Intip Desain Pakaian Adat Lamongan yang Dipamerkan Disparbud
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan dalam memperkenalkan desain awal busana yang menjadi Pakaian Adat Lamongan, dalam Lamongan Cultur
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Ada saja cara untuk memperkenalkan lebih luas produk yang dihasilkan.
Langkah itu dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan dalam memperkenalkan desain awal busana yang menjadi Pakaian Adat Lamongan, dalam Lamongan Culture Event, Selasa (09/04/2019) malam.
Desain pakaian adat Lamongan yang diperkenalkan Lamongan itu didominasi warna hitam.
Sedangkan untuk pakaian pria, mengenakan atasan kemeja yang menyerupai jas, dengan bawahan celana panjang hitam yang dibalut jarit bermotif batik khas Lamongan serta udeng sebagai penutup kepala.
Sedangkan untuk wanita, mengenakan kebaya sebagai atasan, jarit bermotif batik sebagai bawahan dipadu kerudung hitam.
Kepala Disparbud Lamongan, Ismunawan dalam sambutannya tadi malam mengatakan desain pakaian adat yang diperkenalkan telah melalui proses yang cukup panjang.
Bahkan pakaian adat yang diunggulkan ini sudah melalui beberapa kajian, termasuk beberapa seminar.
• Pemilu Kurang 7 Hari, Jokowi Sebut Makin Rawan Hoaks sampai Ada 9 Juta Warga Percaya Kampanye Hitam
• Kepala Dinas PUPR Kota Malang Dicecar Pertanyaan Terkait Peran Cipto Wiyono
• Bertemu Langsung dengan Siswi SMP Korban Pengeroyokan, Ifan Seventeen Hibur Audrey hingga Tersenyum
"Seminarnya melibatkan para budayawan dan pemerhati budaya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan," kata Ismunawan kepada Tribunjatim.com, Rabu (10/04/2019).
Ismunawan optimis apa yang dilaunching semalam akan mendapatkan tempat luas di hati masyarakat.
Sementara itu, Bupati Lamongan, Fadeli mengatakan, desain pakaian adat Lamongan tersebut mengandung nilai sejarah yang cukup tinggi.
Bukan sekedar pakaian adat yang diperkenalkan tanpa makna sejarah.
"Ada sejarahnya, mulai dari sunan drajat dan lain-lain sampai dengan saat ini, terus dipadukan," ungkap Fadeli kepada Tribunjatim.com.
Karena terkait dengan beragam nilai-nilai sejarah yang terkandung itulah sebelum benar-benar diresmikan, pakaian adat tersebut masih akan dilakukan uji publik terlebih dulu.
"Ini kan masih desain," katanya.
Jadi, pakaian ini belum putuskan, makanya sebelum diputuskan di uji publik dulu, sering-sering dipajang di Alun-alun, di sekolah-sekolah, di Minggu Ceria, sambil minta masukan dari masyarakat.