk menangani perkara tersebut.
Pengiriman pasukan khusus itu diberikan oleh LetkolSintong Panjaitan yang menjabat sebagai Asisten 2/Operasi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda/Kopassus).

Komandan Tim Antiteror dipimpin oleh Letkol Sintong Panjaitan, dan disertai oleh tiga orang perwira menengah yang nantinya memimpin operasi di lapangan yakni, Mayor Sunarto, Mayor Isnoor, dan Mayor Subagyo HS.
Kasus pembajakan DC-9 Woyla ini secara cepat telah diberitakan Internasional di seputar Bandara Dong Muang.
Sehingga, pihak keamanan Thailand juga telah bersiap dan wartawan dari berbagai media massa sudah berada di lapangan.
Televisi nasional Thailand bahkan menyiarkan perkembangan penyanderaan secara langsung.
• TIPS CANTIK HARI INI - Ternyata Menggunakan Serum Wajah Lebih Penting dari Pelembab Lho!
Tak lupa kamera televisi terus mengarah ke pesawat DC-9 Woyla yang dijaga ketat tentara Thailand dengan formasi melingkar.
Untuk menghindari tembakan nyasar jika terjadi tembak menembak dengan para pembajak yang bersenjata pistol dan granat tentara Thailand membentuk penjagaan pagar betis sehingga para awak media massa terbatasi gerakannya.
Kronologi persiapan aksi
Pasukan antiteror Kopassus tiba di Don Muang pada 30 Maret 1981 dan pesawatnya langsung parkir dalam posisi tidak jauh dari DC-9 Woyla yang dibajak.
Semua pasukan antiteror segera melakukan konsolidasi dan persiapan operasi di bawah kendali Letkol Sintong.

Pukul 02.00 dini hari (31 Maret 1980) semua pasukan antiteror tiba-tiba dibangunkan dan harus bersiap untuk melaksanakan operasi pembebasan sandera.
Konsep operasi pembebasan sandera cukup menarik karena dibuat sangat santai.
Hal itu bermaksud untuk menjebak sehingga pada akhirnya bisa mengamankan para teroris dalam pesawat.
Dalam kondisi segar karena cukup tidur semua pasukan bergerak menuju sasaran tapi dalam pergerakan santai tidak seperti pasukan komando agar tidak menarik perhatian.
• Detik-detik Penemuan Mayat Dalam Koper & Dibuka Polisi, Warga dan Kepala Desa Sampai Ketakutan
Semua senjata pun tampak disembunyikan ketika para pasukan antiteror yang sedang membawa tangga untuk memasuki pintu pesawat malah berjalan lebih santai lagi.
Televisi nasional Thailand yang terus menerus memantau perkembangan di seputar pesawat yang dibajak malah berkomentar bahwa pergerakan semua pasukan antiteror seperti orang piknik (Sunday picnic).
Namun, ketika pasukan antiteror sudah berhasil mendobrak pintu dan masuk ke pesawat mereka pun berubah jadi pasukan yang ganas dan akhirnya sukses melumpuhkan penyandera serta membebaskan para sandera dalam hitungan menit.

Kronologi operasi kilat tiga menit amankan teroris
Bandar Udara Internasional Don Muang, Bangkok, pukul 02.40 waktu setempat, Selasa, 31 Maret 1981 menjadi sangat tegang saat itu.
Sebanyak 20 personel pasukan khusus anti teror dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dalam senyap menyeberangi landasan, menyergap sebuah pesawat berpenumpang 57 orang yang sedang dikuasai oleh lima orang teroris bersenjata api sejak Sabtu.
Dari sinilah drama pembebasan sandera berdurasi tiga menit bermula.
Tangga-tangga disandarkan ke dua sisi badan pesawat DC-9 Woyla milik maskapai Garuda Airlines dengan nomor penerbangan GA-206.
Beberapa prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) – ketika itu bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha)— memanjat ke sayap pesawat lalu membuka paksa dua pintu secara bersamaan dan menyerbu masuk.
Sebagian pembajak berusaha keluar dari pesawat, namun berhasil dilumpuhkan oleh prajurit komando.
Usai tembak-menembak, empat pembajak terkapar (tiga meninggal di tempat dan satu di rumah sakit), sementara seorang prajurit dan pilot terkena tembakan.
• Kisah Driver Ojek Online Sempat Kesulitan Cari Alamat Nikita Mirzani, Dapat Tips Segepok
Pemimpin pembajak, Imran bin Muhammad Zein selamat dalam kontak senjata itu dan ditangkap oleh pasukan anti teror.
Dalam tiga menit pasukan para komando telah menguasai situasi.
Pukul 02.46, seorang anggota pasukan khusus keluar dari pintu depan pesawat mengacungkan jempol.
Menit-menit berikutnya terdengar raungan sirine ambulans mendekati pesawat yang sudah tiga hari lebih terparkir di landasan.
Beberapa orang segera diangkut ke rumah sakit. Sebuah bus kemudian datang menjemput para sandera.

Seluruh penumpang selamat
Pukul 03.20, ambulans terakhir meninggalkan lokasi kejadian.
Letnan Satu (Anumerta) Achmad Kirang dan Kapten Pilot Herman Rante meninggal saat dirawat di rumah sakit.
Atas jasanya dalam operasi pembebasan sandera itu, Kirang yang saat itu berpangkat capa (calon perwira) mendapat Bintang Sakti dan kenaikan pangkat istimewa dua tingkat, prajurit para komando lainnya juga mendapat Bintang Sakti dan kenaikan pangkat satu tingkat.
Pembajakan pesawat GA-206 rute Palembang-Medan –kemudian dibelokkan ke Bangkok setelah mengisi bahan bakar di Penang (Malaysia)— itu bermotif tuntutan pembebasan beberapa orang yang ditahan karena terlibat pembunuhan empat anggota polisi dalam Peristiwa Cicendo di Bandung, Jawa Barat.
Para pembajak juga menuntut tebusan 1,5 juta dollar AS.
• Bekerja dengan Ashanty, ART Beberkan Perlakuan Istri Anang, Ceritakan Kisahnya 12 Tahun Silam